Naruto Masashi Kishimoto

LOOK AT ME! NII-SAN

By Kyouka Hime

.

.

.

.

`Sakura ~

"Sakura-chan... ohayou." Ah, itu pasti Ino! suara uniknya cukup mengagetkanku. Ya tuhan.

"Tidak bisakah kamu tidak berteriak Ino-chan." Dasar! Ino malah nyengir, memang dia tidak berpikir aku kesal apa?

"Hehehehe... gomen Saku-jidat, hahahah." Ah menyebalkan memang dia ini.

"Sudah lah Ino-pig kita ke kelas bersama. Ayo!" segera saja kutarik dia ke kelas. Sebenarnya ada yang ingin aku ceritakan dengan sahabatku ini. Itu sudah kebiasaanku bercerita kejadian keseharianku kepada Ino. Aku pikir itu cukup meringankan bebanku.

Oh ya, aku Uchiha Sakura. kalian bingung dengan margaku? Begitulah, aku lahir dikeluar Uchiha ini keluarga yang amat aku sayangi. Sekarang aku bersekolah di Konoha International High School. Ya, sekolah ku ini bertaraf International, sebenarnya aku tidak terlalu ingin masuk sekolah ini. Aku berpikir akan menjadi murid sibuk yang tidak merasakan masa-masa remaja menuju kedewasaannya karena yang aku tahu, sekolah ini sangat ketat pembelajarannya. Namun, aku tidak mau mengecewakan Tou-san yang sudah membiayaiku selama ini. Ini permintaan beliau agar kelak aku dapat memiliki masa depan yang baik. Ternyata opiniku tentang sekolah ini tidak semuanya benar, aku memiliki banyak sahabat dan teman-teman disini. Kami sering belajar atau bermain bersama, bahkan berlibur bersama.

"Baiklah Sakura, apa yang mau kau ceritakan. Hm?" Tanya Ino. Ah, dia ini memang sahabat terbaikku.

"Bagaimana kamu tahu kalau aku mau bercerita?"

"Ayolah Sakura... kau sering melakukan ini pagi-pagi, Hahaha..." Ino memang mengerti tentang diriku. Dia terlalu baik. Aku ingin memeluknya.

Buggh..

"Kau kenapa Sakura? tentang kakak ayammu itu kah?" kau benar Ino ini tentang dia. Aku bingung harus bercerita apa denganmu Ino. Aku bingung. Aku hanya diam memeluk Ino. Aku ingin menangis. tapi aku tau menangis saja tidak menyelesaikan masalah ini.

"Kau harus semangat Sakura." Ino mengelus pundakku. Betapa pedulinya dia denganku. Aku tidak mau membuat Ino khawatir juga.

Aku mengangkat kepalaku menatap sahabatku ini. Sangat bahagia rasanya memiliki dia. Aku tahu air mataku sempat mengalir. Ino mengarahkan tangannya mengusap lembut pipiku menghapus jejak air mataku ini.

"Tersenyumlah Sakura."

"Terima kasih Ino. Aku tidak tahu bagaimana jika aku tidak memiliki sahabat sepertimu."

"Apa dia masih dingin denganmu Sakura?" pertanyaan Ino mengingatkanku dengan kejadian tadi pagi sebelum aku datang kesekolah ini.

.flashback.

aku mengambil tas dan sedikit merapihkan rambut dan pakaianku. Segera aku keluar kamar, saat itu juga aku berpapasan dengan kakak laki-lakiku yang baru keluar kamar juga. Ya, kamar kami berhadapan. Seketika tubuhku menegang. Entah kenapa ini sering terjadi ketika aku bertemu kakakku ini.

"Ohayou Nii-san..." Aku menyapanya. Berharap dia membalas ucapanku, setidaknya dia mau menoleh kearahku.

Syuut..

Aku merasa aku seperti patung atau mungkin hantu yang tak terlihat. Apa bagitukah kakakku membalas ucapan selamat pagi dari adiknya sendiri. Ini memang bukan yang pertama. Tapi semakin sering justru semakin menyiksa batinku. Aku memang lemah, aku tidak berani menanyakan alasan mengapa kakakku bersikap dingin dan selalu mengabaikanku. Aku takut, ya aku takut malah setelahnya akan memperburuk hubunganku.

Aku berusaha kuat. Kulangkahkan kakiku menuruni tangga menuju ruang makan mengikuti kakakku yang sudah berjalan terlebih dahulu didepan. Aku memang sangat berbeda dengan kakakku. Kakakku berambut hitam yang dibuat emo-style sedangkan aku berambut merah muda cukup aneh memang. Mata kami juga berbeda, kakakku memiiliki mata hitam legam sedangkan mataku berwarna emerald.

