Author: Meonk and Deog.
Title: One Million Dollars For a Kiss, Fifty Sen For Your Soul.
Genre: Drama, Romance and Hurt/comfort.
Rate: M.
Length: Chaptered.
Main cast: Lee Hyuk Jae/Eunhyuk, Lee Donghae, Kim Heechul and others.
Main pairing: HaeHyuk.
Slight pairing: Super Junior official couple's.
Warning: AU, OOC, OC, typo, yaoi, gay sex, bad grammars and other stuff's that may you uncomfortable with.
Disclaimer: As you know, we didn't own cast. But however this story naturally and totally ours. This stuff just fanfiction, don't take it too serious.
Summary: "Saat Hyuk Jae mencuri makanan dari mulut pria itu, dia kepanasan. Ketika Hyuk Jae bermain dengan bahaya yang dia sajikan, pria ini berdarah. Glamor dan ganas. Kehidupan model yang menjenuhkan. Yang hanya ada ketenaran, hasrat sampai ketidak adilan yang mengerikan."
We've right way to throw an plagiarism off at hell.
Don't Like? Just Don't read.
Enjoy reading anyway.
.
.
.
Author Pov.
Ketika rasa malunya merambat jadi rasa menggebu yang membakar dan berlebihan, perlahan tapi pasti dia mati karena obsesi. Sehingga jika dia merasakan gairah yang memanas; tubuhnya akan tak terkontrol. Lambat laun, dia jadi bosan dengan tabu. Memandang dunia dengan sudut pandangnya dan membuang apa yang tidak dia sukai. Dia jiwa yang tak terkendali, terlalu haus dan terus menerus bergolak. Kepalanya berdenyut untuk hal kompleks, malah dia berubah terlalu rasional. Karma. Tabu. Atau hal lain yang sesungguhnya dia tidak ingin tahu itu. Dia punya banyak refleksi dibekalang tubuhnya, sebenarnya begitulah seharusnya dia. Ketika bayangannya yang lain menangis, sisi satunya lagi akan tertawa, dan jiwa aslinya akan kebingungan.
Ketika orang-orang itu memerintahnya untuk menjadi atlet olahraga, dia berusaha melakukannya dengan natural. Ketika orang-orang itu menginginkannya untuk menjadi mahal dan eksklusif, dia selalu berhasil tampak seperti itu. Bahkan jika orang-orang itu menginginkannya untuk menjadi murahan dan tidak berharga, dia akan melakukannya dengan senang hati. Baju terbuka atau tertutup, rancangan mahal atau sebaliknya—dia tidak akan malu. Dia mencuci otaknya untuk melakukan itu, bahkan jika itu sakit dan membuatnya sekarat. Dia bahagia dengan semua gairahnya, karena model adalah bunglon pasti yang cantik. Ketika kau berpura-pura mereka tidak akan mengeluh, mereka tidak perlu jati dirimu tetapi mereka tidak ingin kau membuangnya.
Positif atau negatif, itu luar biasa. Hujan tidak akan jadi deras jika kau berani melewatinya, atau kesedihan bukan kesedihan jika kau tertawa. Cukup gila untuk merasa baik-baik saja, terlalu menyedihkan untuk menangis. Humor yang bahkan tidak bisa membuatnya merasa senang dan terhibur. Kengerian dan bahaya dekat dengan tubuhnya. Jaraknya beberapa inchi. Tetapi anehnya itu menimbulkan kesenangan. Sampai menjadi candu dan dia tidak bisa apa-apa.
"Aku tidak lulus seleksi?"
"Iya sebelum kau bertemu dengan salah satu juri." Staff itu bicara dengan nadanya yang rendah dan tampak tidak peduli. Seakan-akan itu hal yang lumrah. Yang semua orang pernah melakukannya, yang seolah-olah kau hanya perlu memasukan koin di mesin minuman lalu mendapatkan apa yang kau inginkan.
