Oke, akhirnya saya membuat fanfic setelah sekian lama hanya menjadi pembaca setia. berhubung ini fanfic pertama saya, jadi mohon maklum apabila fanfic ini ancur. so please read and... hope you like it...!
Disclaimer: Persona 3 dan 4 bukan punya sy, tp milik atlus. klo persona punya saya, P3P dibuat untuk console PS2. setuju?
Persona:
The Power of The Universe
Sebuah kereta meluncur cepat dari arah sebuah kota kecil bernama Inaba. Tempat dimana kasus pembunuhan berantai pernah terjadi. Kepolisian Inaba akihirnya menangkap pelaku dibalik pembunuhan tersebut yang merupakan salah satu detektif muda yang menangani kasus tersebut. Tapi hanya segelintir orang yang tahu bahwa sekelompok anak SMA-lah yang berperan dalam penangkapan itu. Dan merekalah yang tahu kenyataan di balik pembunuhan yang menggegerkan penduduk Inaba tersebut.
Sekarang pemimpin dari kelompok tersebut sedang duduk di dalam kereta. Walaupun merasa sedih karena meninggalkan inaba yang sudah serasa rumah baginya. Dia pulang dengan kebanggaan karena telah memecahkan kasus dan menyelamatkan teman-temannya. Pemuda itu bernama Souji Seta.
Dilihatnya pemandangan di luar yang nanti tidak bisa dilihatnya lagi untuk sementara waktu. Perbukitan dan sawah-sawah yang terhampas luas dengan udara segar khas pedesaan diselimuti cahaya jingga tua berasal dari matahari yang sedang tenggelam. Sesuatu yang pasti ia rindukan di saat tinggal di tempat tujuannya, Iwaotodai. Sebenarnya ia lebih suka melanjutkan sekolahnya di Yasogami High, yang berarti ia akan bersama-sama dengan teman-temannya di inaba untuk satu tahun lagi. Tapi orangtuanya, terutama ibunya, bersikeras untuk memasukannya ke sekolah swasta ternama di Port Island.
"Aku tahu kau pintar sayang, tapi ibu lebih tenang apabila kau bersekolah di sekolah swasta terbaik untuk menghadapi ujian masuk perguruan tinggi." jawab ibunya saat Souji bertanya soal kepindahannya.
Yah, apaboleh buat kalau ibu sudah berkeinginan begitu. Souji memenjamkan mata lalu tertidur.
Dalam mimpinya, Souji melihat sebuah kotak besar berwarna emas dengan gambar-gambar seperti mata di permukaannya. Kotak tersebut terikat dengan rantai yang terkunci pada sebuah patung berbentuk manusia. Didepannya berdiri seorang gadis berpakaian biru velvet. Gadis itu hanya memandang patung manusia yang mengunci kotak itu. Raut mukanya memancarkan kesedihan dan kerinduan. Ia mengangkat sebelah tangannya seperti hendak melakukan sesuatu dan...
"Iwaotodai.. Iwaotodai.." terdengar suara wanita dari pengeras suara dalam kereta. "Kereta akan mencapai stasiun Iwaotodai dalam 10 menit, mohon periksa kembali barang bawaan anda. Terima kasih."
Souji Seta terbangun dan melihar pemandangan di luar kereta yang sudah gelap. Dia mengecek jamnya yang menunjukan waktu hampir tengah malam.
Aku pasti lelah sekali sehingga tidur selama ini. Pikir Souji.
Dilihatnya sekeliling, hanya ada dua orang di gerbong itu. Ia dan seorang pemuda berusia sekitar duapuluhan dengan dandanan punk. Salah satu pemandangan yang tidak disukainya di kota besar. Souji menghela napas dan mulai mengambil barang bawaannya dari rak diatas. Tiba-tiba penerangan dalam kereta mati, begitu juga lampu-lampu dikota, digantikan oleh cahaya hijau yang berasal dari bulan.
"Hah, mati? Dasar kereta murahan" gerutu anak punk tadi. lalu masuk seseorang berpakaian samurai lengkap dengan katana berada di pinggangnya. "Ketinggalan acara cosplay bersama teman-temanmu yang aneh, huh?" ujar anak punk tadi sembari terkekeh.
