Mungkin aku gila. Aku jatuh cinta pada orang gila.


Naruto © Masashi Kishimoto
a sasusaku au fanfiction by sugirusetsuna
a/n: minim dialog.


maybe, i'm crazy :: i love you

.

.

.

Is there any chance you could see me too?
'Cause I love you
Is there anything I could do
Just to get some attention from you?
(Wookid - I Love You)


Mungkin aku gila. Aku menyukai bagaimana merah kental itu menetes dari balik pelipismu, mengalir turun, terkadang menyimpang, melewati sudut bibirmu, membaur bersama merah di sana, lalu kutemukan noda di seragam putihmu. Dan ketika anyir itu menyeruak mengitari inderaku, lewatmu, aku ingin menggandakan diri saat itu juga, bertengger pada setiap persimpangan yang akan kau lalui, hingga bisa kurasakan anyir itu mengapung dalam diriku.

Pikirku, yang kau tak akan pernah tahu. Karena waktu takkan mampu membuatku mengaku.

Tentang cinta yang katanya membekas merah muda, yang menjadikan hatimu sarang akan kupu-kupu berwarna jingga lalu, tafsirkan itu bahagia. Namun kutemukan diriku mencinta. Dengan cara yang berbeda. Kesan yang tak menyejukkan rongga dada. Warnanya merah, cukup kental, yang katanya mengusik kupu-kupu untuk bersarang, dan yang kuketahui bahagia itu bersinggungan dengan kelammu.

Mungkin aku gila. Aku jatuh cinta pada orang gila.

.

"Lihat dia!"

"Ah, si Uchiha itu?"

"Kudengar semalam dia berkelahi dengan siswa Suna Gakuen!"

"Bukannya Ame Gakuen?"

Aku tertawa. Pikirku terbahak. Hatiku terpingkal. Kulihat sorot mata merendahkan itu menatapmu jijik (lagi). Seakan sosokmu merupakan sampah. Mungkin ia, kau memang sampah. Namun, entah mengapa relaku menjadi tempat sampah.

Buanglah, aku bahagia menjadi tempatmu berlabuh.

Mungkin hanya diriku yang berpikir itu indah. Ketika lebam mewarnai wajahmu, dan goresan benda tajam terukir di seluk tubuhmu, lalu kutemukan tatapanku terfokus pada eksistensimu. Kutemukan diriku terpukau. Betapa aku berpikir mereka buta dan aku adalah pengecualian. Istimewakah diriku yang terperangkap akan pesonamu?

Mungkin aku gila. Aku jatuh cinta pada orang gila.

.

Terdengar sulit? Membayangkan sesosok siswi teladan, dengan helaian merah muda yang terkuncir dua, menyukai sosok gelap? Pikirkanlah, ini tidak sesulit yang tersirat. Sederhananya, jatuh cinta. Penjabarannya, tidak ada logika di sana.

Jadi, tidak mungkin segala ketidakmungkinan itu tidak dapat terjadi. Di antara angka satu sampai sepuluh, tiga kau hindari, walau acak kau pilih, namun kemungkinan tanganmu untuk meraih tiga selalu ada. Tidak, aku tidak sedang menjelaskan mengenai Peluang dalam rumusan matematika. Namun, yang kuketahui peluang hati ini untuk jatuh cinta padanya selalu ada. Buktinya? Tatap mataku! Tidakkah bayangnya terpatri di sana?

Mungkin aku gila. Aku jatuh cinta pada orang gila.

.

Pagi itu kutemukan manikku kembali berlabuh pada sosokmu. Bohong. Kenyataannya sedari langkah ini membekas pada bibir besi yang memagari Sekolah, aku telah mencari keberadaanmu. Aku mencari merahmu, kelam onyxmu, angkuh parasmu. Salahkan waktu yang hanya berputar duapuluh empat jam dan sesi pembelajaran yang hanya berlangsung tak kurang dari enam jam, pun dengan begitu tak kurang dari dua menit aku dapat menemukanmu. Jadi, ketika aku kembali ke rumah, rinduku tumpah, menyecer di sana sini, kamarku penuh akan sosokmu. Aku merindu dengan begitu hebat.

