"Kunci apa itu, Kenji?"

"Kunci ruang bermain Kazuma."

"Kazuma?"

"Sebelum makan malam dia menitipkan ini padaku. Katanya aku harus terus memegangnya bahkan ketika sedang tidur, entah apa maksudnya."

"Mungkin itu karena Kazuma benar-benar sayang padamu. Dia sudah menganggapmu seperti kakaknya sendiri."

"Err... mungkin,"

"Ini sudah sangat larut. Aku akan ke kamar dan beristirahat... selamat tidur!"

"Selamat tidur, Natsuki..."

.

.

Pip—Pip—Pip—

.

"E-mail dari Kazuma? Malam-malam begini?"


夏に去
(Leave in Summer)

Summer Wars (c) Mamoru Hosoda
Warning: Headcanon. Canon Diverge.

.
by Ratu Obeng (id: 1658345)

.

.

.


Malam ini adalah musim panas setahun berikutnya.

Lagidi rumah kebanggaan bibinya di prefektur Ueda. Si kulit sawo matang tetap tidak lepas dari kebiasaannya bermain laptop sepanjang hari. Sibuk meninggalkan hiruk pikuk reuni keluarga besarnya yang tengah sibuk mengobrol sambil menikmati makanan kecil atau bir, meninggalkan ibunya yang sedang mengurus adik perempuannya yang masih balita, bahkan meninggalkan ayahnya yang mungkin sedang sibuk berceloteh dengan paman-pamannya mengenai pekerjaan melelahkan dalam kegiatan rutin.

Singkatnya meninggalkan segala rutinitas keluarga yang membosankan.

Tidak ada yang berubah, kecuali tinggi badannya yang dipercaya sudah bertambah beberapa senti. (Walau belum cukup untuk mengalahkan tinggi badan anak-anak nakal yang sering mengerjainya di sekolah) Ikezawa Kazuma merasa cukup puas dengan porsi tubuhnya kini.

.

'Input OZ username and password'

Jemari cekatannya lekas mengetik apa yang dibutuhkan untuk memasuki infrastruktur program yang dikenal. Meluncur dalam dunia bebas yang tidak bisa didapati siapapun di alam nyata. Hasilnya merupakan aktivasi sebuah avatar kelinci putihyang sekiranya dapat membuat obyek lain di dunia tersebut berdecak kagum ketika melihatnya.

.

'King Kazma Active'

Mata sang avatar mulai terbuka. Menjelajah dunia OZ seperti yang sudah seharusnya. Tubuhnya melayang melewati berbagai tempat dalam sekali sentuhan melalui jari-jari kecil Kazuma pada keyboard-nya.

Di saat yang sama, sebuah virus berhasil aktif.

Sudah setahun Kazuma menunggu datangnya hari ini. Semenjak dia menemukan sisa data Love Machine; semenjak dia tahu bahwa hanya dengan sebuah program, memasuki dunia OZ bukanlah ilusi semata. Masalahnya, program tersebut telah hancur pada musim panas lalu, saat dia dan keluarga besarnya berhasil menyelamatkan OZ. Menyisakan hanya remah investasi yang berhasil disalin sebelum semuanya dimusnahkan oleh yang berwajib.

Tangan kiri Kazuma menempel pada layar laptopnya, telunjuknya di tangan lain bersiap pada tombol enter.

"Kumohon, aku ingin masuk ke OZ. Aku ingin bertemu..."

—apapun resikonya.

Dengan satu tombol perintah, tiba-tiba layar yang disentuhnya bercahaya. Tubuhnya terurai ekspres dalam balutan cahaya. Sekejap kemudian Kazuma menghilang, tergantikan dengan data dirinya yang kini berada dalam layar komputer.

Sempurna.

.

"Ini... gerbang OZ?"

Sejenak, Kazuma tidak melihat perubahan pada dirinya meskipun jelas sekali dia sedang tidak berada di ruangannya lagi. Wujudnya kini kukuh dalam dunia digital bernama OZ.

Manik gelapnya menyapu sekeliling dunia yang sudah dikenalnya. Mengacuhkan semua benda ajaib juga setiap avatar yang ada, merasa heran akan keberadaannya. Sebuah jam virtual memperlihatkan bentang waktu yang menghitung mundur seperti bom. Syukurlah Kazuma sudah memprogram jam tersebut untuk berjaga-jaga karena jam tersebut yang mempengaruhi keberadaannya dalam Oz.