Dengan cepat dan tak terduga, samurai itu mencabut pedang dari sarungnya dan menebas leher pemuda dihadapannya hingga terputus dan tewas seketika. Souji hanya terpaku di tempatnya. Shock melihat kejadian yang baru saja terjadi di depan mata. Setelah memenggal kepala, samurai itu menoleh kearah Souji. Memperlihatkan wajah tertutup topeng yang sudah tidak asing bagi Souji.
"Shadow?" Souji bergumam
Ketakutan perlahan menghilang seiring dengan adrenalin yang menjalar keseluruh tubuhnya, memberinya kekuatan dan keberanian. Sekarang yang ia butuhkan adalah senjata, dan ia teringat pisau dapur yang biasa dipakai dulu tersimpan dalam tasnya. Dengan cepat, Souji mengambil pisau dan melempar tasnya kearah si shadow-samurai. Perhatian samurai itu teralih selama dua detik, yang Souji manfaatkan untuk berlari menerjang dan menyabetkan pisaunya. Namun sabetannya tidak mencapai tubuh sasarannya karena Souji, yang terbiasa menggunakan pedang, lupa memperhitungkan perbedaan jangkauan dari senjatanya. Samurai mengangkat sebelah tangannya yang memegang pedang, mulai melancarkan serangan balasan.
Berkat refleks yang terlatih dari pengalamannya bertarung. Souji menghentikan serangan dengan menangkap pergelangan tangan samurai dengan tangan kirinya, dan mencengkeram bagian dekat leher pakaian samurai dengan tangan kanannya, lalu membanting ala judo samurai itu ke lantai dan merebut pedangnya.
"Yah.. pisau memang bukan keahlianku, tapi aku cukup berpengalaman menggunakan ini" ujar Souji sambil mengacungkan pedangnya.
Souji menyerang samurai yang terbaring di lantai dengan pedangnya, namun serangannya meleset karena samurai berhasil mengelak dan berdiri, kembali ke posisi bertarung. Souji memungut pisaunya dan berlari menerjang. Samurai berhasil mengelak di saat terakhir, Souji berbalik dan melempar pisau ke arah punggung musuhnya itu, namun lagi-lagi berhasil di hindari. Tiba-tiba samurai balik menyerang, Souji yang belum siap terhempas ke belakang oleh pukulan samurai.
"Hah.. hah... sial.. gerakan shadow itu terlalu cepat." Souji tersengal. Lalu tiba-tiba menyadari sesuatu, "Benar juga, kalau shadow bisa berada di sini, mungkin aku bisa mengeluarkan persona."
Souji berkonsentrasi untuk memanggil persona andalannya, Izanagi-no-Okami. Namun kartu yang biasa muncul di depannya tak kunjung hadir. Shadow-samurai memanfaatkan waktu tersebut untuk kembali menyerang dengan tinjunya. Souji melompat kebelakang sesaat sebelum menerima serangan sehingga efek serangan yang diterimanya menjadi kecil.
Kenapa aku tak bisa memanggil persona? batin Souji.
Souji melangkah kebelakang dan merasakan dinding dibelakangnya, dia sedang terpojok. Shadow-samurai kembali menyerang, Souji tidak punya pilihan lain selain balas menerjang. Ketika keduanya hampir beradu, penerangan kereta tiba-tiba menyala, bulan kembali memancarkan sinar putih keperakan, kereta kembali melaju, dan shadow dihadapannya mendadak hilang.
Souji yang sadar segalanya telah kembali normal duduk beristirahat dan mulai mengatur nafasnya. Belum pernah rasanya ia selelah ini. Ketika detak jantung akhirnya mulai tenang dan ketegangan telah menghilang dari kepalanya, ia mencium bau amis. Souji menoleh dan melihat mayat yang rupanya ada di sebelahnya. Merasa mual, Souji berdiri hendak menjauh dari mayat itu. Namun belum sempat ia melangkah, kereta telah berhenti. Dua orang wanita masuk begitu pintu gerbong terbuka. Mereka melihat Souji dan mayat disampingnya, kemudian berteriak. Souji mengira keadaan tidak bisa lebih buruk lagi, namun ia sadar telah salah. Karena Souji baru sadar bahwa ia masih memegang pedang yang ia rebut tadi.
oke chap 1 beres.
author sadar banyak bgt kekurangan dalam tulisan, terutama dalam cara penulisan.
so pls review and review
C U next Chap!