Aku melihat Tou-san sudah duduk di meja makan sambil membaca sebuah map hitam berlambang kipas kertas yang menjadi lambang Uchiha dan juga lambang perusahaan Uchiha yang Tou-san pimpin sekarang. Dia memang sangat sibuk tapi setiap pagi beliau selalu menyempatkan diri untuk sarapan bersama aku dan kakak. Ya, hanya kami bertiga. Kaa-san sudah ada di surga sekarang, beliau meninggal saat aku masih berumur dua tahun. Miris bukan.

"Ohayou Tou-san." Aku mendengar suara kakakku menyapa Tou-san. Aku tidak boleh iri jelas ia menyapa Tou-san karena dia orang tua kami dan kami harus sopan.

"Ohayou Sasuke." Jawab Tou-san sambil menatap kakak dan menutup map yang tadi sedang dibacanya.

Aku melihat Tou-san melihat kearahku yang baru sampai di ruang makan. Dengan segera aku menyapanya.

"Ohayou Tou-san..." Sapaku kepada Tou-san.

"Ohayou Sakura-chan." Balas Tou-san sambil tersenyum tipis.

Sarapan pagi kami lalui dengan tenang dan sunyi. Itu memang kebiasaan yang diajarkan tou-san kepada kami.

Aku melihat kakakku memainkan smartphonenya sambil tersenyum dan mengetik sesuatu seperti membalas pesan seseorang. Entahlah siapa orang itu, yang jelas aku sangat iri dengan dia. aku tidak pernah melihat bahkan mengingat kapan kakakku pernah tersenyum bahagia seperti itu untukku. Padahal aku ini adiknya tapi dia selalu mengabaikanku bahkan mungkin tidak pernah melihatku.

"Aku berangkat sekarang Tou-san."

Kakak bangun dari duduknya dan menggendong sebelah tangan tas gendong miliknya. Kakakku memang tampan dengan style simplenya dia dapat memikat banyak pasang mata.

"Kau bisa antar adikmu ini kan Sasuke?" tanya Tou-san, uhm... aku berharap kakak menerima suruhan Tou-san tersebut. Tapi aku tidak terlalu berharap aku juga tidak mau menyusahkannya.

"Aku ada praktek lapangan hari ini, aku harus segera berangkat." Jawab kakak sambil berlari kecil menuju pintu luar. Seperti biasanya, selalu menolak hal apapun yang bersangkutan denganku.

"Aku berangkat sekarang ya Tou-san. Aku naik Bus saja."

"Sekarang banyak kejahatan dalam bus Sakura. berhubung supirmu sedang cuti. Biar Tou-san yang antar." Aku tahu tou-san menghawatirkanku. Karena itu aku sangat menyayanginya. Begitu juga kakakku, walau perlaukuannya seperti itu tapi aku tetap menyayanyinya.

.flashback off.

"Dia masih saja mengabaikakanku Ino. Melihatku saja tidak." Aku tersenyum kecut, betapa mirisnya hidupku ini.

"Kau harus lebih semangat Sakura. Fighting!" seru Ino berteriak.

"Arigatou." Aku memeluk Ino lagi dan tersenyum senang mencoba meyakinkan diriku sendiri untuk terus berusaha menghadapi kakakku itu.

.

.

.

.

.

.

Sekarang aku berada di rumah Ino, tepatnya diruang tamu. Kami berencana untuk mengerjakan tugas kelompok. Rumah Ino memang tidak sebesar rumah milik Tou-san. Tapi rasanya berbeda, rumah ini penuh kehangatan.

"Tunggu sebentar ya Sakura. aku buatkan minuman spesial untukmu."

"Baiklah." Aku melihat tubuh Ino menghilang dibalik tembok menuju dapur.

Drap drap drap drap

Aku mendengar langkah berat dari arah tangga. Tak lama muncul sosok laki-laki dengan rambut pirang spike berantakan turun dari tangga bagunya lecek dan wajahnya masih semerawut. Itu kakaknya Ino namanya Naruto, dia satu fakultas dengan kakakku dan kadang-kadang berkunjung kerumah untuk menemui kakakku.

"Sakura-chan..." aku mendengar Naruto-nii memanggilku dengan suara khasnya. Akupun tersenyum dan melambaikan tangan kerahnya.

"Hallo.. Naruto-nii."

