Best Mistake

Main Cast : Kwon Soon Young ; Lee Jihoon

Support Cast : Lee Seung Cheol, Lee Seok Min, Chwe Hansol, Kim Mingyu, Jeon Wonwoo, another Seventeen's member.

Rate : M

Genre :

Disclaimer : Tokoh bukan milik saya, tapi karakter dan cerita ini murni dari otak saya.

Warning : Yaoi. AU. Typo. sesuai EYD. Bahasa slang. Dll/?

Summary : Soonyoung yang mabuk, bertemu dengan Jihoon yang juga mabuk. Jadi nya? Ya seperti itu. SEVENTEEN FF! SoonHoon / HoZi couple! Slight Meanie couple! Seokhan / VerDK couple! SeungHan couple! Another SEVENTEEN's Couple!

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Berisik.

Itu adalah kata pertama yang melintas dipikiran seorang pemuda mungil yang kini tengah duduk di kursi depan bar. Ia memperhatikan sekeliling dengan wajah.. terganggu?. Jujur saja, dia benar-benar merasa asing disini. Dan sebenarnya juga, ini kali pertama ia menginjakkan kaki ditempat ini.

MEZA PUB.

Begitulah nama tempatnya. Oh, kalau saja ia tidak diseret paksa ikut kesini, dia tentu tidak akan sudi menginjakkan ujung ibu jari kakinya ditempat berisik, pengap, tidak menyamankan seperti ini. Berterima kasih dan bertepuk tangan lah untuk Seungcheol hyung dan Mingyu yang sudah berhasil membawanya ketempat ini dan meninggalkannya sendirian. Nice.

Jihoon menghela napasnya. Ia ingin keluar dari tempat ini tapi ia tidak bisa. Tidak untuk meninggalkan tas Seungcheol yang berisi proposal-proposal entah apa dan laptop Mingyu yang berisi berbagai laporan yang Jihoon tidak mengerti disini dan menitipkannya pada orang asing.

Oke baiklah, ini tempat milik Jun hyung, teman baik mereka, jadi rasanya, ia bisa mempercayai pekerja disini untuk menitipkan barang ini dan segera keluar lalu pulang. Benar.

Dan setelahnya, dia akan dibakar hidup-hidup karena sudah memberikan barang-barang penting milik kedua pengusaha muda itu pada sembarangan tangan. Nice.

Jihoon kembali menghela napasnya. Kenapa tadi ia tidak kabur saja saat Mingyu menariknya memasuki mobil Seungcheol. Ahh, bodohnyaa.

PLUK

"Jihoon-ah?"

"Wonwoo?"

Jihoon menatap bingung pada Wonwoo –orang yang menepuk bahunya-. Kenapa dia juga ada disini?

"Kenapa kau ada disini Jihoon-ah/Wonwoo-ya?"

Mereka berucap bersama. Wonwoo mengibaskan tangannya dan segera duduk dikursi samping kanan Jihoon yang kebetulan baru ditinggal pergi oleh pelanggan lain. Ia mendekatkan dirinya agar bisa berbicara jelas karena musik yang menghentak begitu keras.

"Kenapa kau ada disini Jihoon-ah?!"

Sedikit berteriak, Wonwoo kembali bertanya. Jihoon menutup telinganya. Jarak Wonwoo sudah cukup dekat untuk berbicara dengan frekuensi normal, tapi namja itu malah berteriak. Apa maunya huh?

"Aku diajak Seungcheol hyung dan Mingyu. Sekarang mereka malah menghilang!."

Wonwoo mencibirkan bibirnya. Membuat Jihoon kembali memasang ekspresi bingungnya.

"Ternyata dia benar kesini. Dasar pembohong."

Baiklah, sepertinya Jihoon mulai mengerti sekarang. Kebetulan juga, saat di mobil dia mendengar percakapan Mingyu dan Seungcheol yang membicarakan tentang Wonwoo dan izin. Mungkin ini maksudnya.

Wonwoo tetap dengan wajah cemberutnya dan menatap sebal pada sekitar ruangan remang itu.

"Apa kalian sudah dari tadi?"

