Disclaimer : All Character belong to Masashi Kishimoto
Terinspirasi dari Korean Drama "You're All Surrounded"
Tittle: Serendipity
Genre : Drama, Crime, Romance, Hurt/Comfort
Rate: M
Pairing : NaruSaku
Warning : AU, OOC, minim deskriptif, tyopo(s), abal, dll.
.
.
Sumarry :Yamato adalah pimpinan Tim 2 devisi kriminal. Ia tak menyangka bahwa tahun ini ia akan mendapatkan pekerjaan yang jauh lebih merepokan. Ia diminta untuk menjadi kapten tim rookie yang ternyata semua anggotanya adalah polisi pemula yang malah membuat kepalanya sakit. Mereka masih naïf dan amatir. Bagaimanakah kisah Yamato-Taichou dalam mendidik para polisi/detektif muda ini?(terinspirasi dari Kdrama "You're All Surrounded")
.
.
Chapter 1: I'm going Crazy
.
"Akankah dunia berubah jika kita berhasil menangkap seorang penjahat yang licin? Tidak! Dunia tetap tidak akan berubah karena saat kita sukses menangkap seorang penjahat, pasti akan ada penjahat lainnya yang muncul. Tujuan kami bukanlah mengubah dunia melainkan menegakkan hukum dan mengungkapkan kebenaran agar para korban atau keluarga korban mendapatkan keadilan mereka." —Yamato Tenzo—
ooOSerendipityOoo
.
.
Pukul 06.15
Seorang gadis berdiri di trotoar jalan. Dia masih menunggu rambu-rambu lalu lintas (pertanda pejalan kaki) berubah hijau. Disebrang jalan tersebut berdirilah sebuah gedung. Gedung kepolisian wilayah Kanto-Jepang. Lalu seorang pria berambut hitam dengan style bob berdiri di sebelahnya. Pria itu tersenyum lebar. Dia memperlihatkan deretan gigi-giginya yang putih tetapi justru malah membuat gadis itu merasa silau karenanya. Mereka kemudian menyebrang bersama.
Pukul 06.30
Gadis itu sudah berbaris rapi bersama kelima petugas polisi muda lainnya. Kini gadis tersebut sudah mengenakan seragam seperti kelima rekannya. Di barisan paling depan mereka berdirilah seorang pria berambut cokelat. Dia mengenakan jaket kulit berwarna hitam. Melihat penampilannya saja si gadis sudah tahu bahwa pria di depan mereka ini adalah seorang detektif.
"Hey, apakah paman itu pimpinan kita?" bisik si gadis pada pria yang tadi menyebrang bersamanya. Kebetulan pria tersebut memang berbaris di depannya.
"Ya. Kurasa begitu." Jawabnya membenarkan.
Si gadis melirik ke barisan sebelah kiri dan kanan barisannya. Mereka semua rata-rata sudah berumur 30-45 tahunan. Dia dan rekan-rekannya benar-benar terlihat berbeda dengan mereka. Mereka semua adalah detektif senior sedangkan mereka hanyalah seorang pemula.
Kepala Polisi Minato Namikaze menemui mereka. Chief Namikaze mulai memimpin rapat pagi ini. Dia menjelaskan kepada semuanya bahwa perekrutan polisi yang baru lulus ini adalah atas prakarsanya yang bertekad menghapuskan korupsi dalam kepolisian. Beliau dan para atasan juga merevisi hampir 70% personel.
"Dengan darah baru, diharapkan akan adanya energi baru!" ujarnya. Chief Namikaze kemudian melirik seseorang. "Yamato Tenzo, mulai sekarang kupercayakan kau untuk menjadi pimpinan tim rookie ini! Sebagai pemimpin tim kupersilakan kau untuk memberikan kata sambutan!" lanjutnya.
Yamato Tenzo maju ke depan. "Mulai hari ini, aku mengumumkan bahwa kepolisian Kanto ini adalah daerah bencana."
Para detektif senior tertawa. Chief Namikaze hanya tersenyum.
"Ungkapan itu tidaklah salah. Unit Kriminal memang tidak biasanya menerima polisi yang baru lulus karena mereka belum mempunyai pengalaman di lapangan. Meski begitu aku memintamu untuk membimbing polisi-polisi tersebut, Yamato-Taichou!"
"Seperti penitipan anak saja!" sindir Yamato tidak bersemangat.
Pintu kantor di buka. Seorang pria berambut silver dengan masker yang menutupi sebagian wajahnya lekas bergabung dalam rapat dan memberi penghormatan singkat pada Chief Namikaze. Dia kemudian memohon maaf atas keterlambatannya.
"Maaf, Chief. Saya terlambat karena tadi saya harus membantu seorang nenek yang membawa banyak barang bawaan yang—"
"Stop, Kakashi!" titah Chief Namikaze. Pria yang dipanggil Kakashi itu pun berhenti berbicara.
"Hatake Kakashi adalah Kepala Bagian Tim Forensik. Mulai sekarang, kalian mungkin akan sering bekerja sama dengannya." Kata Chief Namikaze sambil memandang keenam polisi pemula.
"SIAP!" kata keenam orang itu lantang.
"Rapat hari ini selesai! Semuanya, kembali bekerja!"
"SIAP!" ucap semua orang yang ada di sana.
Chief Namikaze kembali ke ruangannya setelah tersenyum kepada salah seorang diantara keenam anak muda tersebut. Orang itu membalas senyuman Chief Namikaze. Dia mengerti apa arti senyuman itu. Dia pun mengangguk.
"Hari ini kalian belum ada tugas. Setelah berganti pakaian temui aku di ruangan Tim Devisi Kriminal!" titah Yamato.
"Siap! Laksanakan!" ujar keenam orang itu lantang.
.
.
Yamato mengamati keenam anak muda itu dari ujung kaki hingga ujung rambut. Rekannya, Maito Gai si maniak bela diri penyuka pakaian ketat warna hijau berdiri di sampingnya. Mereka berenam benar-benar terlihat payah di mata Yamato.
Ada dua orang gadis yang terlihat sangat bertolak belakang. Gadis yang satu terlihat sangat mementingkan penampilannya. Dia mengenakan make up dan juga dress ungu selutut tanpa legan. Dia terlihat seperti seorang gadis feminim. Dia memiliki rambut pirang yang diikat ponytail. Matanya berwarna aquamarine.
Gadis lainnya berambut soft pink sebahu. Berbeda dengan gadis berambut pirang tadi, gadis ini bahkan tidak terlihat mengenakan make up sedikit pun padahal sebenarnya dia mengenakan make up tipis supaya terlihat lebih natural. Dia memiliki mata hijau emerald yang indah dan meneduhkan. Dia mengenakan celana panjang berwarna hitam dan blazer putih dibalik kemejanya. Dari gaya pakaiannya sepertinya dia gadis yang tomboy.
Ada juga dua orang pemuda yang terlihat sangat bersebrangan. Pemuda dengan rambut hitam gaya pantat bebek itu berwajah datar. Mata hitam kelamnya setajam elang. Dia terlihat dewasa. Warna kulitnya putih bersih. Gaya berpakaiannya sangat rapi. Dia mengenakan celana panjang warna hitam dan kemeja putih yang dipadukan dengan mantel panjang abu-abu. Dia tampak sempurna dengan wajah tampan tanpa cacatnya, bahkan sejak tadi gadis berambut soft pink terus mencuri-curi pandang kepadanya.