"Kau se-

"Nii-san! Apa yang Kau lakukan?" ucapan Naruto-nii terpotong dengan teriakan Ino yang tiba-tiba muncul sambail membawa nampan berisi dua minuman dan toples cemilan.

"Kau bau Nii-san. Ah! Kau belum mandi ya. Ini sudah Sore Nii-san!" seperti meledek sang adik Naruto-nii hanya mengorek ngorek telinganya dan tidak menjawab pertanyaan Ino. Hihihi, ada ada saja mereka ini.

"Ada apa sih Ino. Kenapa kau teriak ditelingaku?"

"Kenapa aku harus punya kakak sepertimu ini sih Nii-san. Kau baru bangun tidur eng? Belum mandi? Tidak malu dengan Sakura apa hah?" Ino semakin sebal dengan tingkah kakaknya ini.

Aku sangat ingin mengalami hal seperti Ino dan Naruto-nii ini walau seperti bertengkar namun aku tahu mereka begitu menyayangi satu sama lain. Tidak seperti aku dan kakakku saling melihat saja tidak pernah.

"Iya... iya... aku mandi sekarang. Maaf mengganggu ya Sakura."

Dengan usil Naruto-nii mengacak acak rambut Ino dan berlari menaiki tangga sambil tertawa. Sunnguh bahagianya menjadi Ino.

"Oh... ya ampun... rambutku." Aku hanya tersenyum melihat tingkah kakak berdik tadi.

"Kau beruntung Ino. Setidaknya kakakmu mau menyusilimu."

"Sakura..."

.

.

.

.

.

.Normal~

Matahari sudah tidak menyinari dunia lagi. Indah bulan menggantikan cerahnya sinar mentari. Gadis cantik dengan emeraldnnya melihat langit malam yang sunyi sambil berguman sebuah permohonan kecil. Rumah besar nan megah tempat gadis itu berada sekarang sangatlah sepi. Tidak ada aktifitas sama sekali, bahkan para pelayanpun sudah berada di ruangan khusus mereka beristirahat. Sang kepala keluarga belum kunjung datang, wajar jika beliau sibuk demi keluarganya.

Suara mesin mobil yang sangat halus terdengar oleh si gadis. Sakurapun langsung menuju pintu utama bangunan ini. Sakura sempat melirik mobil siapa yang sampai terlebih dahulu. Ternyata mobil sang kakaklah yang memasuki halaman rumah megah ini.

Sakura memberanikan diri untuk membukakan pintu untuk sang kakak. Berharap sang kakak akan melihatnya dan tidak lagi dingin dan mengabaikannya.

Cklek

Sakura membuka pintu rumah dengan pelan. Dan ternyata sang kakak sudah ada didepan pintu rumah tersebut.

"Okaeri." Dengan semangat Sakura mengucapkan selamat datang sambil tersenyum. Namun, senyuman indahnya sirna setelah sang kakak begitu saja masuk kerumah tanpa menghiraukan sang adik yang sudah menunggunya pulang hanya untuk membukakan pintu.

Sakura meremas gagang pintu dan menggigit bibir bawahnya menahan air mata jatuh kepipi ranumnya. Entah mengapa Sakura merasa lebih rendah dari pelayan yang biasa membukakan pintu untuk sang majikan.

Sakura tersenyum hambar, menguatkan dirinya untuk tahan atas perlakuan sang kakak. Meski lebih dari sepuluh tahun sang kakak bersikap seperti ini.

Sakura berjalan menuju kamarnya dilantai dua. Namun perhatiannya kembali tersita mendengar suara yang sangat ia kenal dari arah dapur. Sakura melangkahkan kakinya menuju dapur. Dilihatnya sang kakak mengambil segelas jus instan dengan tangan lain menggenggam ponsel mahalnya yang ia arahkan pada alat pendengarannya.

Sakura meremas baju yang ia kenakan tepat didepan dada. Hatinya begitu Sakit mendengar ucapan ucapan manis sang kakak yang entah ditujukan untuk siapa.

"Kau harus kuat Sakura..."

.

.

.

.

.


To be continue...

Ah, fic apa ini... ya.. semoga suka ya dengan cerita ini. aku butuh banyak masukan nih, bantu yah.. review fic ini. kalau ada MISS TYPE kasih tau ya. Nanti aku benerin lg, kalo ada kesalahan penulisan dan bahasa boleh dikomen kok.

Terimakasih ya, yang sudah baca cerita ini. jangan lupa review.

ありがとう ございまつ

Kyouka Hime -