Jihoon mengangguk dan memainkan jarinya diatas meja. Pemuda kecil itu juga memainkan bibirnya yang terasa kering. Nyaris satu jam disini tanpa minum cukup membuatnya haus juga ternyata. Pemuda bersurai pink itu mengangkat kepalanya dan menatap bartender yang berjaga. Bibirnya ingin berucap tapi ragu. Ia ingin memesan tapi, apa yang harus ia pesan? Sudah ia bilangkan, kalau ini kali pertamanya ia berada ditempat seperti ini.

"Jihoon-ah, aku akan mencari si taring menyebalkan itu. Kau mau ikut?"

Jihoon menatap Wonwoo yang kini sudah berdiri dan kembali menepuk bahunya dan berbagai botol yang ada dibelakang bartender secara bergantian. Dia ingin ikut tapi dia haus. Mungkin dia akan menyusul nanti.

"Aku akan menyusul nanti. Oh ya, tolong bawa tas Seungcheol hyung dan Mingyu, aku takut aku lengah dan ini akan hilang kalau aku taruh disini."

Wonwoo mengangguk pelan dan mengambil kedua tas itu dari tangan Jihoon. Dahinya sempat menyergit melihat salah satu tas ditangannya. Tas Mingyu.

"Untuk apa dia membawa tas ini? Apa dia ingin berdandan?"

Jihoon menatap bingung pada Wonwoo, dan bertanya "Kenapa memangnya?"

"Ini tas dari temanku, aku pakai ini untuk menaruh kotak make up milik umma ku dulu, tapi ternyata terbawa saat aku pindah tinggal bersama Mingyu. Untuk apa taring itu membawa ini?"

Jihoon membulatkan matanya. Sial, dia ditipu!

"Sudahlah, aku harus segera mencarinya. Jihoon-ah, sampai nanti."

Jihoon mengangguk. Ia memperhatikan setiap langkah Wonwoo yang menjauhinya dan kini menghilang ditelan liukan tarian manusia dilantai dansa sana. Pemuda mungil ini kembali membalikkan badannya, berniat memesan. Tapi..

"Want some Tequila sir?"

Dengan senyum yang –baiklah Jihoon akui- sangat manis dan tampan, bartender itu memberikan ia segelas minum yang entah apa Jihoon tidak tahu, tapi dia bilang apa tadi? Tequila? Ya, mungkin itu.

Ragu sebenarnya, tapi dengan perlahan tangganya menggapai gelas itu. Sang bartender masih tersenyum. Dia sedikit menundukkan kepalanya saat seorang pelanggan yang lain memanggilnya. Seolah mengucapkan permisi dengan bahasa tubuh sopannya.

Jihoon memperhatikan gelas itu dengan ragu. Apa dia harus membuka google dulu untuk mencari tahu apa saja kandungan yang terdapat diminuman bernama Tequila ini. Tapi, ah tenggorokkannya sudah terlanjur kering minta dibasahi.

Tapi, bagaimana cara meminumnya, apa minuman dengan nama Tequila ini begitu pahit atau asam atau apa hingga dipinggiran gelasnya bertabur garam?! Oh ayolah, Jihoon sedang benar-benar haus dan kenapa dia diberi minuman aneh seperti ini?! Menyebalkan.

.

.

.

.

.

Dua orang pria terlihat memasuki pub ini dengan santai. Salah satu diantara mereka yang lebih tinggi, langsung menggerakan pelan tubuhnya begitu alunan musik menghentak memasuki indra pendengarannya. Sedangkan lelaki satunya hanya terdiam dan menatap datar pada setiap makhluk yang ada disana.

"Kenapa kau mengajakku kesini?"

"Kau yang kemarin memintaku mengajak mu kesini."

Pemuda dengan rambut pirang putihnya itu memutar malas matanya. Itu kan kemarin, sekarang dia benar-benar sedang tidak mood untuk berada ditempat yang berisik. Dan tempat ini benar-benar memekakkan.

"Yak Lee Seok Min-"

"Oh hyung, lihatlah. Aku mendapatkan anak anjing tersesat disini. Sepertinya dia butuh bantuan, aku duluan hyung."