"Apa?" Pria ini terperangah, bersikap tidak tahu apa-apa dan berusaha menutupi ketegangannya. Alisnya naik turun dan cemas. Sungguh, jika dia terlalu berbangga hati, dia akan merasa tubuhnya berharga saat ini. Tetapi, ketika dia melihat hal lain yang lebih nyata ia sadar dirinya dipermainkan. Tetapi jika memang benar, dia bisa apa? Apakah menerima, atau menolaknya dengan halus. Atau bahkan menunduh tanpa bukti pasti. Yang jelas, dia hanya tidak berdaya.
"Kupikir tidak masuk akal aku ditolak bahkan sebelum aku ikut audisi. Apa ada yang salah dengan prosedurnya?" Pemuda ini menegaskan suaranya sampai-sampai jakunnya kelihatan kontras.
"Tepatnya aku tidak tahu apapun, aku tidak tahu bagaimana prosedurnya dan aku hanya membantu kalian. Jika kau ingin, kau bisa masuk keruang itu. Seseorang menunggumu." Setelah dia mengatakan itu dengan nadanya yang berantakan, pria ini mendengar langkah kaki pelan yang bergerak pergi. Sekarang dia sendiri, tidak ada siapapun di keseluruhan lorong ini kecuali seseorang yang dia tidak tahu siapa di ruangan yang disebutkan. Adrenalinnya yang berpacu berangsur-angsur menggila. Audisi adalah kebutuhan, tetapi jika dia masuk keruangan itu semuanya akan menjadi fase-fase bahaya yang tidak dia inginkan.
Pria ini menggigil, mengutuk dirinya yang berprilaku bodoh. Ibunya pernah bilang, Ditempat itu kau tidak akan menemukan harga diri. Tidak akan bertemu cinta. Terus dengan gairah yang menyakitkan tapi kau begitu menyukainya. Kau tidak tahu kenapa, tapi kau tidak butuh alasan. Sebentar dia diam, menimbang-nimbang apakah mungkin ada audisi lain yang lebih jujur daripada ini. Tapi itu menyedihkan, tempat besar ini membuka gerbang internasional, bahkan dia tidak perlu memohon untuk masuk majalah remaja murahan. Saat dia menang, dia akan dihargai lebih dari apa yang dia perkirakan. Jadi, Hyuk Jae bersamaan dengan tungkai kakinya yang panjang perlahan-lahan bergerak maju. Dia berhenti untuk menghela napas saat dia tahu paru-parunya butuh itu.
Pintu ini, jika dia membukanya dan masuk kedalam, kebutuhan juga masa depannya akan tercetak terlalu indah. Dengan berbagai gelombang yang mampu membuatnya bergairah. Namun, jika dia memilih untuk mundur dan berlari pergi, semuanya akan terulang seperti kaset rusak dan dia tidak akan berada ditengah-tengah badai melainkan berlalu bersama badai. Dia hanya akan punya warna hitam, tidak yang lain dan gelap. Langsung dan tiba-tiba, dia membuka pintu. Menimbulkan gema yang keras sampai membuat orang itu terkejut. Apa dia hadiah? Atau jebakan ditengah-tengah hadiah?
Hyuk Jae tidak mau mencari tahu.
Orang itu membalikkan tubuh sehingga tatapan mereka bertarung didalam ruangan yang sepi. Dari jarak sejauh ini, Hyuk Jae bisa mendengar helaan napasnya. Sangat berat dan seperti menunggu sesuatu. Hyuk Jae pastinya saat ini adalah mangsa empuk dan pria itu predator yang menggila di musim kawin. Tatapannya yang tegas dan tidak ragu-ragu kepada tubuhnya—melemaskan. Pada dasarnya, sekarang Hyuk Jae adalah jenis korban yang berani melawan pembunuh. Tidak ada yang bisa disalahkan, kecuali jika dia harus memberikan penghargaan kepada orang itu. Ini bukan taruhan, tapi ini kesempatan yang berjalan mutlak.