Kembali ke tujuan awal.

Saat ini yang dicarinya hanya satu, dan merupakan satu-satunya alasan kenapa dia mempertaruhkan nyawanya pada sebuah virus.

"KING!"

Pupil mata Kazuma melebar, senyumnya mengembang bahagia saat melihat seekor kelinci putih yang jauh lebih besar dari dirinya kini hadir sebagai sosok hakiki. Dipeluk bagian dirinya yang selama ini hanya bisa dilihatnya melalui layar laptop. Tidak jauh berbeda dari perkiraan, bulu putih King halus layaknya kelinci sungguhan. Terpancar sinar data pada saat mereka bersentuhan kencang.

Beberapa saat, Kazuma masih memeluk avatar miliknya sambil merasakan kelembutan yang luar biasa. Belum pernah dia sebahagia itu selama empat belas tahun hidupnya.

Sementara sang kelinci hanya memandang tuannya yang masih memeluknya manja. Tergoda oleh sentuhan Kazuma, sepasang lengan kekar nan ramping ikut balas memeluk. Mungkin agak terlalu kencang, karena tidak lama kemudian Kazuma menggeliat lalu meminta avatarnya untuk melepaskannya.

Setelah memposisikan dirinya di atas bahu King, Kazuma melihat dunia OZ dengan pemandangan berbeda—memerhatikan ratusan avatar berhamburan melakukan pekerjaan di dunia penuh warna. OZ tidak ubahnya dunia sebenarnya, hanya saja semua yang ada tergantikan oleh sosok maskot-maskot lucu dan menarik sehingga Kazuma geli karenanya.

"King, ayo kita jalan-jalan!"

Kelinci gagah dengan balutan jaket merah serta goggle itu mengangguk paham. Dalam sekejap dia melesat menjauhi gerbang OZ menuju daerah-daerah aman yang diketahuinya. Sesekali dia melakukan maneuver-maneuver tajam untuk unjuk kebolehan pada tuan kecilnya. Siasat itu berhasil karena Kazuma tidak henti-hentinya berdecak kagum untuk setiap aksinya. Suasana di OZ bagi Kazuma terasa lain, sangat hangat dan nyaman. Tidak seperti suasana dingin dunia nyata dan realitanya yang menyebalkan.

Dilihat dari waktu yang tersisa, masih ada setengah jam lagi. Hingga saat ini keadaan masih aman.

Ternyata sisa virus memang sangat lemah, Kazuma sempat meyakinkan dirinya untuk tidak terlalu khawatirsampai gerakan King mendadak terhenti. Bulu di permukaan tubuh sang kelinci perlahan naik. Tubuhnya bergetar merasakan tanda bahaya.

Alis sang tuan berkerut heran melihat perubahan sikap avatarnya, tapi kemudian bulu kuduknya pun ikut merinding melihat sosok yang sudah berdiri tegap di depan mata. Kazuma hanya bisa menatap sambil memikirkan harapan lain. Harapan agar bisa keluar hidup-hidup dari dunia OZ, karena seseorang yang ditunggunya tidak kunjung datang. Padahal waktunya di dunia tersebut makin menipis.

"...Love Machine,"

Nama musuh lamanya dilontarkan Kazuma dengan suara getir. King perlahan menurunkan tuannya sampai menapak mantap, mengisyaratkan agar dia berlindung ke tempat yang aman. Dalam sekejap, daerah sekeliling mereka berubah menjadi area pertarungan sempurna. Entah apa yang sudah dilakukan oleh virus tersebut, tapi avatar yang bertebaran di sekitar mereka berangsur lenyap.

—ZAPPPP

Dengan kecepatan tinggi, Love Machine melancarkan serangan pembuka. Membuat King harus terdorong jauh ke belakang dalam usahanya menahan keseimbangan. Selama beberapa saat pertarungan mereka berlangsung seru, hingga—

.

"KAZUMA!"

.

Terpampang wajah seseorang tidak asing dari kaca laptop yang dilihat Kazuma dari dunia OZ. Dengan suara yang teresistansi di telinga, suara itu masih terus berteriak memanggil nama yang lebih muda. Tidak terlalu kencang sebetulnya, kecuali dia ingin membangunkan seluruh anggota keluarga Jinnouchi yang tengah terlelap.