Kwon Soonyoung menjatuhkan rahang nya. Matanya mengerjap mengikuti langkah kaki Seok Min yang membawa lelaki tinggi itu pada seorang pemuda. Yang benar-benar masih terlihat muda. Pemuda berwajah bule itu terlihat benar-benar kebingungan dan.. apa-apaan Seok Min itu?! Main peluk anak orang sembarangan saja.

Tapi, tunggu. Kenapa bocah itu malah balas memeluk Seok Min dan.. mereka BERCIUMAN?! Oh, oke. Dari pada kepala nya pecah karena memikirkan keanehan itu, lebih baik dia pergi dari sini. Mungkin minum sebentar akan membuatnya lebih baik.

Dengan langkah santai, dia melanjutkan jalannya. Tapi, baru dua langkah..

BRUK

"Akh! Maaf! Aku tidak sengaja."

Dengan cepat Soonyoung memegang tembok disamping nya. Untung tabrakan orang itu dibahunya tidak terlalu kuat, setidaknya tidak sampai membuatnya terjatuh.

"Ah ya, apa kau tidak apa-apa?"

Soonyoung membantu orang itu yang sepertinya agak kesulitan karena membawa dua tas dipunggung dan bahunya, ditambah dengan seorang pria yang sepertinya mabuk dalam rangkulan orang bermata tajam sayu itu.

"Aku tidak apa-apa, terima kasih."

Soonyoung mengangguk pelan dan membiarkan orang itu lewat menuju pintu keluar yang masih tidak jauh dari punggungnya. Samar-samar dia bisa mendengar orang mabuk itu mengigau tentang Wonwoo, cium dan cinta. Entahlah. Bukan urusannya juga.

Pemuda itu kembali melanjutkan langkahnya menuju bar dan duduk disana. Ia memanggil seorang bartender bernametag Oh Sehun dan memesan segelas Vodka with blueberry favorit nya.

Sembari menunggu, pemuda itu menggerakkan kepalanya mengikuti hentakan musik dan melihat-lihat sekitar. Dan yang menarik perhatiannya adalah seorang yang duduk tiga bangku dari kirinya yang terlihat menggemaskan. Didepan orang itu terdapat berbagai macam gelas yang sudah kosong. Tapi masih ada satu gelas Tequila yang isinya masih penuh. Sepertinya belum tersentuh sama sekali. Dan pemuda kecil itu terlihat sudah mabuk. Walaupun penerangan ditempat ini remang-remang, namun Soonyoung masih dapat melihat cukup jelas kalau kedua pipi chubby itu merona merah. Belum lagi, wajah nya yang terlihat lelah dan mengantuk yang sangat menggemaskan itu. Soonyoung terkekeh. Benar-benar lucu sekali.

Soonyoung kembali mengalihkan pandangannya pada bartender yang kini membawakan pesanannya. Dengan cepat, ia menyesap sedikit Vodka miliknya dan mengambil ponselnya yang bergetar. Ada satu pesan masuk.

Kau dimana? Kita perlu bicara Soonyoung-ah!

Soonyoung mendecakkan lidahnya. Mereka sudah putus, mau apa lagi wanita ini?!

Dengan kesal dia meneguk buas minumannya. Sudah tidak memikirkan sama sekali tata cara meminum vodka ala dirinya. Hari ini dia cukup stress dan rasanya, mabuk adalah pilihan terbaik untuk saat ini.

.

.

.

.

.

BRUK

"Mhn~ Nghh~"

Suara erangan terdengar sayup didalam apartment sepi ini. Ruangan didalam sinipun gelap karena sejak masuk tadi sang pemilik tidak ada niatan untuk menyalakannya. Hanya cahaya bulan dari jendela yang terbuka yang membatu pencahayaan diruangan luas ini.

"Akh! Ahh~"

Kembali, suara desahan terpantul dinding memasuki indra pendengaran seorang pemuda yang tengah mencumbu lawan didepannya. Bibir lelaki itu terlihat sibuk dengan hisapan dalam mulutnya. Melumat kasar bibir tipis lawannya yang mungil. Tangannya juga ikut aktif menjelajahi tubuh pemuda mungil itu. Bahkan tangannya sudah berhasil menyusup masuk kedalam celana pendek pemuda bersurai pink itu.