Pemuda yang satu lagi memiliki rambut jabrik berwarna kuning terang dan mata blue sapphire yang cerah. Kulitnya kecokelatan. Dia terlihat sangat ramah dengan senyuman memposana yang terlukis di wajahnya. Gaya berpakaiannya sangat cuek. Dia hanya mengenakan celana jeans hitam yang dipadukan dengan T-Shirt hitam dan Jacket berwarna orange dengan sedikit aksen warna hitam. Dia terlihat seperti anak sekolahan dan entah kenapa Yamato merasa anak ini mirip sekali dengan seseorang. Wajahnya tampan sekaligus manis karena dia memiliki tanda lahir berbentuk kumis kucing di kedua pipinya. Kalau diibaratkan, kedua pemuda tersebut seperti matahari dan langit malam.
Dua pemuda yang tersisa juga terlihat bersebrangan tetapi bukan karena ciri fisik mereka melainkan karena yang satu terlihat sangat bersemangat seakan-akan ada kobaran api yang menyala di kedua bola matanya. Sementara itu, pemuda yang satu lagi terlihat tidak memiliki gairah sedikit pun. Dia hanya menguap malas dengan kedua mata sipitnya yang terpejam.
Yamato ingin lebih dekat dengan mereka. Ia pun mempersilakan mereka duduk. Ia sendiri ikut duduk dihadapan mereka. Keenam anak muda itu pun dimintanya memperkenalkan diri.
"Katakan nama, umur, dan alasan kalian memilih pekerjaan ini di mulai dari yang paling kiri!"
Seorang pemuda yang sangat mirip dengan rekannya—Gai— berdiri. Kenapa dikatakan mirip? Itu kerena mereka berdua memang mirip. Mereka tinggi, beralis tebal dan berambut bob. Bedanya mata pemuda ini bulat dan bulu matanya panjang. Tidak seperti Gai yang matanya agak sipit. Hal yang paling mencengangkan dari mereka berdua adalah senyuman mereka yang bisa membuat matamu silau karenanya. Pemuda itu mengenakan celana jeans putih yang dipadukan dengan kaos oblong hijau dan jacket berbahan wol warna cream. Dia pun lekas memperkenalkan dirinya dengan suara lantang dan penuh semangat membara.
"Namaku Rock Lee. Umurku 25 tahun. Aku memilih pekerjaan ini karena kupikir pekerjaan ini menarik dan penuh dengan semangat masa muda! Sejak kecil aku juga sudah bercita-cita untuk menjadi seorang pembela kebenaran dan keadilan!"
Kontan saja semua orang di dalam ruangan langsung terjatuh dari kursinya dengan tidak elit, kecuali Gai yang malah mengacungkan jempolnya sambil tersenyum lebar, seseorang yang hanya menguap lebar, dan seorang lagi yang hanya menatap Lee datar sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
"Bagus sekali, Rock Lee!" puji Gai.
Yamato yang sudah kembali terbangun dan duduk di kursinya menyambung perkataan Gai. "Baiklah. Selanjutnya!"
"Namaku Yamanaka Ino. Umurku 22 tahun. Aku memilih pekerjaan ini karena, yah, aku ini tipe orang yang tidur lebih awal jadi sepertinya aku tidak akan cocok dibagian patroli. Aku juga ingin menjadi Warga Negara yang baik, itu saja." Katanya sambil tebar pesona dengan mengibaskan rambut kuncir kudanya.
Yamato memijat-mijat keningnya. Dia mulai pusing. "Dengar, aku tidak pernah melatih anak buah berambut panjang! Bereskan barang-barangmu dan pergilah!"
'BRAAKK!' Ino menggebrak meja.
"Apa-apaan itu? Itu namanya deskriminasi gender! Kau tidak mau menerimaku hanya karena aku ini seorang wanita? Memangnya seorang wanita tidak boleh menjadi polisi yang menangani kasus kriminal apa?"
"Kau tidak dengar? Maksudku hanya yang berambut panjang. Aku menyuruhmu pergi untuk memotong rambutmu itu."
Pipi Ino merona merah. Dia merasa malu karena sudah marah-marah di depan semuannya. "Oh, begitu? Gomennasai Yamato-Taichou!" ujarnya sambil membungkuk hormat pada Yamato.
"Selanjutnya!" sahut Yamato.
Pemuda dengan rambut hitam dikuncir ke atas berdiri. Dia mengenakan celana panjang hitam yang dipadukan dengan kaos oblong warna putih dan jacket kulit berwarna dark brown.
"Aku Nara Shikamaru. Umur 24 tahun. Sebenarnya aku tidak memilih pekerjaan merepotkan ini. Aku sempat menjadi POLANTAS selama setahun tetapi entah kenapa aku malah dipindahkan ke Devisi Kriminal?" kata Shikamaru yang kemudian menguap lagi. Yamato menepuk jidatnya.
"Oh, Kami-sama! Dosa apa yang telah kuperbuat?" ucap Yamato terlihat kehabisan energi.
"Lanjutkan!" sambung Gai.
"Uchiha Sasuke. Hn, 24. Aku memilih pekerjaan ini karena menurutku ini pekerjaan yang keren."
Semua orang yang berada di ruangan itu sweatdrop kecuali Yamato yang sudah ingin bunuh diri. Dia tidak habis pikir, kenapa anak buahnya tidak ada yang beres?
"Lanjutkan!" kata Gai pula.
"Namaku Haruno Sakura. 19 tahun. Sebenarnya ayahku sudah menyuruhku untuk menjadi dokter di rumah sakitnya tapi aku ingin mempunyai pekerjaan yang lebih menantang makanya aku memilih pekerjaan ini. Uwaah! Senangnya karena aku bisa satu tim dengan cowok ganteng!" Cerita Sakura sambil menatap Sasuke dengan wajah merona.
Yamato yang frustasi menggigit borgolnya.
"Hn. Jangan bermimpi! Aku tidak menyukai wanita!" kata Sasuke.
Semua orang kompak meneriakkan kata "HEH!" dengan bola-bola mata mereka yang seakan mau melompat ke luar.
Sakura yang langsung patah hati menangis tersedu-sedu. Ino memberinya tissue. Shikamaru merinding. Dia memeluk dirinya sendiri. Lee menggeleng keras-keras karena membayangkan sesuatu yang tidak-tidak.
"Hn. Kenapa? Tenang saja, kalian berdua bukan tipeku! Aku menyukai cowok yang lebih muda!" kata Sasuke sambil melirik pemuda yang duduk di samping Sakura.
"Jangan ngarep! Aku ini hanya menyukai wanita, tahu!" tegasnya sambil melirik Sakura blushing.
Sasuke yang patah hati memegang dadanya shock dan langsung pundung di pojokkan (Author di chidori terus di tendang ke laut sama Sasuke Lovers).
"Mereka semua sudah gila! Aku bisa ikutan gila kalau begini terus!" teriak Yamato sambil mengacak-ngacak rambutnya yang memang gatal karena ketombe.
Gai mencoba menenangkan suasana yang sudah kacau balau itu. Dia pun berdehem.
"Oh, ya! Kau belum memperkenalkan diri!" katanya sambil menunjuk pemuda yang baru saja menolak Sasuke.
"Namaku Uzumaki Naruto. 19 tahun. Aku memilih pekerjaan ini karena kudengar gaji detektif kriminal itu yang paling besar." Katanya dengan mata yang berbinar-binar.
