Sai kembali menatap wajahnya di cermin besar di kamarnya. Baju hitam yang selalu ia kenakan terlalu kontras dengan warna kulitnya yang pucat. Wajahnya selalu dihiasi senyuman namun tidak ada getaran yang terlihat di wajahnya kalau ia tersenyum; itu senyum palsu. Walaupun orang-orang tidak menyadarinya karena mulutnya yang manis; khas politikus.
Ia baru berumur 17 tahun dan ia sudah diajarkan kata-kata manis oleh keluarganya, bukan mengajarkan kasih sayang dan sebuah perasan.
Keluarganya bahkan menghilangkan emosi di dalam dirinya ketika mereka memisahkan ia dengan kakaknya, Shin. Dan Sai tidak akan pernah bertemu Shin lagi.
Dia alihkan pandangan pantulan dirinya ke tas hitam di atas meja belajar nya; lebih mirip meja kerja. Diambilnya lalu pergi dari kamarnya yang selalu rapi.
Ink Smiling
OOC / AU / Chaptered
Naruto © Masashi Kishimoto
Story by Dyasong
Chapter 1
Kanvas Putih dengan Goresan Tinta Hitam yang Melengkung
Kelas yang gaduh hilang seketika saat Kurenai masuk dengan langkah cepatnya. Mereka semua tampak bingung karena hari ini bukan pelajaran matematika yang menurut mereka bukan hal yang baik untuk memulai hari yang cerah ini; matematika hanya mengganggu hari cerah mereka. "Semuanya," murid-murid terlihat menahan napas, hal yang selalu mereka lakukan ketia berhadapan dengan Matematika. Kecuali para genius. Tentu saja, "Kelas kalian akan bertambah satu anggota," ucap Kurenai dengan tegas, semua murid [kecuali para genius] akhirnya bisa bernapas lega karena ternyata Kurenai hanya mengantarkan murid baru, bukan mengantarkan rumus-angka yang menyebalkan.
Si laki-laki pucat memasuki kelas dengan senyum[palsu] di wajahnya. Para perempuan di kelas tampak kegirangan dan sisanya hanya bersabar dengan tingkah memalukan murid perempuan di kelas nya [Walaupun sebenarnya tidak semua perempuan di kelas seperti itu]. "Hai," sapa si pucat, suaranya menghilangkan kegaduhan yang ada di kelas itu.
"Aku Sai, senang bertemu dengan kalian, teman-teman," kata Sai memperkenalkan dirinya dengan singkat, keluarganya mengajarkan untuk tidak membuang waktu jika itu tidak penting. "Eumm .. S-Sai-Kun, apa kamu punya pacar?" tanya perempuan dengan kacamata di wajahnya.
"Aku belum punya pacar, manis." jawaban Sai memuat beberapa perempuan di kelas nya histeris.
"Apa bagusnya si pucat itu," Gumam si rambut pirang dengan wajah malas. Perempuan di sebelah nya juga menatap Sai dengan malas, "Perempuan di kelas kita sangat memalukan. Tapi, Sai memang keren kok. Ino," kata si pink.
"Kamu benar, Sakura. Si pucat itu memang sedikit mirip Sasuke."
Setelah beberapa pertanyaan di jawab Sai dengan teriak kan histeris di akhir kalimat manis nya, ia langsung menuju tempat duduk di pojok belakang kelas. Ino masih menatap Sai dengan pandangan malas. Sai yang menyadarinya tersenyum. seperti biasa, "Hai, nona cantik."
"Mau mampus!" kata Ino tampa suara.
"Aku juga menyukai mu." Kata Sai pelan, salah paham dengan gerak bibirnya si pirang. Ino hanya memperlihatkan tinjunya pada Sai dengan ekspresi mengancam; tidak mendengar perkataan si pucat.
" Selain itu, saya ingin menyampaikan bahwa Asuma-sensei tidak bisa mengajar hari ini, jadi saya ganti pelajaran hari ini dengan matematika"
"Haaah."
"Sai! Mau ke kantin bersama! 'Ttebayo!" kata Naruto dengan semangat. Sai yang merasa dipanggil segera mencari sumber suara. "Hah? Ke kantin bersama?" ulang Sai, "Mau ikut?" tanya Sasuke yang berada di belakang Naruto. Sai tampak berpikir
Uzumaki adalah keluarga yang sangat di hormati di negara dan sekarang ayah Naruto adalah presiden, Uchiha juga merupakan salah satu keluarga yang cukup berpengaruh di negara. Sangat menguntungkan jika dekat dengan mereka. Pikir Sai.
Selama ini ia tidak pernah bersekolah di sekolah umum, tapi keluarganya mengirimkannya untuk menambah koneksi; tak heran si pucat ini tidak memiliki emosi dan perasaan.
"Tentu," jawab Sai dengan wajah fake-nya. Berbeda dengan Naruto yang memberikan cengir khasnya dan Sasuke dengan senyum samar nya; mereka berdua tampak tulus.
"Sai-kun ... mau makan bersama kami." kata perempuan berambut coklat-pendek yang mewakili beberapa perempuan lainnya.
"Lain kali saja, ya" kata Sai lembut. kelompok perempuan itu tampak kecewa. Naruto, Sasuke, dan Sai meninggalkan kelas. Saat melewati perempuan berambut coklat-pendek itu. Sai meraih tangannya dan mencium punggung tangan si perempuan. "Temanku sudah mengajak ku duluan, manis." Kata Sai lirih. Si perempuan hanya menahan napas dengan wajah memerah, tidak jauh berbeda dengan teman-temannya yang lain. Setelah itu Sai berlari untuk menghampiri Naruto dan Sasuke yang sudah jauh di depannya.
"Kyaaaaaa!"
"Apa yang kau lakukan pada mereka, Sai," tanya Naruto saat mendengar teriak kan janggal di belakangnya. Sai hanya membalasnya dengan senyum Palsu.
"Ah! Ino!" Seru Sasuke tiba-tiba. Sai menatap Sasuke dan Ino secara berhantian. Ino hanya menetap canggung ke arah Sasuke yang sekarang ada di hadapannya dengan seringai khasnya.
"Apa yang mereka lakukan?" tanya Sai. Naruto yang mengerti situasi Sasuke langsung merangkul Sai dan membawanya ke kantin dengan cepat.
"Nanti aku ceritakan."
.
Next?
.
Annyeong anyeong!
Kembali lagi bersama Author Labil! Dyasong! *ditebarinbungabangkai*
Chap pertama memang agak pendek *padahalkehabisankata*
See you baby~
[Aku nggak Typo lagi, kan? Mohon koreksi nya #Bow]