Kwon Soonyoung memindahkan cumbuan bibirnya kearah leher bersih itu. Menghirup pelan aromanya yang membuat dirinya bertambah mabuk. Lidahnya turut keluar dan menjilat setiap celah disana. Kakinya menuntun mereka untuk segera memasuki kamarnya. Menutup pintu dengan kaki kirinya dan membawa tubuh kecil itu kekasur.

Jihoon memiringkan kepalanya. Mencoba memberi lahan yang lebih luas untuk Soonyoung garap dilehernya. Tangannya tidak berhenti mencengkram rambut pirang putih itu. Tubuhnya terasa panas dan terbakar. Dengan sengatan-sengatan yang terasa nikmat tepat dibagian Soonyoung menyentuh tubuhnya.

Jangan tanyakan bagaimana mereka bisa berakhir seperti ini. Semua berjalan begitu saja dan berakhir membawa mereka kesini. Apartment Soonyoung. Tempat yang akan menjadi saksi bisu atas malam panas mereka.

Soonyoung mengangkat tubuhnya, melepaskan kemejanya yang membuatnya semakin gerah dan membuangnya sembarang arah. Tangannya menyusup masuk kedalam kaos putih polos yang dikenakan Jihoon. Mengangkat kaos itu hingga leher dan membawa bibirnya pada tonjolan didada pemuda mungil itu. Mulai dengan menjilatnya dan menghisap habis nipple kemerahan yang mulai mengeras itu. Membuat Jihoon mendesah keras.

Setelah puas, kini jajahannya semakin turun dan turun. Hingga berakhir diselatan tubuh Jihoon. Bagian tubuh pemuda mungil itu yang terlihat menonjol dan mengeras. Soonyoung mengecup pelan tonjolan disana dan membawa zipper celana Jihoon turun dengan gigitannya. Tangannya melepaskan celana itu hingga terlepas dan menampilkan kejantanan Jihoon yang sudah berdiri tegak seolah menantangnya.

Dengan smirk diwajah tampan itu, Soonyoung menjilat cairan precum yang keluar dari sana dan memakan habis kejantanan Jihoon. Tangannya meremas lembut kedua bola kembar milik pemuda mungil itu. Membuat desahan yang mengalun dari bibir Jihoon semakin mengeras dan menggoda.

Tidak puas, Jihoon merubah posisinya. Ia bangun dan mendorong Soonyoung untuk berbaring dan memposisikan kejantanannya tepat diatas wajah lelaki tampan itu. Soonyoung yang tanggap, kembali menikmati sajian yang terhidang dihadapannya. Jihoon terus mendesah dan mendesah sembari menggerakkan pinggulnya maju mundur. Mencoba memompa kejantanannya dalam mulut Soonyoung.

Terus seperti itu hingga beberapa menit, Jihoon merasakan kejantanannya semakin menegang. Perutnya terasa melilit dan ingin menyemburkan sesuatu. Maka dari itu, dia semakin mempercepat gerakannya dengan Soonyoung yang membantu menghisap miliknya kuat-kuat.

"Akh! Akh! Akh! Aaaakhhhh!"

Jihoon keluar dengan dua tembakan keras didalam mulut Soonyoung. Tanpa ragu, lelaki itu menelan seluruh cairan Jihoon. Pemuda itu mengangkat pinggang ramping Jihoon dari atas wajahnya. Membiarkan Jihoon dengan posisi telengkup mencoba menetralkan napasnya.

Soonyoung melepas celanannya. Mengocok pelan kejantanannya sembari menatap lapar pada bokong Jihoon yang terpampang jelas didepan matanya. Dengan cepat, ia menarik pinggang Jihoon dan membuat posisi namja mungil itu menungging. Meludahi lubang kecil pemuda itu dan mulai mengarahkan kejantanannya kesana. Memasuki surga dunia kecilnya.

Jihoon mengerang sakit begitu ujung kepala kejantanan Soonyoung mencoba memasuki anal nya. Tangannya mencengkram kuat bantal dibawahnya. Wajahnya pun ikut tertanam disana. Terlihat jelas kalau dia mencoba menahan rasa sakit yang amat sangat.

"Arghh! Sakit!"