Yamato membenturkan kepalanya ke meja berkali-kali. Dia benar-benar frustasi karena harus mengurus orang-orang gila ini. Kakashi yang kebetulan lewat memasuki ruang Tim Unit Kriminal. Dia pun tersenyum dibalik maskernya.
"Yo, Tenzo! Kau kenapa?" sapanya setengah mengejek. Tentu saja Kakashi sangat bahagia karena tidak harus membimbing anak-anak baru seperti Yamato dan Gai.
"Enyahlah kau, senpai!" sahut Yamato dengan nada dingin.
"Tenang saja, Tenzo! Mereka tidak sepayah kelihatannya!" hibur Kakashi sambil melirik Shikamaru, Sasuke, dan Naruto bergantian.
"Maksudmu apa, Kakashi?" tanya Gai.
"Kuberitahu satu rahasia, diantara mereka ada Legacy Chief Minato dan adiknya Itachi. Daagh, Tenzo!" katanya yang kemudian pergi.
'Kalau kau bukan tangan kanan ayahku, sudah kurobek mulutmu itu!' pikir Naruto. Tatapan blo'onnya berubah tajam.
Sasuke mengepalkan kedua tangannya hingga urat-uratnya terlihat. 'Berani-beraninya kau membandingkanku dengan Itachi. Aku tidak sudi dibandingkan dengan putera kebanggaan ayah.' Pikirnya dalam hati.
Shikamaru hanya menguap malas lagi sambil bergumam. "Mendokusai!"
Gai bertepuk tangan satu kali untuk mendapatkan perhatian dari keenam anak buahnya. Mereka semua pun menoleh padanya.
"Baiklah, sekarang giliran kami yang memperkenalkan diri! Namaku Maito Gai. Kalian semua boleh memanggilku guru Guy. Umurku 37 tahun tapi staminaku masih seperti anak remaja 17 tahun, lho. Hahaha…"
Yamato melayangkan death glare pada Gai. Dia jelas kesal pada Gai yang malah bertingkah seperti orang idiot di depan para pemula. Seharusnya dia menunjukkan wibawanya agar dihormati dan disegani oleh para anak buah.
"Bagaimana denganmu, Taichou?" tanya Ino dengan nada centil, mata berbinar dan pipi merona merah. Sakura melirik Ino curiga.
'Apa kakak ini menyukai Taichou?' pikirnya.
"Namaku Yamato Tenzo. 34 tahun. Aku adalah pimpinan Tim 2 dari Devisi Kriminal. Dengan kata lain, mulai sekarang kalian semua berada di bawah bimbinganku dan aku bertanggung jawab penuh atas kalian semua."
"Kyaa! Kau keren sekali, Taichou! Kau bertanggung jawab penuh atas kami semua? Aku jadi terharu!" puji Ino.
'Sudah kuduga dia menyukainya.' Kata Sakura dalam hati.
"Aku belum selesai. Aku sudah menikah dan memiliki seorang putera yang baru menginjak usia 7 tahun. Ada pertanyaan lain?" lanjut Yamato.
Ino terlihat shock, kecewa, sedih dan patah hati. Kini sudah ada tiga orang yang patah hati di ruangan ini.
"Bagaimana denganmu, Guy-sensei?" tanya Sakura.
"Oh, tentu saja aku juga sudah berkeluarga. Istriku seorang dokter. Kami mempunyai dua orang anak. Puteri sulungku sudah kelas tiga Sekolah Dasar dan puteraku baru berusia 4 tahun. Kalian sendiri? Adakah yang sudah menikah?"
"Tentu saja belum. Aku masih single." Jawab Naruto polos.
"Oh, kalau itu sudah jelas, nak! Kau dan Sakura yang paling muda di sini!" sahut Gai.
"Aku juga masih single, kok!" sambung kelima orang lainnya kompak.
"Nee, Sasuke-kun! Apa kau benar-benar gay? Atau yang tadi itu cuma becanda?" tanya Gai blak-blakan.
"Bukankah sudah kubilang? Sebenarnya beberapa tahun yang lalu aku sangat mencintai seorang gadis. Namanya Hyuuga Hinata. Kami berpacaran semasa Senior High School tapi dia bilang aku terlalu dingin makanya dia minta putus denganku." Cerita Sasuke.
"Jadi karena itu kau jadi benci wanita dan sikapmu jadi OOC begini?" tanya Lee kepo.
"Aku tidak membenci ibuku meskipun dia pernah bilang kalau aku harus berkonsultasi pada dokter psikiater semenjak seleraku berubah."
"Ibumu benar. Kau memang harus konsultasi pada dokter psikiater." Komentar Gai prihatin karena sangat disayangkan jika pria setampan Sasuke malah tidak menyukai wanita.
'BRAAAKK!' Yamato menggebrak meja dengan sangat keras.
"Hentikan pembicaraan bodoh dan tidak berguna ini!" teriak Yamato sambil menunjukkan muka horrornya.
Semua orang kecuali Sasuke reflek mengelus dada mereka karena kaget dengan gebrakkan Yamato pada meja malang tak berdosa itu, sekaligus teriakkan Yamato yang terdengar sangat marah dan menggelegar. Naruto menelan ludah. Tubuhnya gemetar dan wajahnya memucat melihat tampang Yamato yang menyeramkan. Dia memang tidak takut pada penjahat tetapi dia sangat takut pada makhluk-makhluk mengerikan yang disebut hantu atau monster.
"Gomennasai, Taichou!" kata semua orang bersamaan. Ekspresi Yamato pun kembali berubah menjadi sediakala.
"Mulai hari ini, sebelum aku melibatkan kalian dalam setiap misi, aku akan melatih kalian semuanya!" tegas Yamato.
"Pelatihan apa lagi, Taichou? Aku sudah mengikuti pelatihan selama empat tahun!" protes Lee.
"Aku sudah mengikuti pelatihan selama dua tahun. Selesai pelatihan, aku sudah menjadi petugas polisi yang hanya mengurusi hal-hal kecil seperti pembuatan SIM, SKCK, dan lain-lain. Aku juga harus membuat laporan-laporan bodoh setiap harinya. Selain itu, aku sudah pernah menjadi POLANTAS selama setahun. Lantas, hal merepotkan apalagi yang harus kulakukan?" Shikamaru ikutan protes.
"Apa pelatihannya keren? Kalau hanya latihan bodoh aku tidak mau!" sambung Sasuke.
"Taichou, kumohon berbaik hatilah pada kami! Aku sudah muak dengan kuliah fakultas hukum dan ujian pegawai negeri yang harus kuikuti hanya demi menjadi seorang polisi. Aku pun sudah pernah mengikuti pelatihan dan lain sebagainya. Kenapa aku masih harus mengikuti pelatihan lainnya?" Ino ikutan nimbrung.
"Aku juga—"
'BRAAKK!' perkataan Sakura terpotong oleh gebrakkan Yamato pada meja untuk yang kedua kalinya.
"Kalau kalian semua tidak sanggup melakukannya, lebih baik kalian bereskan barang-barang kalian dan ajukkan surat pengunduran diri kalian sekarang juga!" teriak Yamato. Dia sudah tidak bisa lagi menahan amarahnya.
