Momoi Satsuki menangis, Wakamatsu Kousuke memeluk kedua orang tersebut, Sakurai Ryou berusaha menenangkan Momoi walau terisak, Aomine Daiki hanya mengerutu tentang nasib kenapa ia diikat, dan—
—kedua siswa yang baru lulus, orang yang dipeluk Wakamatsu, saling berpandangan.
.
.
.
Kuroko's basketball © tadatoshi fujimaki
.
See ya © kapten pelangi
.
Imayoshi Shouichi, Susa Yoshinori, Touou Gakuen
.
Warning :
Out of character, typo(s), miss typo, gaje, errr— mengakibatkan kangen sama masa-masa terakhir sekolah, author lagi kelaperan saking stressnya, dan hal-hal lainnya yang nggak bisa dituliskan oleh author.
.
.
.
Suara tepuk tangan terdengar dengan isak tangis yang menggema di aula Touou Gakuen, suara isakan yang terdengar dari para siswa-siswi. Oh, ya, benar, sekarang adalah hari kelulusan siswa tahun terakhir, hari di mana dua orang pemain utama tim basket Touou—mantan kapten dan wakilnya— bernama Imayoshi Shouichi dan Susa Yoshinori meninggalkan klub dan sekolah tercinta mereka.
Meninggalkan klub basket, dan menyerahkannya —oke, jabatan kapten sudah diumumkan akan diberi pada Wakamatsu saat mereka kalah dipertandingan pertama Winter Cup— kepada generasi selanjutnya.
Kedua mantan pemain basket reguler itu saling melirik —oke, yang benar, Susa-lah yang melirik pada temannya selama tiga tahun di masa Sekolah Menengah Atas itu. Susa tahu, dibalik pokar face serta senyuman dari Imayoshi Shouichi, ada sedikit kesedihan.
"Hei, Imayoshi," panggil Susa pelan, berusaha membuat pemuda yang merupakan mantan kapten Touou itu mengalihkan perhatian padanya. "Kau ingin masuk universitas mana?"
Hanya sebuah pertanyaan basa-basi, sih. Toh, Susa juga tidak tahu ingin membicarakan apa. Urusan klub? Itu sudah bukan lagi urusan mereka.
Imayoshi yang memperhatikan teman-teman seangkatannya menangis haru itu mengalihkan pandangan pada mantan small forward Touou, "hahahaha, kau sudah tahu, 'kan, Susa? Untuk apa bertanya lagi?"
Susa mendesah, "hanya basa-basi."
Imayoshi hanya bergumam, gumaman yang tidak didengar oleh temannya. Ia mengalihkan pandangannya sekilah pada sesosok guru yang mengajarkan Chemistry —sosok pelatih mereka saat diklub. "Ahya, Susa," ujar Imayoshi, "kuharap kau mau menemaniku untuk mengucapkan 'bye-bye' pada yang lain."
.
.
Saat kedua lulusan tersebut keluar dari aula, yang menyambut mereka pertama kalinya adalah pekukan —uhuk—maut—uhuk— dari center sekaligus kapten baru Touou Gakuen, Wakamatsu Kousuke. Pelukan yang nyaris membuat keduanya terjatuh.
"Imayoshi-san, Susa-san, selamat atas kelulusan kalian!" Sebuah suara feminim terdengar dengan isak tangis, "hiks... omedeto, senpai-tachi, hiks— huwaaaaaaaaaaa!"
Ah, Imayoshi dan Susa mengenal suara perempuan yang menangis itu, suara sang manager sekolah mereka —sebelum mereka lulus, ya.
Suara dari Momoi Satsuki makin lama makin berisik, suara tangisannya pecah.
Imayoshi dan Susa saling bertatapan —mereka masih dipeluk oleh Wakamatsu yang menahan isakkannya agar tidak terdengar oleh kedua kakak kelasnya— bingung. Ah, apa keempat kouhai mereka ingin mengucapkan salam perpisahan —yang sementara— pada mereka?
"Su— sumimmasen, Imayoshi-san," sosok berhelaian coklat, sang shooter bernama Sakurai Ryou menghapus jejak-jejak air mata yang sendari tadi terlihat, "a—aku hanya bisa memberikan manga buatanku. Su-sumimmasen, senpai."
Sakurai yang sudah mengatakan hal peting langsung menenangkan Momoi yang semakin berisik. Wakamatsu melepaskan pelukkannya dari kedua kakak kelasnya, lalu menatap pada kedua orang berambut pink dan navy blue , pada sosok gadis manis yang menangis tersedu-sedu dan pemuda yang menggerutu sembari diikat oleh tali tambang.
"Kau," Wakamatsu menunjuk si navy blue, "kau juga katakanlah sesuatu, Aomine!"
"Haaaa?" Aomine —pemuda denga surai navy blue—mengajukan desahan protes, "kenapa aku harus mengatakan sesuatu?!"
Imayoshi yang tidak ingin hari kelulusannya dengan Susa berubah menjadi pertumpahan darah antara sang kapten dan ace itu langsung mengambil tindakan, "Ah, sudahlah, Wakamatsu. Momoi juga berhentilah menangis, tidak enak, 'kan dipandang orang?" Tanya Imayoshi, membuat Wakamatsu berhenti memukul —nyaris, sih— wajah Aomine. Membuat Momoi Satsuki berhenti menangis.
"Terima kasih atas manga buatanmu, Sakurai,"
"Su-sumimmasen! Ha-ha'i, douitashimasta, Imayoshi-san!"
Imayoshi tersenyum, begitu pula dengan Susa.
"Kurasa, kalian harus melepaskan ikatan Aomine." Susa membuka suaranya. Momoi yang mendengarnya mengangguk, lalu dengan bantuan Sakurai dan Wakamatsu membuka ikatan sang navy blue.
"Jika sudah selesai, bagaimana jika kita makan bersama? Sakurai pasti membawa banyak makanan, 'kan?" Tanya Imayoshi.
Sakurak mengangguk kecil pada mantan kaptennya.
"Nah, ayo kita rayakan kelulusan kelas tiga untuk yang terakhir kalinya bersama-sama."
.
.
"Saat suatu hal berakhir, yang lain dimulai."
— Aida Riko
.
.
.
.
A/N :
Setelah saya baca ulang, tulisan saya banyak yang berubah, ya? Makin jelek atau makin bagus, sih? Saya kurang bisa menilai, hehehe—
Duh, saya kangen masa-masa pas tahun terakhir saya di SD, ngingetnya, nyess —tapi saya pas wisuda kagak nangis, sih.
Akhir kata, review?