Hyuk Jae sebisa mungkin menatapnya tanpa ekspresi, jangan perlihatkan bahwa dia senang atau ketakutan. Atau orang itu akan menangkap kelemahannya.
"Oh, ya ampun! Aku kaget kau datang tanpa caci maki."
"Oh, ya. Itu yang seharusnya kulakukan. Aku tersanjung diundang kesini bahkan sebelum kau melihatku secara langsung." Dan apa yang dia inginkan terjadi, orang itu sulit menangkap ekspresinya kecuali kebutuhan didalam tubuhnya yang merangkap menjadi singa ganas dan butuh daging. Pada dasarnya, dirinya sendiri lebih berbahaya ketimbang orang ini. Malah dia harus mengontrol jiwanya dan bukan orang lain.
"Aku melihat foto profilmu."
"Dan tertarik?" Pria itu mengangguk. "Kepada orang asing?" Saat ini dia menggeleng, tidak setuju sementara kakinya melangkah maju untuk mendekat. Bahkan Hyuk Jae bisa melihat dia mulai melepas jas hitamnya yang bermerek. Dengan gigi gerahamannya yang bergemeletuk dan semua gairahnya yang terpantul keluar. Memang, salah satu hal terbaik ditempat ini adalah dia bisa merasakan sensasi erotis ditengah kesakitan. Yang membuatnya lebih buruk, dia tidak bisa berkomentar apalagi marah.
"Kau kedinginan?" Pertanyaan seduktif dari orang disana tidak dia jawab. Hyuk Jae hanya meyaksikan bagaimana pria itu perlahan-lahan punya keberanian melepas gasper celananya. Selanjutnya Hyuk Jae ditendang kealam sadar, bodoh! Dia berniat menggoda dengan semua hal menjijikkan itu. Tetapi beritahu dia untuk menolak dan berikan dia kode untuk tidak setuju, maka jawaabannya gerak menjijikkan itu akan jadi berharga.
"Aku kepanasan."
"Shit!" Dia merutuk, walau dengan volume yang kecil pria itu bisa mendengarnya. Tetapi pria ini hanya tertawa, dia bertanya kepada dirinya sendiri. Kepada orang yang sama dan terus mengulang semua pertanyaan itu.
Apa aku akan menikmatinya?
Apa aku akan sampai dititik dimana aku merasa puas?
Apa aku akan mampu melawan badai dengan semua kenikmatan yang dijanjikan?
"Bagaimana aku harus memanggilmu? Hyuk Jae?" Hyuk Jae tidak ketakutan, Hyuk Jae tidak merasa terkesima. Dia mendapatkan kesempatan untuk memiliki banyak uang dalam satu malam, koneksi, ketangguhan dari orang ini. Kecurangan yang dia nantikan dan bukan berarti dia tidak butuh kerja keras. Saat pria itu hanya diam menunggu jawabannya, Hyuk Jae berjalan mendekat.
"Eunhyuk."
"Kau tahu apa posisiku ditempat ini? Atau apa posisiku ditempat yang akan datang?" Hyuk Jae menghela napas dalam-dalam kemudian mengangguk dengan matanya yang memekat. Sebelumnya dia sudah memastikan akan ada beberapa juri di kontes ini dan siapa saja mereka. Tepatnya, dia memahami seberapa jelas dengan siapa dia berhadapan sekarang. Bicara dengan orang ini seakan-akan kembali kemasa lalu. Ketempat dimana ia melihat ibunya mengobrol dengan senyuman bangga bersama orang-orang penting dibagian dari dunia ini. Hyuk Jae membuka mulutnya, berdiam sebentar untuk mengistirahatkan hatinya yang tidak damai.
"Photografer Lee, seseorang yang terakhir kali mengambil foto ibuku sebelum dia dibuang ke tong sampah."
"Bang Mirae? Ah, model kontemporer dizaman retro."
"Kau menyukainya?"