Mereka saling melirik satu sama lain dan langsung memohon maaf pada Yamato atas ketidaksopanan mereka sekaligus tindakan mereka yang kekanak-kanakkan, kecuali Naruto yang bahkan tidak berniat untuk protes. Dia sudah bertekad untuk menjadi seorang detektif hebat karena ingin menegakkan hukum dan keadilan di dunia ini. Dia akan melakukan apapun yang diperintahkan oleh atasannya jika memang itu demi mengungkapkan kebenaran dan melayani masyarakat luas.
"Kau tidak mau ikutan protes, bocah?" tanya Gai.
"Tidak. Sudah selayaknya kami patuh pada pimpinan selama itu tidak melanggar hukum dan masih dibatas kewajaran." Kata Naruto sambil tersenyum.
Yamato tersenyum tipis, sepertinya anak-anak muda ini tidak seburuk yang dia bayangkan.
"Aku akan membagi kalian dalam tiga kelompok. Katakan siapa yang paling tidak kalian inginkan untuk menjadi pasangan kalian!"
"Selama itu bukan wanita aku tak keberatan. Bukanya aku tidak menyukai wanita. Aku normal... hanya saja wanita itu merepotkan. Mereka hanya memikirkan badan mereka, kuku-kuku mereka, dan senang sekali menghabiskan waktu dengan bercermin." Shikamaru yang duluan menjawab. Ino yang merasa tersindir mendelik tajam pada Shikamaru.
"Aku juga tidak sudi berpasangan denganmu, rambut nanas! Dan asal kau tahu, aku juga tidak mau dekat-dekat dengan pria berbau rokok sepertimu!" sahut Ino. Shikamaru hanya mengorek kupingnya dengan jari kelingking, tampak tidak peduli.
"Kau benar-benar membuatku marah!" teriak Ino kesal. Yamato menyeringai.
"Yang lain?" sahutnya.
"Aku mau dengan siapa saja asal jangan dengan orang yang seumuran denganku. Aku tidak mau berpasangan dengan orang bodoh yang senang sekali tersenyum seperti orang gila." Jawab Sakura.
"Apa maksudmu mengataiku bodoh, hah?" sahut Naruto tidak terima. Well, memang siapa lagi yang seumuran dengan Sakura di sini. Sudah jelas yang Sakura maksud adalah dirinya.
"Kau memang ba-ka! Itu sudah tertulis jelas di wajahmu!"
"Kau pikir, kenapa aku bisa menjadi seorang anggota kepolisian di usia semuda ini?"
"Apa lagi kalau bukan karena kau memiliki koneksi yang sangat bagus sekaligus kuat di dalam kepolisian Jepang? Yeah, I mean Nepotisme or something like that?!"
"Aku ada di sini karena memiliki kemampuan!" tegas Naruto sambil menatap Sakura tajam.
"Ho-ho, really? Kau bahkan terlihat lemah! Apa kau bisa Martial Art, hmm? Menggunakan pistol?"
Sakura terus mengoceh. Naruto terlihat tersinggung tetapi masih bisa menahan emosinya. Sasuke tersenyum sinis.
"Dasar gadis Tsundere!" komentar Sasuke. Yamato kembali menyeringai.
"Bagaimana denganmu, Sasuke-kun?" tanya Gai.
"Aku lebih baik bersama wanita atau yang lainnya daripada dengan makhluk hijau aneh itu. Imej kerenku bisa jatuh jika makhluk berisik itu terus menempel padaku." Jawab Sasuke sambil menunjuk muka Lee.
"Baiklah… Sudah kuputuskan!" Yamato membuka laci meja dan mengambil tiga borgol. Ia berdiri lalu memborgol Shikamaru dengan Ino. Naruto dengan Sakura. Sasuke dengan Lee. "Mulai sekarang orang yang terikat denganmu adalah partnermu!" lanjut Yamato.
"HA?" teriak keenam orang itu serentak.
"Latihan pertama adalah kerja sama. Partner adalah satu kesatuan. Kerja sama sangat penting dalam setiap misi. Untuk mewujudkan kerja sama yang baik, hal pertama yang harus kalian lakukan adalah akrab dengan partner kalian. Kuberi kalian waktu setengah hari. Hingga matahari terbenam aku tidak akan memberikan kuncinya."
"Taichou, bagaimana aku bisa mandi dengan tenang kalau harus terikat dengan si rambut nanas ini?" Ino mulai berbicara. Dia hampir menangis. Mimpi apa dia semalam sampai dia harus diborgol bersama pria pemalas berbau tembakau ini?
"Solusinya sederhana. Kau tidak perlu mandi." Kata Yamato santai.
Ino memperhatikan jam dinding. Masih ada sekitar 8 jam lagi sebelum matahari terbenam.
"Bagaimana kalau aku ingin poop? Tidak mungkin aku poop di depan Sasuke!" protes Lee. Mendengarnya saja Sasuke langsung memegang perutnya. Rasanya ia ingin muntah.
"Tidak usah BAB." Sahut Yamato datar.
"Menahan poop itu tidak baik untuk kesehatan, tahu!" balas Lee.
"Yamato-Taichou, kumohon lepaskan kami! Aku tidak mau berada di dekatnya sepanjang waktu!" sambung Sakura memelas.
"Aku juga tidak mau!" balas Naruto.
"Dengar, dengan posisi seperti itu kalian akan belajar untuk tidak egois! Kalian harus mempercayai partner kalian!" kata Yamato. Ia mengambil napas sebelum melanjutkan. "Waktu mundur di mulai! Kalian boleh pergi kemana pun! Kalian tidak boleh hanya diam di sini karena itu melanggar peraturan! Sekarang semuanya bubar!"
Sakura memandang lesu tangan kanannya yang diborgol dengan tangan kiri Naruto. Bagaimana caranya dia makan kalau begini? Dia bukan kidal dan dia butuh makan.
Shikamaru, Ino, Sasuke dan Lee sudah ke luar ruangan. Naruto dan Sakura mengikuti mereka dari belakang.
"Gai, kau awasi Naruto dan Sakura. Aku akan mengawasi Sasuke dan Lee. Lalu suruh Genma untuk mengawasi Ino dan Shikamaru!"
"Siap!" sahut Gai yang lekas melaksanakan titah Yamato.
ooOSerendipityOoo
.
.
Naruto hendak berjalan ke arah kanan sedangkan Sakura hendak berjalan ke arah kiri. Tentu saja mereka jadi saling tarik-menarik dan langsung kehilangan keseimbangan. Sakura melayangkan death glare pada Naruto.
"Aku mau ke kiri, Naruto baka!" teriak Sakura.
"Aku mau ke kanan, gadis rambut gulali!" sahut Naruto tidak mau kalah. Mereka akhirnya saling menatap lawan bicaranya. Sama-sama melayangkan death glare seakan ada arus listris yang saling beradu keluar dari iris mata mereka.
"Salah satu diantara kita harus ada yang mengalah, baka!" bentak Sakura.
Naruto menahan kekesalannya pada Sakura. Ia teringat kalau seorang detektif harus melatih kesabarannya. "Oke, kali ini aku yang mengalah!"
Sakura tersenyum penuh kemenangan. Gai yang sedang mengintai mereka diam-diam mulai mencatat sesuatu di buku note-nya.
Naruto berjalan disebelah Sakura. Orang-orang yang lewat memandang mereka aneh. Pertama-tama Sakura memberhentikan sebuah Taxi karena dia terpaksa meninggalkan mobilnya di kantor polisi. Dia tidak mungkin bisa menyetir dalam keadaan seperti ini. Sakura berencana untuk pulang ke rumah untuk mengepak barang-barangnya. Dia memutuskan untuk tinggal di sebuah Flat sederhana yang jaraknya lebih dekat dengan kantornya.