Baru setengah jalan tapi Jihoon benar-benar merasa tubuhnya terbelah dua. Ia menggelengkan kuat kepalanya. Sakit. Ini benar-benar sangat sakit.

Soonyoung memejamkan matanya. Menikmati sensasi dimana adik kecilnya diremas dengan begitu kuat didalam sana. Lubang Jihoon seolah menyedotnya untuk terus dan terus masuk kedalam. Membuatnya tidak sabar dan langsung menghentakkan kejantanannya kedalam sana.

"AAARGHHH! SAKIT!"

Soonyoung membuka matanya. Dia merendahkan sedikit tubuhnya dan mengecup puncak kepala lawannya dengan lembut. Mencoba menenangkannya dengan kata-kata lembut dan tangannya yang memainkan nipple Jihoon yang mulai kembali mengeras.

Jihoon mencoba meredakan tangisannya. Pemuda kecil itu menggerakkan sedikit bokongnya. Mencoba memberitahu Soonyoung kalau dia siap. Walaupun ia harus sedikit menahan sakit dilubangnya, tapi Soonyoung yang sudah membawanya sejauh ini, tidak mungkin harus berhenti ditengah jalan.

Soonyoung menggerakkan perlahan pinggulnya. Memompa lubang Jihoon dengan perlahan dan secara pasti menaikkan tempo nya. Kejantanannya yang terasa terjepit begitu membuatnya terbang dan merasakan nikmatnya surga milik Jihoon.

"Oh! So tight baby~ sshh ahh~"

"Ah! Ah! A-Ah! Fastehh~ aaahh~!"

Mereka saling menyahut. Mendesahkan kenikmatan mereka. Terus hingga letihnya tubuh menghentikan mereka.

.

.

.

.

.

09.13 AM

Sudah terlalu siang untuk memulai sebuah aktifitas, apalagi kalau kau baru bangun dari tidur mu. Tapi, mau bagaimana lagi. Dengan badan yang sepertinya mengalami pegal-pegal ringan Soonyoung menggerakkan tubuhnya. Menggilat tidak nyaman karena tubuhnya terasa terhimpit dan gerah.

Dengan kesal lelaki itu bangkit terduduk dan mengacak kasar rambutnya. Ia menyibakkan selimut yang dipakainya dan mengambil celananya yang tergeletak dilantai, memakainya dan berjalan kekamar mandi.

Setelah selesai, dia keluar dengan handuk yang melingkari pinggangnya. Berjalan santai kearah lemari dan mengambil sepasang baju dari sana. Dia menyempatkan diri melihat kalender yang menempel didepan pintu lemarinya. Hari libur. Berarti dia akan bersantai dirumah.

Selesai memakai bajunya, dia hendak menaruh kembali handuk kekamar mandi. Tapi, langkah kakinya terhenti karena merasa ia menginjak sesuatu. Sebuah baju.

Diangkatnya baju itu dan diperhatikannya dengan detail. Dia merasa tidak memiliki baju putih lengan panjang seperti ini. Ia memiringkan pelan kepalanya. Matanya melirik sekitar kakinya, baju dan celana berserak dilantai bahkan ada yang sampai disofa depan kasur.

Pandangannya teralih kekasur. Dimana ia mendengar suara decit dari sana. Dan tebak apa yang dilihat?!

'Di-Dia s-ss-siapa?!'

Dengan cepat dia melempar baju yang dipegangnya dan berlari mengelilingi kasur. Lelaki itu langsung mendudukkan dirinya dipinggir kasur. Mencoba melihat wajah seseorang yang tertidur membelakanginya tadi.

'Kyeopta'

Hey, ada apa dengan senyum konyol itu Soonyoung-ah?

Seolah tersadar, dia menggelengkan pelan kepalanya. Pandangannya menatap serius pada makhluk didepannya ini. Mencoba mengingat bagaimana orang ini bisa ada diapartmentnya.

Setahu nya, dia tidak pernah mengenal orang ini. Jangankan mengenal, pernah bertemu saja tidak.

Tunggu.. bertemu?

Soonyoung menjentikkan jarinya. Mengingat sesuatu. Lebih tepatnya mengingat kalau ia melihat pria manis ini dibar tadi malam. Tapi hanya itu. Setelahnya, dia sama sekali tidak ingat apapun.