"Hai, Kak Kenji!" sapa Kazuma dengan senyum dingin khasnya—tidak lupa dengan lambaian tangan. Dalam hati, Kazuma benar-benar bersyukur luar biasa. Dua kaki mendadak lemas, seketika limbung dan jatuh terduduk karena gagal menahan bobot tubuhnya.

Lega.

"JANGAN HANYA 'HAI'! APA YANG SUDAH KAMU LAKUKAN? KENAPA KAMU BISA MASUK KE DALAM OZ?!"

Teriakan pemuda bernama Kenji itu menjadi-jadi. Suaranya menyiratkan amarah sekaligus cemas. Matanya berkilat melihat pemuda yang sudah dianggapnya adik itu sekarang berwujud sebuah avatar OZ, dengan outline tubuh yang memerah dan gerakan kasar sedikit patah seperti permainan komputer online.

"Nanti kuceritakan. Coba lihat memo di atas mejaku." potongnya Kazuma segera, "Dekat laptop. Di situ—"

"...tertulis cara untuk menghentikan virus yang sedang kamu jalankan..." ujung jari Kenji sedikit meremas memo yang dimaksud. Terjawab sudah kenapa teman kecilnya sempat mengirim e-mail dan menitipkan kunci ruang bermain padanya.

Di dalam komputer, Kazuma menggeleng lemah, "Paman Wabisuke yang menciptakan programnya, aku hanya memanfaatkan back up sisa yang memang berupa virus."

"Maumu apa sih, Kazuma? Bagaimana kalau kamu tidak bisa kembali?"

Kazuma memiringkan kepalanya.

"Aku pasti kembali. Karena Kak Kenji pasti berhasil memecahkan password lalu menghancurkan virusnya."

Senyum anak kecil itu melebar, membuat Kenji semakin pusing dan mengacak-acak rambutnya frustasi. Membaca angka hitung mundur yang tidak sampai beberapa belas menit, Kenji tidak membuang waktu dan segera mengeluarkan alat tulis dan kertas kotretan.

"Kamu akan sangat berhutang padaku setelah ini, bocah sial!" maki Kenji sambil mencatat ulang semua kode yang harus dipecahkan.

.

Di saat yang sama, King masih bertarung dengan sisa-sisa virus Love Machine. Walau memiliki fisik yang sama, Love Machine kali ini sangat lemah. Terlampau lemah sehingga pada saat-saat tertentu tubuhnya sejenak terurai menjadi data. Membuat King kesulitan untuk menyentuh musuhnya yang bagai transparan. Beberapa pukulan dan tendangan yang seharusnya masuk berakhir mentah begitu saja. Kazuma mulai pesimis akan persentase kemenangan mereka.

"King, gunakan jurus pamungkas yang biasa. Setelah itu ubah menjadi tendangan berputar!"

Jika biasanya tuannya harus mengetik perintah melalui komputer, saat ini perintah suara saja sudah cukup jelas. King menaati setiap komando dengan patuh. Ujung tumitnya telak mengenai tengkuk Love Machine yang belum sempat mengurai data dirinya, membuat sosok lawan tersungkur ke lantai putih OZ dengan sukses.

"YESSS!" Kazuma berteriak gembira seraya melemparkan kepalan tangan kanannya ke udara. Sayangnya Love Machine yang terduduk di bawah segera menyapu kaki King sehingga kelinci itu ikut ambruk.

"KINGGG!"

Kazuma kembali bersiaga. Melihat dan mengarahkan avatarnya secara langsung benar-benar tidak semudah kelihatannya.

Love Machine yang berada di atas angin mengambil jalan pintas. Tangan kejinya menyambar leher Kazuma dalam sepersekian detik, mengangkat tubuh kecil itu ke udara bagai mainan.

"KAZUMA!" Kenji yang sedang menganalisa sandi mulai pecah konsentrasi saat melihat Kazuma di dalam laptop tercekik oleh jari-jari musuh. Kaki Kazuma berayun, meronta mencari pijakan.