Mereka pun tiba di rumah Sakura. Gai menyamar sebagai butler baru keluarga Haruno tetapi ia tak berhasil mengelabui security, makanya ia terpaksa menunjukkan kartu identitasnya seraya berkata kalau ia sudah membuat janji dengan Haruno Sakura. Dia terpaksa harus menyamar untuk menjamin keselamatan saksi mata karena saksi tersebut sudah diancam oleh pelaku. Gai menjelaskan bahwa kekasih Nona Haruno kebetulan adalah salah satu saksi mata kejadian tabrak lari kemarin.
"Oh, anak berambut blonde itu?" tanya security tersebut.
"Ya."
"Bukankah Nona Sakura juga adalah seorang petugas polisi? Kenapa harus anda yang mengintrogasinya?"
"Nona Haruno belum diberikan misi apapun karena dia adalah polisi yang baru lulus. Itulah sebabnya tugas ini diberikan padaku."
"Oh, begitu. Kalau begitu silakan masuk!"
Gai pun lekas masuk ke dalam rumah mewah itu. Rumah keluarga Haruno benar-benar sepi. Kedua orang tua Sakura nampaknya sedang sibuk bekerja di Rumah Sakit sedangkan para pelayan mereka pasti sedang sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Gai pergi ke dapur untuk membuatkan kopi. Ia bertanya di mana letak ruang pemantau CCTV pada seorang pelayan yang sedang sibuk memasukkan pakaian-pakaian kotor ke dalam mesin cuci. Tentu saja pelayan itu tidak mau memberitahu dan malah bertanya siapa Gai dengan ekspresi curiga.
"Siapa kau? Tuan dan Nyonya tidak bilang pada kami kalau mereka memperkerjakan butler baru?"
Gai pun terpaksa menunjukkan kartu identitasnya pada pelayan tersebut. "Ini untuk kepentingan penyelidikan!" tegasnya.
Pelayan tersebut mengangguk mengerti lalu mengantarkan Gai hingga ke depan pintu ruangan. Gai berterimakasih lalu segera masuk. Gai tersenyum pada seorang petugas keamanan yang sedang memonitor CCTV dan memperkenalkan dirinya sebagai petugas polisi yang sedang melakukan penyelidikan. Dia juga membuatkan kopi untuk petugas keamanan tersebut. Petugas keamanan memantau CCTV yang lain sedangkan Gai hanya fokus memantau CCTV yang berada di kamar Sakura.
.
Sakura terpaksa membawa Naruto ke kamarnya. Kamar Sakura didominasi warna merah dan putih. Naruto memandang takjub design interior kamar Sakura yang memang bagus. Kamar Sakura juga sangat bersih, rapi dan wangi bunga.
"Kau sangat menyukai warna Bendera Negara kita, ya?" tanya Naruto sambil memperhatikan sekeliling kamar Sakura.
"Tentu saja. Aku bukan penyuka warna norak sepertimu." Kata Sakura sambil memperhatikan Jacket Naruto dengan pandangan remeh. "Warna jaketmu yang sangat mencolok itu benar-benar membuat mataku sakit. Kau ini seorang pria atau anak kecil?" lanjutnya.
"Ini adalah gabungan simbol ayah dan ibuku, tahu!" sahut Naruto sambil menunjuk dadanya bangga.
Sakura hanya memutar bola matanya. "Siapa peduli?" gumam Sakura.
"Kau ini benar-benar menyebalkan."
Sakura tidak peduli dengan perkataan Naruto. Dia pun berjalan ke arah lemari tiga pintu. Membuka salah satu kunci pintunya lalu membungkukkan badannya tiba-tiba untuk mengambil koper yang terletak dijajaran paling bawah.
"Hey!" protes Naruto kesal karena gerakkan Sakura yang tiba-tiba itu.
Sakura tetap cuek dan malah kembali berdiri lalu mengambil beberapa pakaiannya yang tergantung dan menjatuhkannya ke dalam koper. Naruto mendelik kesal. Seharusnya Sakura memberi aba-aba terlebih dahulu kalau mau berjongkok atau berdiri.
"Hey, tanganku sakit, tahu!" protes Naruto lagi.
Sakura tetap menganggap perkataan Naruto sebagai angin lalu dan malah menyeret Naruto bergeser ke pintu lemari sebelahnya. Dia baru saja hendak membuka kunci lemari tersebut saat tiba-tiba dia teringat sesuatu. Saat itu juga pipi Sakura yang putih dan mulus itu langsung berubah merah.
"Pejamkan matamu!" perintahnya.
"Kenapa aku harus memejamkan mataku?"
"Kau lebih memilih untuk memejamkan matamu atau kubenturkan kepalamu pada lemari, hah?" tantang Sakura.
Naruto mendengus lalu memalingkan wajahnya dengan mata terpejam. "Baik. Aku tidak akan lihat. Kau puas?" ujarnya.
Sakura membuka kunci lemari tersebut. Dia mengambil semua pakaian dalamnya dan beberapa baju ganti lalu menjatuhkannya ke dalam koper. Selanjutnya dia membuka laci lemari dan mengeluarkan pembalut wanita.
"Jongkok tapi jangan buka matamu!" perintah Sakura pula.
Naruto menurut lagi walaupun ia tampak enggan. Ia dan Sakura berjongkok bersamaan. Sakura mengambil selimut tebal yang dia simpan dijajaran paling bawah. Dia mulai melipat semua pakaian yang dia jatuhkan ke dalam koper tadi dengan rapi dan menatanya sedemikian rupa walau dia agak kesulitan karena harus menggunakan satu tangan sejak tadi.
"Berdiri dan kau boleh membuka matamu!"
Naruto berdiri dan membuka matanya. Sakura langsung mengunci kembali lemarinya. Lalu dia menyerahkan koper besar itu pada Naruto. "Kau yang bawa!"
"Huh! Kau pikir aku ini pembantumu?"
"Kau seorang pria, kan? Apa susahnya sih bawa koperku?"
Meski kesal pada akhirnya Naruto meraih pegangan koper itu dari Sakura. Masih dengan ekspresi dingin yang sama, Sakura menyeret Naruto ke dalam sebuah ruangan yang penuh dengan; tas-tas, sepatu-sepatu, dan aneka assesoris bermerk terkenal yang tentunya harganya sangat mahal. Koleksi Sakura lumayan banyak dan semuanya produk asli. Sakura sepertinya sudah sering berkeliling dunia hanya untuk shopping. Naruto sweatdrop.
"Dasar wanita! Kau cocok dengan pria putih salju itu. Dia juga mengenakan pakaian bermerk terkenal. Kalian berdua sama-sama tukang pamer rupanya." Kata Naruto dengan nada sinis.
"Siapa yang kau maksud dengan snow white man?"
"Siapa lagi? Itu lho, si pantat bebek!" kata Naruto santai.
'Dugh!' Sakura menjitak kepala Naruto.
"Jaga bicaramu! Dia itu lebih tua darimu. Lebih tua. Tidak bisakah kau bersikap lebih sopan? Apa kau tidak pernah diajari sopan santun?" kata Sakura dengan penuh penekanan dalam kata 'lebih tua'.