"Suatu kebanggaan pernah berkerja sama dengannya. Saat itu aku masih terlalu muda, jadi aku minta maaf karena melakukan banyak kesalahan." Masa lalu itu datang mengunjungi kepalanya, bagai potongan-potongan kecil yang perlu disusun. Omong kosong munafik, kebanggaan, dan semua hal pengcover diri. Sebelum wanita itu ditendang pergi, dia adalah model ditengah puncak memalukan. Model dengan segala ketakutan dan kekotorannya. Berteriak dikubangan penuh lumpur sampai dia terjebak sendiri dan mati. Hyuk Jae tidak akan mengulang itu. Tidak akan mengulang kesalahan yang sama. Memulai permainan yang lebih menjanjikan.
Panggilan sayang, rayuan dan ditatap bak candu hanya akan ada ditempat ini. Seolah-olah, madu manis yang bisa diperlakukan semena-mena. Dihirup. Dibuang. Diambil lagi. Dan dirasakan kembali. Kegiatan membara yang tidak masuk akal. Kecurangan dan keuntungan yang menyesakkan. Nantinya, itu akan jadi lullaby yang menenangkan tidurnya setiap hari. Setidaknya tepat setelah dia menghisap bibir pria itu.
Pria itu diam menanti seakan-akan dia memancing dan butuh Hyuk Jae untuk mendekat. Mata cokelanya bergairah dan menyalang, sampai Hyuk Jae tidak bisa menunggu hasil dari kegiatan ini adalah kemampuannya untuk bertahan. Konpensasinya untuk merasa diatas.
Hyuk Jae satu langkah makin dekat kemudian selangkah lagi, sambil melepas kain bagian atas tubuhnya dan mulai menggigil. Mata pria itu teliti menyaksikan bagaimana tubuh Hyuk Jae yang putih susu memberikan reaksi mendalam kedalam saraf otaknya. Dia membalas, rasa malu hilang disantap angin. Hyuk Jae melenyapkan pelindung bagian tubuh atasnya sedangkan pria itu melepas seluruh bagian bawah. Tatapan Hyuk Jae yang menajam adalah bel peringatan untuk waspada. Tetapi dia tidak peduli, sebagian dari tubuh pria itu akan jadi miliknya untuk satu malam. Akan bersama dengan Lee Donghae disatu waktu yang panas.
Hyuk Jae melepas kemeja beludru Donghae dengan tangannya yang menyelip dipunggung pria itu, Donghae membiarkannya. Hyuk Jae mencuri udara dari mulutnya, memasukannya perlahan hingga meresap keruang mulutnya. Pria itu menikmati dengan teliti dan hati-hati, godaan dan kontrol adalah gradasi yang indah. Dia tidak punya batas untuk merasa puas. Mungkin, dia harus terus lebih dalam dan lebih dalam untuk mendapatkan kehangatan lainnya. Dia merasakan seluruh ruang dimulut Hyuk Jae, bahkan ketika hanya dia yang mendesah. Meneriakan nama Hyuk Jae, pria itu seperti bodoh sementara menikmati kenikmatan yang disajikan. Dirinya merasakan euforia memuncak saat gigi mereka bergesekan digaris yang sama. Saat kulit mereka bertarung kepanasan.
Sensasi gila yang kelam, yang akan menjatuhkan dirinya sendiri. Karena Donghae tidak berhati-hati dengan orang ini.
.
.
.
TBC
.
.
.
Review could be awesome
.
.
.
Author note:
Karakter Hyuk Jae disini itu mirip kaya gradasi, manly, girly, angkuh dan ketakutan. Konflik di ff ini adalah para model baru yang bersaing buat dapetin gelar top model. Mungkin kalo ada yang pernah nonton Asian's Next Top Model, bakal dapet gambaran gimana kompetisi sama kondisi yang bakal jadi intiklimaks. Mungkin klo mau dapet feel lebih dari FF ini, bisa download lagunya JaZ feat Justin Timberlake yang judulnya Holy Grail.
Maaf untuk kesalahan teknis yang memperburuk ff ini.
Feedback penentu kelanjutan cerita, responnya dong guys!
Review are awesome ;)