Lukamu mengering, lebammu memudar. Ah, sepertinya semalam kau absen dari rutinitasmu. Bukan berarti inginku melihatmu bersimbah darah atau terluka parah. Namun, kupikir merah selalu cocok padamu. Seperti kesatuan dalam sosokmu. Jadi, ketika merah itu mulai memudar, aku mulai meresah, ada hal lain yang membuncah. Oh, hati ini, tidak cukupkah terperosok akan merahmu? Menemukan warna lain pada dirimu, haruskah aku mulai membiasakan diri untuk kembali terjatuh pada ruang yang berbeda? Lagi? Kali keberapa?

Mungkin aku gila. Aku jatuh cinta pada orang gila.

.

Namun, selalu. Langkahku terhenti pada ubin yang sama, persimpangan yang sama dan sudut yang sama. Jarak yang tak pernah terkikis, rasa yang jelas terlukis. Hingga masa demi masa terlewat, kudapati jarak tak jua mendekat, lukisku tak pernah terlihat. Ini abstrak, memang abstrak. Cinta pada sosok abstrak.

Aku menyerah. Cintaku semerah darah. Darah itu membucah. Dalam luka yang merekah. Dan kudapati rekah pada sosokmu. Sosokmu berdarah, merah. Aku mencintai merah.

Tapi bibirku kelu, ragaku membatu. Sampai waktu yang tak kunjung menentu. Aku mencinta pada merah, akan tetapi nyatanya cintaku tak senyala merah.

Mungkin aku gila. Aku jatuh cinta pada orang gila.

.

Kau mendesah. Onyxmu menatap birunya langit dengan pandangan datar. Ini gila. Potret itu begitu gila. Aku menemukan pipiku bersemu, detakan tak menentu di dalam dadaku. Cintaku yang berdebu semakin menggebu. Inginku teramat menjulang. Sederhana, sosokmu seutuhnya menjadi milikku.

Namun, sederhananya lagi anganku takkan pernah menyentuh ruang realis. Selama aku masih menjadi pemikir ulung dan siswi teladan yang berkasta satu diantara ratusan eksistensi di sekolahku. Kau gelandangan, aku dermawan. Aku mencintai gelandangan dengan rasa setinggi dermawan.

Mungkin aku gila. Aku jatuh cinta pada orang gila.

.

Ada kala di mana emeraldku menemukan dirimu di tengah-tengah medan tempur. Merah kembali menetes. Kepalan tangan membentur epidermis lawanmu. Tendangan yang membuat dirinya tersungkur. Tak berdayanya lawanmu membuat tawamu melengking, sinismu menyungging.

Kau brengsek. Kau berteman dengan orang-orang yang brengsek. Tapi kau adalah yang paling brengsek. Sialnya, aku jatuh cinta pada yang paling brengsek.

Bolehkah diriku ikut tertawa? Tertawa akan cinta bodoh ini. Hahaha.

Mungkin aku gila. Aku jatuh cinta pada orang gila.

.

Kau mungkin tidak akan pernah tahu bahwa cinta ini telah meluap. Menembus hingga ke ujung-ujung kulit dengan begitu cepat. Membisu itu menyakitkan. Ketika mendapati bahwa melihatmu dari kejauhan tidak lagi cukup untuk membuat rasa ini meredam.

Jadi, bisakah kau hentikan pesonamu itu menyengat hatiku?

Jangan lagi ada deruan napas yang memburu, merah yang mengalir, keringat yang menetes, sinis yang terpeta, onyx yang mematri angkuh. Jangan lagi ada, bisa?

Tidak? Ah begitu, kau memang senang membuatku menggila.

Karena aku sudah terlanjur gila. Jatuh cinta pada orang yang gila. Maka, aku akan melakukan hal gila.

.

.

.

"Uchiha Sasuke!"

"Hn."

"Kau suka berkelahi bukan?"

"…."

"Bisa pukul aku sekarang? Kupikir aku sudah terlalu gila karena mencintaimu."

"..."

"S-Sudah kukatakan aku mem—"

"Haruno Sakura..." ada jeda di sana.
"...akan kuingat nama itu."

Lalu, ketika jemari hangat itu menepuk surai merah mudaku sesaat sembari berlalu, kutemukan diriku tertegun.

.

Sial, aku semakin mencintainya.

.

.

.

*maybe, i'm crazy :: i love you (the end)*


Jadi, ini apa? Entah, hanya curahan hati Sakura tentang jatuh cinta mungkin(?) Jatuh cinta pada seorang brengsek XD /ditabok
So, ini rencananya bakal ada dua bagian, bagian keduanya nyambung dengan yang ini, cuma ya... /ambigu
RnR ya jika berkenan...

Pontianak, 8 April 2014.