Apa dia mabuk tadi malam?

Hanya itu pertanyaan yang mengitari otaknya saat ini. Dari bukti baju yang berserakan dilantai sudah cukup untuknya mengatakan iya sebenarnya. Tapi, dia masih ragu.

Maka dari itu, dengan perlahan, ditariknya selimut yang menutupi tubuh mungil itu. Berharap kalau apa yang ada dibaliknya seperti apa yang diharapkan. Walaupun ia tahu, kalau kemungkinannya bahkan tidak ada.

Dan..

Soonyoung mengacak rambutnya.

Bahkan beberapa bercak kemerahan yang sekilas ia lihat dibahu dan leher pemuda mungil itu sudah menjelaskan semuanya.

'Bagus Kwon Soonyoung. Bagus. Kau sudah menyetubuhi orang yang tidak kau kenal dan terlebih, dia, laki-laki! Nice! Berharaplah dia tidak dibawah umur!'

Soonyoung beranjak dari sana dan berjalan keluar. Ia butuh kedapur dan mendapatkan segelas air jernih untuk menjernihkan pikirannya yang kacau.

Pemuda itu menghela napasnya berat. Ia mengambil satu gelas dan mengisinya dengan air dingin. Meminumnya dengan rakus sembari mengambil ponselnya yang bergetar. Dengan malas, dilihatnya satu pesan yang masuk.

Kau dimana? Aku akan ke apartment mu

Wanita ini lagi. Mau apa lagi dia?

Soonyoung kembali mengacak rambutnya. Bahkan hari belum terlalu siang tapi kepalanya sudah nyaris meledak karena terlalu panas.

Ting Tong~

'Cepat sekali'

Dengan cepat Soonyoung berlari kepintu depan. Mengecek dari intercom dan ia langsung menemukan wajah galak wanita yang sudah resmi putus dengannya seminggu yang lalu.

Baru saja dia membuka kunci pintunya dan wanita itu langsung menerobos masuk. Nyaris membuat jantungnya lepas karena kaget.

"Apa-apaan kau?! Masuk kerumah orang sembarangan."

Wanita itu mengalihkan pandangannya dengan galak kearah Soonyoung.

"Apa katamu? Orang? Kau kekasih ku."

Soonyoung mendengus. Dengan malas, dia berjalan kearah sofa. Enggan menanggapi wanita gila ini.

Wanita itu menatap sebal pada lelaki yang masih dicintainya itu. Namun pandangannya teralih pada rak sepatu didepan pintu. Keningnya menyergit. Dengan perlahan dia menggapai rak sepatu itu dan memperhatikan dengan jelas salah sepatu yang berantakan disana. Wajah penasarannya dengan cepat berubah menjadi garang.

"Kwon Soonyoung! Beraninya kau berselingkuh dari ku!"

Soonyoung menatap bingung pada wanita yang secara pasti mulai mendekat kearahnya.

"Apa maksud mu?! Apa perlu aku berteriak ditelinga mu kalau kita sudah putus?!"

"Lihat itu!"

Soonyoung mengikuti arah tunjuk mantan kekasihnya itu yang menuju pada rak sepatu.

"Kau membawa wanita lain kesini?! Dimana wanita itu?!"

Soonyoung semakin tidak mengerti. Apa wanita ini benar-benar sudah gila?!

"Apa maksudmu?! Wanita apa?!"

"Bajingan! Jangan menipu ku!"

Soonyoung membulatkan matanya. Wanita ini, benar-benar..

"KE-"

"Apa?! Kau mau bilang kalau aku salah paham?! Kau mau bilang kalau itu sepatu Mingyu? Hey! Sejak kapan kaki Mingyu jadi sekecil itu! KAU PIKIR AKU BODOH?!"

"BERISIK!"

BRUK

.

.

.

.

.

Gerah.

Jihoon menggilat pelan. Pemuda itu bangun dan mengacak asal rambutnya. Wajahnya terlihat benar-benar masih mengantuk.

"Kwon Soonyoung! Beraninya kau berselingkuh dari ku!"