"Kenapa kau membelanya? Kau benar-benar menyukainya?"
"Sudah tidak lagi! Dia kan menyukaimu, baka!" kata Sakura setengah mengejek.
"Aku tidak suka pria!" tegas Naruto.
Sakura membuka salah satu lemari kaca dan mengambil sebuah tas tangan yang ukurannya cukup besar. Dia kemudian bergeser dan membuka lemari kaca yang ukurannya jauh lebih besar dari lemari kaca lainnya. Sakura mengambil sebuah dompet berwarna netral, beberapa jam tangan, dan beberapa assesoris rambut. Semua barang-barang tersebut dia masukkan ke dalam tas tangannya. Sakura tadinya mau mengambil beberapa sepatu koleksinya juga tetapi tidak jadi karena dia teringat kalau seorang detektif tidak akan membutuhkan itu semua.
"Kau anak orang kaya, ya?" tanya Sakura.
"Apa maksudmu?" Naruto malah balik tanya.
"Kau tahu kalau Sasuke-san memakai pakaian bermerk dan kau juga tahu kalau semua barang-barangku ini adalah merk terkenal."
"Aku tahu karena aku seorang detektif. Ada kalanya kita akan mendapatkan misi yang berhubungan dengan barang-barang bermerk."
"Masa? Misi macam apa itu?"
"Ya, misalnya menangkap cabe-cabean matrealistis yang suka mencari mangsa di club-club malam dan masih banyak lagi."
Sakura tertegun. Dalam hati dia memuji intuisi Naruto. Dia tersenyum kecil. Sakura kembali menyeret Naruto ke kamarnya. Dia berjalan menuju meja rias dan memasukkan beberapa cream wajah, deodorant, Hand & Body Lotion dan kosmetik lainnya. Sakura memang tidak suka memakai make up tebal tetapi dia tetap harus membawa bedak, lipstick, dan lain-lain karena dia membutuhkannya.
"Kupikir kau tidak suka pakai make up? Ternyata kau memang wanita!" kata Naruto Innocent.
Sudut siku-siku terbentuk di dahi Sakura. "Tentu saja aku ini wanita! Aku hanya lebih suka mengenakan make up natural dan pakaian yang tidak ribet, tahu!"
"Oh…" kata Naruto santai.
"SHANNAROU!" teriak Sakura sambil melayangkan bogem mentah pada rahang Naruto. Dengan sigap Naruto menahan pukulan Sakura dengan tangannya dan tersenyum.
Sakura menghentakkan kakinya kesal karena ternyata tangan kirinya memang tidak sekuat tangan kanannya.
"Kau hanya boleh memukulku kalau aku memang menginginkannya."
Sakura melongo. Dia tak menyangka Naruto bisa berbicara begitu.
'Ternyata dia memang mempunyai skill yang hebat. Gerakkan refleknya juga bagus. Dia pasti sudah sangat terlatih. Kurasa otot-ototnya tidak sekurus kelihatannya.' Pikir Sakura.
Sakura menyeret Naruto ke samping tempat tidurnya. Dia merebut kopernya dari Naruto lalu membuka laci meja lampu dan mengeluarkan beberapa buku tebal dan alat tulis. Selesai memasukkan buku-buku dan alat tulisnya ke dalam koper, Sakura memasukkan sebuah pigura foto di atas meja ke dalam koper tersebut. Dia harus membawa setidaknya satu foto keluarganya. Tak lupa dia juga memasukkan teddy bear kesayangannya. Teddy bear tersebut berukuran sedang hingga Sakura masih bisa memasukkannya ke dalam koper besarnya.
"Kenapa kau masih suka membawa boneka? Seperti anak kecil saja!" Kata Naruto sambil menahan tawa.
Sakura melayangkan death glare pada Naruto. "Urusai!" ujarnya.
Sakura kemudian mengembalikan koper itu pada Naruto. Setelah itu dia menyeret Naruto berjalan ke kulkas mini di samping meja lampu lalu membungkukkan badannya dan mengeluarkan dua kaleng orange juice. Satu kaleng dia letakkan di atas kulkas dan satu lagi dia berikan pada Naruto masih dengan ekspresi juteknya.
"Untukmu! Terimakasih sudah mau direpotkan olehku!" katanya datar. Naruto tersenyum dan menerimanya.
"Aku akan memegang kalengnya dan kau buka tutupnya!" Kata Sakura pula. Naruto mengangguk. Setelah membukakan kaleng untuk dirinya sendiri, ia membukakan kaleng jus untuk Sakura. Mereka duduk di atas karpet sebentar dan meminum jus mereka hingga habis.
Mereka pun kembali ke lantai bawah. Sakura memanggil seorang pelayan lalu mengatakan beberapa pesan. Setelah itu mereka pun keluar dari rumah Sakura lalu memberhentikan sebuah taxi. Di ruang monitor CCTV Gai tersenyum puas lalu pamit pergi pada petugas keaman tadi. Ia pun kembali mengikuti Sakura dan Naruto diam-diam.
.
Gai sudah tiba di depan sebuah Flat sederhana. Ia bersembunyi dibalik semak-semak dan mengamati Sakura dan Naruto dengan teropong yang dibawanya. Gai mengamati gerakkan mereka berdua dengan teropong tersebut. Mereka berdua terlihat sedang mengobrol dengan seorang wanita separuh baya yang sepertinya pemilik Flat tersebut.
Sakura merasa lega karena sudah mendapatkan tempat tinggal baru. Dia langsung membayar uang sewa selama enam bulan.
"Flat ini untuk dua orang, kan?" tanya Sakura karena dia melihat ada dua buah kamar.
"Benar sekali tetapi aku minta maaf, nak. Kekasihmu tidak bisa tinggal di Flat ini. Sudah ada seseorang yang menyewa kamar tersebut lebih dahulu." Kata si Ibu dengan wajah menyesal.
"Dia bukan kekasihku, Bu!" kata Sakura.
"Oh, jadi dia adalah suamimu? Kalau begitu—"
"Dia juga bukan suamiku!" potong Sakura frustasi. Si Ibu malah tampak bingung. Dia memandang Sakura dan Naruto bergantian lalu mengamati tangan mereka yang diborgol. Naruto hanya menahan tawa melihat ekspresi Sakura dan si Ibu pemilik Flat.
"Kalau begitu, apa dia adalah tunanganmu?"
"Bukan! Dia hanya seorang teman!" tegas Sakura.
"Kalau memang begitu, kenapa tangan kalian terikat seperti itu?" tanya si Ibu sambil menunjuk borgol yang mengikat tangan Sakura dan Naruto.
"Ini bukan kami yang mau. Ini ulah Yamato-Taichou, atasan kami!" kata Sakura pula.
"Oh, jadi kalian adalah anggota baru di timnya? Aku tidak menyangka karena kalian masih sangat muda!"
"Sebenarnya kami adalah polisi yang baru lulus. Kepolisian Kanto merekrut para personel baru karena katanya personel yang lama banyak yang melakukan kasus korupsi." Jelas Sakura.