Love Machine mengarahkan pandangan tajamnya sambil mengibas ringan telunjuknya yang bebas ke arah King. Membuat tanda ancaman; jika dia berani bergerak sedikit saja maka tuannya akan mati.

Tangan King hanya bisa mengepal menahan emosi.

"Kak... Kenji... hhhk!" Kazuma mulai kehabisan napas. Yang bisa Kenji lakukan adalah melakukan summon avatarnya—seekor tupai kecil berwarna kuning yang langsung hadir di arena pertarungan.

Mendadak data Love Machine terurai. Sang tupai yang menyadari hal itu langsung melesat menuju Kazuma yang jatuh dari ketinggian lumayan, membiarkan dirinya tertimpa berat tubuh manusia yang cukup berat. Sebelum Love Machine mengambil kesempatan lagi, King menyambar Kazuma dan sang tupai. Mengevakuasi mereka hingga jangkauan aman.

"Hhh... uhuk... nhh... astaga, tadi itu menakutkan..." si kulit sawo matang terengah-engah mencari oksigen.

King memberi perintah kasat mata pada tupai tersebut untuk melindungi tuannya yang tentu saja langsung disetujui oleh yang bersangkutan.

Tidak banyak waktu sampai Love Machine melancarkan serangan pada King yang lengah. Tendangannya tepat mengenai perut sang kelinci sehingga makhluk malang itu terpental, menabrak komoditi dunia OZ yang beterbangan. Alur napas King mulai tidak stabil, Kazuma tahu kalau stamina avatarnya kian menurun, begitu pula dengan hitung mundur waktu yang terpampang jelas.

Waktu Kazuma di dunia OZ tidak sampai tiga menit.

"KAK KENJIII!" Kazuma mulai berteriak cemas.

"Satu kode lagi!" Kenji ikut meninggikan suara, "Aku sudah membuat barikade di sekitar avatarku, jangan jauh-jauh darinya. Dan cepat kembali ke gerbang OZ atau kita akan kehabisan waktu!" dikte Kenji tegas. Tangannya masih belum berhenti mencoret, mencari sumber angka penting yang bisa dipakai untuk menyelamatkan calon adik iparnya (atau setidaknya demikianlah panggilan yang diharapkan pemuda jenius itu di masa depan).

'Success'

'Uninstall system 10%...'

"Bagus!" Kenji bernapas sedikit lega. Namun dia kembali cemas karena Kazuma belum juga sampai di tujuan.

Gerbang tidak akan terbuka lama setelah perintah pembatalan data. Sekarang Kenji sibuk mengerahkan avatarnya melalui keyboard laptop Kazuma. Untuk selanjutnya, Kenji berpikir akan meng-upgrade si tupai kuning agar (paling tidak) dia bisa melayang. Karena kecepatan lari makhluk itu sekarang membuatnya senewen.

'Uninstall system 40%...'

"Di mana gerbangnyaaa?" Kazuma bertanya pada ikon kuning milik Kenji yang langsung menunjuk simbol merah berbentuk kunci tidak jauh. Dia dan tupai kuning tersebut bergegas menyerbu gerbang seperti atlet yang melakukan lomba lari.

'Uninstall system 70%...'

DUAKKK

Love Machine kembali mematahkan serangan. King yang terjatuh diinjak dengan sadis. Tidak cukup sampai di situ, berkali-kali si bulu putih harus menerima tendangan yang membuat kondisi fisiknya semakin lemah. Sayangnya ada perbedaan tajam antara King dan Love Machine saat itu. Bahwa sang Champion Martial art OZ memilki sesuatu yang saat ini harus dilindungi, apapun resikonya.

King melepas jaket merahnya kemudian menghantamnya ke muka love machine, menyebabkan monster itu lengah sesaat. Memberi celah agar dia bisa memberikan tinju pamungkas terakhir.

'Uninstall system 90%...'

"Kazuma! Cepat!"

"Hei, aku juga berusahaaa!" kaki kecil Kazuma yang memang tidak sedang memakai alas kaki menjadi kebas. Fokusnya saat ini hanyalah mencapai pintu gerbang OZ bagaimanapun caranya. Namun semakin dia berlari, gerbang itu terasa semakin jauh akibat rasa panik yang terlalu mendominasi. Hal spontan yang bisa dilakukan saat ini adalah meneriakkan sang avatar.