"Apa maksud mu?! Apa perlu aku berteriak ditelinga mu kalau kita sudah putus?!"

"Lihat itu! Kau membawa wanita lain kesini?! Dimana wanita itu?!"

"Apa maksudmu?! Wanita apa?!"

"Bajingan! Jangan menipu ku!"

Jihoon membuka matanya dan mendelik kesal kearah pintu. Suara orang entah siapa diluar sana benar-benar mengganggunya.

"KE-"

"Apa?! Kau mau bilang kalau aku salah paham?! Kau mau bilang kalau itu sepatu Mingyu? Hey! Sejak kapan kaki Mingyu jadi sekecil itu! KAU PIKIR AKU BODOH?!"

Cukup sudah!

Jihoon mengambil bantal disampingnya dan dengan kesal melemparnya kearah pintu.

"BERISIK!"

BRUK

Pemuda bersurai pink itu membanting dirinya kembali kekasur. Mencoba untuk kembali kealam mimpinya. Ia mendengus kesal dan membenamkan kepalanya dibawah bantal yang lain. Suara berisik diluar sana bukannya berhenti justru semakin ribut.

CLEK

.

.

.

.

.

"BERISIK!"

BRUK

Wanita itu mendengus pelan. Soonyoung dengan cepat mencoba mencegah wanita itu yang akan kekamarnya.

"Yak! Kau mau apa?! Keluar dari rumah ku sekarang!"

Mantan kekasihnya itu kembali melemparkan pandangan menusuknya pada Soonyoung yang kini benar-benar salah tingkah.

"Hah! Bilang saja kalau kau takut ketahuan kan? PERCUMA! AKU SUDAH TAHU! DASAR TUKANG SELINGKUH!"

Soonyoung membelabakkan matanya. Apa maunya wanita ini huh?!

"Berapa kali harus aku katakan?! KITA SUDAH PUTUS!"

PLAK

Soonyoung memejamkan matanya. Lekaki itu mencoba menahan emosinya dengan menenangkan napasnya yang sedikit memburu karena terbakar emosi. Lelaki itu melirik kearah wanita yang tadi menggamparnya kini kembali berjalan lantang kekamarnya.

BRAK

"MANA WANITA JALANG ITU?!"

Wanita itu mengdobrak pintu kamar Soonyoung dan langsung masuk kesana. Pandangannya makin membara melihat gundukan ditengah kasur milik –menurutnya- kekasihnya.

"HEY! APA-APAAN KA-"

"WANITA BRENGS-"

.

.

.

.

.

BRAK

"MANA WANITA JALANG ITU?!"

Jihoon menghela napasnya berat. Dia mengangkat kepalanya dengan kesal. Ia bangkit dari tidurnya dan duduk sembari melempar pandangan kesal pada seseorang yang benar-benar merusak mood nya.

"WANITA BRENGS-"

Seketika saja. Hening.

Jihoon merubah pandangan kesalnya menjadi bingung. Menatap bingung pada sepasang makhluk didepan pintu yang juga terdiam menatapnya. Dengan perlahan kepalanya miring kekanan sembari mengerjap polos. Hey, ada apa ini?

"Ah-ah-hahaha"

Keheningan dipecah dengan tawa datar Soonyoung. Lelaki itu berjalan maju dan menutupi arah pandang wanita Kim didepannya itu dengan cepat. Ia mengusap canggung tengkuknya masih dengan tawa garingnya.

"Hahaha, lebih kita berbicara diluar, hahaha"

Soonyoung mencoba mendorong wanita itu untuk keluar bersamanya. Tapi, tangan putih wanita itu menahannya. Dengan tatapan dinginnya, ia menusuk sosok mungil dikasur itu.

"Kau siapa?"

Jihoon mengangkat kedua alisnya sembari menunjuk dirinya sendiri. "Aku? Lee Jihoon." Dan menjawab dengan ekspresi polosnya.

"Hey, sudahlah. Ayo kelu-"

"Dia siapa Kwon. Soon. Young?"

Soonyoung menelan ludahnya gugup. Otaknya memutar dengan cepat. Mencoba mencari celah dikesempitan ini. Jujur saja. Dia ingin lolos dari wanita ini. Maka dari itu, otaknya mencari solusi yang menguntungkannya.

"Kau sendiri? Kau siapa?"

Baik Soonyoung maupun wanita itu sama-sama mengalihkan pandangannya kearah kasur. Menatap pada sosok mungil disana yang masih mempertahankan wajah bingung dan polosnya.

Soonyoung gemas.

Tuhan! Jujur aku tidak bohong, Dia. Benar. Benar. Imut!

"Ah-ha-haha-hahaha, sayang.."

Jihoon semakin memiringkan kepalanya bingung.

Soonyoung dengan cepat berjalan kekasur dan duduk dihadapan Jihoon. Tangannya menaikkan selimut dipinggang pemuda itu dan menutupi tubuh mungil itu hingga bahu.

"Sayang, kau pasti masih lelah kan? Istirahat lagi saja ya.. maaf aku mengganggu mu."

Jihoon menaikkan sudut bibirnya. Apa maksud 'sayang' dan kedipan itu eoh?

"Apa maks-"

"Ah, baby. Kita akan bicara nanti, tapi sekarang masih ada yang harus aku urus."

Soonyoung dengan cepat bangun dan menyeret tangan wanita yang sedari tadi mematung disana. Menutup pintu dan langsung membawa wanita itu menuju pintu.

"Sebaiknya kau pergi sekarang. Aku benar-benar tidak ingin lagi berurusan dengan mu. Maafkan aku Kim Saeron."

BRUK

Tanpa menunggu apapun lagi, Soonyoung langsung menutup pintu. Mencoba tidak memperdulikan ketidaksopanannya dalam menghadapi wanita.

Lelaki itu kembali melangkahkan kakinya dengan terburu-buru. Namun, baru kakinya sampai diruang tengah, dia sudah dihadang dengan tatapan dingin pemuda mungil yang kini menyilangkan tangan nya didada dan menatapnya dengan dingin yang begitu menusuk.

Oops, dia punya masalah yang cukup rumit disini.

.

.

.

.

.

Jeon Wonwoo terdiam. Dia memberiakan tangan yang kini melingkari pinggang polosnya semakin erat.

"Hyung.."

Wonwoo tetap bungkam. Dia semakin mengalihkan pandangannya saat wajah itu mendekat disisi wajahnya.

"Hyung, kau masih marah padaku?"

Lelaki emo itu masih tetap mengunci mulutnya. Enggan bersuara. Jujur saja, dia masih kesal Mingyu. Karena pemuda yang sudah menjadi kakasihnya sejak tiga tahun lalu itu berbohong padanya.

"Hyung-"

"Kau tahu Kim Mingyu, kalau saja aku tidak datang tadi malam. Kau mungkin saja 'tidur' dengan wanita liar diluar sana. Kau hampir membuat hubungan kita hancur Gyu,"

"Hyung.. "

Mingyu mengangkat tubuhnya. Mencoba membawa bahu Wonwoo untuk telentang, menatapnya.

"Maafkan aku hyung, aku-"

"Aku tahu kau hanya tidak enak menolak tawaran Seungcheol hyung yang sudah membantu mu. Tapi, membohongi ku dan terlebih, kau membawa Jihoon masuk kedalam sana.. aku kecewa padamu Kim Mingyu. Aku yakin kau tahu betapa sayang nya aku pada Jihoon."

Mingyu menundukkan kepalanya. Mengutuk kebodohannya semalam, yang nyaris membuat hubungannya dengan Wonwoo kandas.

"Maafkan aku hyung.."

Wonwoo mengangkat kecil sudut bibirnya. Perlahan, tangannya naik dan mengusap pipi Mingyu yang agak sedikit chubby.

"Aku sudah memaafkan mu."

Mingyu mengangkat wajahnya. Menatap kedua bola mata hitam disana yang kini tersenyum lembut menatapnya.

Dengan cepat dikecupnya bibir menggoda hyung tercintanya itu. Yang langsung dibalas oleh Wonwoo.

"Aku mencintaimu hyung."

CUP

Wonwoo tersenyum senang dan mengalungkan tangannya pada leher Mingyu.

"Aku juga mencintai mu Kim Mingyu."

..

..

"Nghh~"

.

.

.

.

-TBC-