"Oh, begitu. Yamato-san memang sangat tegas tapi sebenarnya dia adalah orang yang baik. Dia berhasil menangkap pria-pria brengsek yang sudah memperkosa mendiang anakku. Aku sangat berterimakasih kepadanya. Kalau bukan karena usaha kerasnya, anakku tidak akan tenang di alam sana. Empat pria brengsek itu adalah putera pejabat Negara. Itulah yang membuat mereka licin seperti ular. Mereka selalu bisa terbebas kembali karena berlindung di bawah ketiak ayah mereka meskipun sudah banyak memperkosa gadis-gadis polos seperti anakku. Aku sangat bersyukur karena Yamato-san berhasil mendapatkan bukti yang kuat hingga akhirnya mereka bisa dihukum." Cerita si Ibu panjang lebar. Ekspresinya langsung berubah sedih karena kembali teringat puterinya.
"Iya, kudengar Yamato-Taichou adalah detektif yang tidak kenal menyerah." Sambung Sakura.
"Pemimpin yang baik dan hebat akan menghasilkan anak buah yang hebat pula. Suatu saat kalian pasti bisa seperti Yamato-san. Aku harap kalian tidak seperti oknum-oknum polisi yang korup dan tidak profesional itu."
"Sebenarnya kami masih pemula jadi kami masih belum tahu akan jadi seperti apa kami nanti. Terus terang, aku belum mendapatkan perasaan itu. Perasaan menyenangkan menjadi seorang detektif."
"Suatu hari kau pasti akan merasakannya, nak! Kalian akan menemukan sesuatu yang berharga tanpa disengaja."
"Terimakasih, Bu. Oh ya, kalau boleh saya tahu siapa yang menyewa Flat ini selain saya?"
"Oh, dia seorang detektif muda juga. Namanya Yamanaka Ino."
"Ino-san? Wah, senangnya karena aku punya teman seprofesi di sini!"
"Oi, rambut gulali! Sudah waktunya makan siang, ayo kita pergi!" kata Naruto yang memang sudah merasa lapar.
"Panggil aku Sakura! Sa-ku-ra!"
"Iya, gadis rambut gu— maksudku Sa.. Sakura-chan."
"Baiklah karena kau sudah membantuku, aku akan mentraktirmu. Kau mau makan apa?"
"ICHIRAKU RAMEN!"
"Naruto no baka, ramen itu tidak sehat!"
"Panggil aku Naruto. Na-ru-to!"
"Iya, Naruto! Kau puas sekarang?" tanya Sakura tetap dengan muka juteknya. Si Ibu yang tersadar kalau Sakura itu seorang Tsundere hanya tersenyum melihat tingkah mereka.
"Ramen paman Teuchi itu sangat enak lho, Sakura-chan. Kau pasti akan ketagihan."
"Terserah kau saja maniak ramen!"
"Hahaha… Arigatou, Sakura-chan."
Sakura mengangguk. Sebelum pergi mereka berdua berpamitan dulu pada si Ibu.
.
.
"Troublesome women! Mau sampai kapan kau nyalon, hah? Pantatku sudah hampir mati rasa dan aku lapar!" kata Shikamaru kesal. Wanita ini benar-benar merepotkan. Shikamaru sudah hampir mati kebosanan karena mereka sudah berada di salon ini selama berjam-jam. Ino malah minta di smoothing dan lain sebagainya. Kalau hanya potong rambut sih masih mending.
"Sabar dong! Tidak lihat rambutku sedang dikeringkan? Tidak lama lagi aku juga selesai! Kenapa kau tidak tidur saja sampai aku selesai, hah?" teriak Ino kesal.
"Harusnya yang marah itu aku, kan?"
"DIAM KAU! Tidak lihat aku sedang sedih?" kata Ino dengan mata berkaca-kaca karena sekarang rambut panjang sepunggungnya sudah raib. Air matanya menetes saat rambut panjangnya kini hanya tinggal sebahu.
Shikamaru yang melihat pantulan wajah Ino di cermin terlihat iba. Ibunya pernah bilang kalau rambut adalah mahkota wanita, makanya mereka selalu merawat rambutnya dengan baik. Mereka dengan sabar menanti rambutnya menjadi panjang. Ino pasti sudah bertahun-tahun memanjangkan rambutnya.
"Sudahlah, TW! Nanti rambutmu juga tumbuh lagi!"
"Siapa yang kau panggil TW, hah? Namaku Ino. I-NO!"
"Kau juga memanggilku rambut nanas." Shikamaru tidak mau kalah.
"Kau ini sudah 24 tahun! Kenapa masih childish? Begitu saja marah…"
"Kau juga sama saja denganku."
"Setidaknya aku baru 22 tahun!"
Di kursi tunggu, Genma yang sedang berpura-pura menunggu istrinya yang sedang perawatan hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat dua pemula yang terus beradu mulut itu. Ia pun mulai menuliskan sesuatu di note-nya.
"Kalau kau mau mempertahankan rambut panjangmu, kenapa kau mau menjadi seorang polisi?"
"Aku hanya tidak mau mengecewakan waliku yang sudah kuanggap sebagai ayah keduaku. Waliku sangat baik padaku. Aku ingin menjadi detektif hebat seperti beliau. Aku memilih pekejaan ini karena aku ingin menuntut keadilan. Aku ingin menghukum mereka yang sudah merenggut nyawa kedua orang tuaku. Manusia-manusia sampah itu… aku harus bisa menangkapnya! " Cerita Ino.
"Memang siapa walimu itu?
"Chief Minato."
"APA? Jadi karena itu tadi pagi dia tersenyum padamu?"
"Ya. Aku mengerti isyaratnya, dia pasti bilang 'Good Luck! Yamato-Taichou akan menunjukkan padamu apa arti detektif sesungguhnya dan seperti apa keadilan itu?' Aku pasti bisa menjadi detektif hebat!"
"Itu tergantung kerja keras dan kesungguhanmu! Ngomong-ngomong, apa kau tau siapa anak itu sebenarnya? Dia tidak sebodoh kelihatannya, kan?"
"Siapa yang kau maksud?"
"Kau tau pasti siapa yang kubicarakan. Meski dia menggunakan marga yang berbeda tetap saja dia sangat mirip dengan Chief Namikaze!"
"Kau menyadarinya, ya? Kau pasti akan terkesan saat tahu siapa dia sebenarnya!"
"Sudah kuduga. Dia pasti hanya berpura-pura bodoh." Kata Shikamaru pula.
"Sudah selesai, Nona!" kata seorang penata rambut yang sudah selesai mengeringkan dan merapikan rambut Ino.
"Arigatou." Kata Ino pula. "Kau mau makan di mana, Shikamaru?"
"Ichiraku Ramen saja."
"Hmm. Baiklah, kali ini aku yang traktir tapi lain kali harus kau yang mentraktirku, ya!" Kata Ino sambil tersenyum. Mereka pun lekas pergi dari salon tersebut dan Genma mengikuti mereka diam-diam.
.
.
Wajah Lee sudah babak belur. Dia telah disiksa habis-habisan oleh Sasuke hanya karena dia tidak tahan ingin poop dan terpaksa harus poop di depan Sasuke. Yamato yang sejak tadi megikuti mereka diam-diam (kecuali ke toilet) mencatat sesuatu di note-nya. Kini mereka sedang berada di restoran udon. Mereka baru saja selesai menyantap makan siang mereka.
Sasuke melirik arlojinya. Ia benar-benar muak terikat dengan Lee seperti ini apalagi terbenamnya matahari masih sekitar 5 jam lamanya. Satu-satunya hal yang membuatnya lega adalah karena ia dan Lee sama-sama pria, ia tidak perlu sungkan kalau ingin buang air kecil. Ia tak bisa membayangkan bagaimana jika Ino dan Sakura ingin buang air kecil? Dua gadis itu pasti malu sekali. Kalau Shikamaru dan Naruto sih mungkin tidak akan malu walau harus buang air kecil di depan para gadis itu. Kedua rekan barunya itu pasti lebih memilih buang air kecil di depan mereka daripada harus menahan kencing selama setengah hari.
"Shikamaru dan Naruto enak sekali, ya? Mereka bisa berduan dengan seorang gadis cantik."
"Menurutku tidak!"
"Ya ampun, kau benar-benar tidak normal! Semua pria pasti akan bilang 'enak' meskipun para wanita itu merepotkan. Dia pasti senang sekali karena bisa dekat-dekat dengan seorang wanita biarpun cuma setengah hari. Kemana pun mereka pergi bersama, termasuk ke toilet. Bisakah kau bayangkan itu?" Lee terus mengoceh sampai akhirnya nosebleed membayangkan body Ino dan Sakura.
"Hn. Mesum." Komentar Sasuke.
"Ngomong-ngomong, Sasuke! Apa kau punya saudara perempuan? Kenalkanlah dia padaku!" mohon Lee yang memang sudah ingin melepas masa lajangnya. Sekarang ia sudah menjadi pegawai pemerintah dan mempunyai penghasilan tetap. Satu-satunya hal yang belum dia punya adalah seorang istri.
"Aku hanya punya seorang kakak laki-laki."
"Sayang sekali!" kata Lee kecewa. "Apa dia sama sepertimu?" lanjutnya.
"Tidak. Kakakku adalah seorang detektif swasta. Dia punya istri yang bernama Inuzuka Hana. Mereka sudah punya seorang anak perempuan yang baru berusia dua tahun."
"Wow! Kalau begitu dia pasti jenius?"
"Hn."
"Siapa yang lebih cerdas? Kau atau dia?"
"Dia. Aku ingin sekali bisa mengalahkannya."
"Kalau kau mau mengalahkannya, harusnya kau menjadi detektif swasta juga!"
"Itulah masalahnya. Aku tidak pernah bisa mengalahkannya." Kata Sasuke dengan rahang mengeras dan tangan terkepal.
"Jangan kecewa! Menurutku pekerjaan kita ini jauh lebih baik darinya!" hibur Lee sambil memainkan sisa es batu di dalam gelas minumannya dengan sedotan. Lee kembali melanjutkan. "Detektif swasta seperti itu biasanya hanya melayani klien dari kalangan atas, berbeda dengan kita yang bisa melayani siapa saja. Bukankah ini adalah pekerjaan yang mulia?"
"Baka! Justru karena itulah aku sulit sekali mengalahkannya. Dia juga sering bekerja sama dengan polisi. "
"—tapi dia tidak pernah melayani orang miskin, kan?"
"Kakakku itu baik. Dia tidak pernah pilih-pilih klien. Tujuannya bukan untuk mendapatkan kekayaan tetapi mengungkapkan kebenaran."
"Oh, begitu. Tak kusangka masih ada orang seperti dia di dunia yang kejam ini."
"Aku mengidolakannya sekaligus membencinya."
Lee mengangguk. Sebenarnya dia tidak begitu mengerti apa yang dikatakan partnernya barusan. Dia hanya tidak ingin disebut bego saja.
"Apa yang akan kita lakukan sekarang? Kita tidak bisa bergerak dengan bebas!" kata Lee pula.
"Kita pulang saja dan tidur."
"Apa itu tidak melanggar peraturan?"
"Tidak. Kita kan tidak berdiam diri di kantor."
"Oh, benar juga. Yamato-Taichou bilang, kita boleh pergi ke mana saja asal jangan di kantor. Mau tidur di rumah siapa kita?" tanya Lee.
"Apa ada apartemen yang di khususkan untuk petugas polisi seperti kita?"
"Ya. Aku sudah tinggal di sana sejak sebulan yang lalu."
"Bagaimana dengan yang lain?"
"Maksudmu Shikamaru dan Naruto?" tanya Lee. Ia mengambil napas sebentar dan melanjutkan. "Aku tidak tahu. Kurasa mereka mungkin akan tinggal di sana karena apartemen itu dekat sekali dengan kantor dan kita semua adalah satu tim."
"Aku juga akan pindah. Ayo kita pergi ke rumahku untuk mengambil barang-barang!"
"Kusarankan padamu sebaiknya kau daftar dulu sekarang, sebelum apartemen itu penuh!"
"Baiklah. Ayo pergi!" kata Sasuke. Lee mengangguk. Mereka pun pergi ke tempat tujuan.
Yamato baru saja akan mengikuti mereka saat dia mendapat telepon dari seorang polisi patroli. Yamato mengangkat ponselnya.
"Yamato-Taichou, ada kasus penyandraan di sebuah rumah makan. Tim satu dan Tim tiga sedang sibuk dengan kasus lain. Kasus ini diserahkan pada Tim dua. Mohon tim kalian segera ke sini!"
"Di mana kasus penyandraan itu?"
"Rumah makan Ichiraku ramen."
"HA?" Yamato terkejut dan hampir menjatuhkan ponselnya.
"Kenapa anda kaget begitu, Taichou?"
"Gai dan Genma bodoh! Kenapa mereka bisa jadi sandra juga?"
"Maksudnya?"
"Mereka sedang mengawasi anak buahku di sana."
"Hahaha, apa-apaan itu? Konyol sekali! Masa petugas polisi ikut-ikutan jadi sandra? Jangan-jangan tim tiga mendapatkan kutukan!"
"Dasar orang-orang bodoh! Aku akan segera ke sana! Tim kalian harus membantuku! Aku juga terpaksa membawa Sasuke dan Lee untuk ikut serta dalam misi ini! Astaga, para pemula itu benar-benar membuatku gila!"
"Bersabarlah, Taichou! Dulu anda juga pernah menjadi detektif pemula, kan?" kata-kata petugas patroli itu membuat Yamato tertegun. Benar juga, dulu dia juga sama payahnya dengan para pemula itu.
"Jelaskan situasi di sana!"
"Sandra ada 10 orang. 3 orang pelajar, puteri pemiilik kedai ramen sendiri dan 6 rakyat biasa. Tidak! Kalau itu benar mereka, berarti enam petugas polisi. Pelaku memotong selang tabung gas dan menempelkan pisaunya di leher seorang pelajar. Pelaku juga memegang pemantik api."
"Kami akan segera ke sana!" tegas Yamato.
.
.
Tsuzuku
.
.
Hello, minna! Seperti yang kutulis dalam disclaimer bahwa fict ini terinspirasi dari KDrama "You're All Surrounded (Kalian semua dikepung)!" Pasti kalian sudah tahu dong Drama tersebut?! Fict ini juga akan ada beberapa adegan yang sama dengan dramanya tapi author juga akan berusaha nulis alur yang berbeda seperti fict "Soulmate" yang terispirasi dari KDrama 'BIG'. Author suka banget Drama itu makannya pengen nulis fict-nya tapi terserah readers sekalian sih. Oh ya, kalau ada yang mau flame, tolong pakai kata-kata yang sopan, ya. Kalau mau flame dengan kata-kata yang kasar dan nyakitin hati mending nggak usah baca sekalian. Terimakasih atas pengertiannya. ^^
.
KEEP OR DELETE? Review please! Arigatou. ^^
.