'Complete'

"KIIIIIIIIIIIIIIIIINGGG—!"

Kelinci raksasa putih itu melesat cepat meraih Kazuma serta avatar Kenji masuk ke dalam gerbang. Meninggalkan sisa-sisa data Love Machine yang hancur serupa kembang api jauh di belakang. Kazuma masih sempat menikmati momen tersebut dari balik pundak King yang kini menghangatkan tubuhnya.

"Kazuma! KAZUMA!" suara Kenji yang panik kembali terdengar.

"Aku tidak apa-apa, Kak! Aku akan segera kembali." nada suara Kazuma berbalik stabil. Mencoba menenangkan kakak kesayangannya yang terlalu gampang khawatir.

"...aku akan segera kembali" ucap Kazuma lagi, tapi kali ini ditujukan pada representasinya yang sudah berlutut bak seorang prajurit.

"—terima kasih untuk selama ini, kita akan segera berpisah. Virus Love Machine sekarang sudah musnah sempurna." Kazuma mengelus kepala avatarnya gemas. King sedikit menunduk agar tangan yang kecil mudah meraihnya, menikmati belaian nikmat dari tuannya sebelum melepasnya pergi.

Senyuman Kazuma hanya bertahan sebentar karena sekarang dia mulai meneteskan air mata. Dipeluknya kelinci itu sekali lagi sambil terisak. Tubuh Kazuma mulai menghilang, terurai menjadi data. King mengendus bibir Kazuma dengan ujung hidungnya, ikut memberi tanda perpisahan. Keduanya tahu, secara fisik mereka tidak akan pernah bertemu lagi.

"Aku bangga padamu, King! Selamat tinggal—tidak—sampai jumpa!"

Selarik kalimat terakhir, Kazuma keluar dari laptop. Melalui proses penguraian data yang sama seperti saat dia masuk, menuju fisik yang solid. Kemudian menimpa Kenji yang kini sudah tergeletak di bawahnya.

"Adududuh!" yang lebih tua meringis kesakitan saat dahinya terantuk lantai kayu yang keras. Tanpa disuruh, Kazuma langsung menyingkir dari badan Kenji, memberi ruang sang kakak untuk bernapas.

"Te-terima kasih... kak Kenji..." bisiknya lirih, berusaha menyembunyikan senyum di balik punggung tangannya. Mencoba bersikap cool seperti biasa.

"Apa-apaan kamu, Kazuma! Jangan pernah nekat seperti tadi, bagaimana kalau aku tidak datang?" Kenji benar-benar kehabisan napas dan akal. Dia sudah mengalami dua kali perang nyawa dalam dua kali musim panas.

"Sudah kubilang tadi... kak Kenji pasti datang." kali ini Kazuma tidak bisa menyembunyikan senyum manisnya. Tubuhnya juga baru saja merasakan efek lelah, sehingga dia pasrah dan bersandar di dinding.

"...itu alasan kamu memberiku kunci kamar ini? Lalu e-mail juga memo itu? Kamu memang sudah merencanakan semua ini?"

Otot muka Kenji berkerut lebih kencang. Sayangnya semua pertanyaan Kenji kembali disambut hanya dengan senyuman. Kazuma terlalu letih untuk menjawab. Dia bahkan terlalu letih untuk mematikan laptop. Dilihatnya benda elektronik itu sedang melakukan restart ulang otomatis.

"...alasannya, nanti saja." tubuh Kazuma terbaring lemas di atas lantai kayu. Sebentar menjulurkan tangannya ke udara lalu mencium punggung tangannya—menghadirkan kembali kehangatan King dalam dirinya. Tidak lama karena dia langsung mengambil posisi nyaman dalam dekapan yang lebih tua dan tertidur.

"Pokoknya aku tidak mau tahu kalau kita dimarahi begitu bangun nanti." setelah menjitak pelan kepala Kazuma, Kenji ikut menutup pelupuk perlahan. Lega karena semuanya sudah berakhir.

Mereka hanya berharap tidak akan ada lagi perang di musim panas selanjutnya.


END

.

.

.

A/N:
Special thank's buat YUKITARINA yg udah jadi Beta #pelukcium
Ada yang pernah nonton movie super kece ini? Yuk, kita rumpi~

R&R maybe? C: