Bloody Rain by Kusanagi Mikan
Vocaloid by Yamaha and Crypton FM
Summary : Dia beraksi saat hujan. Berpura-pura manis menawarkan payung pada pejalan kaki, kemudian membunuh mereka. Apa tujuannya?
Chapter 1
Enjoy!
- Normal PoV -
"Ukh, hujan!" seru seorang gadis bernama Miku.
Gadis itu, Miku, baru saja pulang dari sekolah. Dan tiba-tiba, turun hujan deras. Sialnya, Miku sama sekali tidak membawa payung atau jas hujan. Sementara hujan turun begitu deras.
"Kenapa hujan tiba-tiba turun begitu deras, sih?!" omel Miku kesal. "Kalau begini kan, aku tidak bisa pulang ke rumah!"
Jika kalian tanya kenapa Miku tidak menerobos hujan saja, daya tahan tubuhnya jawabannya. Miku memiliki daya tahan tubuh yang rendah. Ia sangat rentan terkena penyakit. Kehujanan sedikit saja, bisa membuatnya demam berhari-hari lamanya.
Tentu saja Miku tak mau mengambil resiko demam berhari-hari. Besok dia ada ujian di sekolahnya.
"Apa aku beli payung saja, ya? Tapi di mana?" gumam Miku.
Miku menoleh ke belakangnya, ke tempat toko-toko berderet. Toko jam, toko buku, toko bahan makanan, dan seterusnya. Tapi tidak ada yang menjual payung.
Miku menghela napas kesal. Saat ini, Miku hanya bisa berharap ada yang berbaik hati meminjamkannya payung, atau hujan segera berhenti.
"Butuh payung?"
Miku menoleh ke asal suara. Seorang gadis berambut putih panjang tersenyum ke arahnya. Azure bertemu ruby. Miku menatap sosok itu tajam.
"Siapa kau?" tanya Miku.
Gadis itu mengulurkan tangannya. "Namaku Haku!"
Miku membalas uluran tangan Haku dengan ragu. "Aku… Miku. Hatsune Miku."
"Baiklah, Miku! Salam kenal!" ucap Haku riang.
'Kelihatannya dia gadis baik,' pikir Miku.
"Ah, ya, salam kenal, Haku. Apa kau bisa meminjamkanku payung?" tanya Miku.
"Tentu saja! Ayo ikut aku!" Haku menarik Miku menyusuri trotoar.
"Eh? Mau kemana?" Miku panik.
"Katamu mau meminjam payung? Ayo!"
Miku mengikuti Haku yang berlari-lari kecil. Mereka berjalan tepian agar tak kehujanan. Menjauh dari pertokoan, mereka sampai ke sebuah… Gudang.
"Gudang? Kita akan meminjam payung di sini?" tanya Miku bingung.
Haku mengangguk. "Yap! Ayo ikut aku ke dalam gudang! Di sana ada payung!" ajak Haku sembari masuk ke gudang itu.
Miku sebetulnya merasa curiga pada Haku. Namun ia ikuti saja Haku. Pikirnya, tidak ada salahnya mengikuti Haku, kan?
Sayangnya, itu adalah sebuah kesalahan besar.
Miku mengikuti Haku masuk ke dalam gudang. Gudang itu gelap, kotor, lembab, dan bau. Miku mengernyit menghirup bebauan gudang yang aneh. Terlebih lagi, saat Haku menutup pintu gudang.
"Kenapa di tutup?" Pertanyaan itu terlontar dari mulut Miku yang kebingungan. "Kan jadi gelap!"
Haku tidak menjawab pertanyaan Miku. Ia menekan sebuah tombol saklar lampu. Dan gudang itu menjadi terang – walau remang-remang karena lampunya redup.
Mata azure Miku menelusuri seisi gudang. Hingga berhenti di… Tumpukan mayat di lantai gudang.
"!" pekik Miku tertahan.
Mayat-mayat itu sudah tidak jelas bentuknya. Beberapa sudah mulai membusuk dan menyebarkan aroma tidak sedap. Darahnya juga menyebabkan bau anyir yang menjadi-jadi.
Miku terduduk lemas. Rasanya, ia ingin muntah saat itu juga. Seluruh tenaganya seolah hilang.
"Ada apa, Miku?" tanya Haku dengan nada heran.
"…" Miku tak menjawab. Ia menunjuk tumpukan mayat di lantai gudang.
"Ohh… Ini? Kau takut, ya? Ini hasil karyaku, lho! Masa kau takut, sih? Ini kan karya hebat," celoteh Haku.
Miku terbelalak. Saat itu, Miku telah sadar bahwa ia bersama dengan seorang pembunuh. Dan Miku segera sadar, bahwa nyawanya dalam bahaya.
"Ayo kita main, Miku!" ajak Haku. Ia mengeluarkan sebuah pisau besar.
Miku bertambah panik. Ia menggedor-gedor pintu gudang, berusaha membukanya. Namun, pintu itu tidak kunjung terbuka. Padahal, Miku yakin tadi Haku tidak menguncinya.
"Kamu mau kemana, Miku?" tanya Haku, semakin mendekat.
"Jangan dekati aku! PERGI!" teriak Miku ketakutan.
"Pergi? Kok kamu mengusirku sih, Miku?" Haku melangkah semakin dekat ke arah Miku.
"PERGI! PERGI!" Miku melemparkan segala macam barang yang ada di dekatnya ke arah Haku.
"Huh, kau ini galak sekali sih, Miku! Ya sudah, sepertinya kau sudah tidak sabar, ya. Kita mulai permainannya sekarang!" Haku menyeringai mengerikan.
BUGH!
Haku meletakkan kakinya di atas perut Miku, menginjaknya. Miku memekik kesakitan.
"Wah... Kau cepat sekali bernyanyinya, Miku. Padahal kita baru mulai, lho!" ucap Haku sambil tersenyummanis. Namun terlihat begitu mengerikan di mata Miku.
Haku menyingkirkan kakinya dari perut Miku. Miku - untuk sementara - bisa bernapas lega. Walau Miku tahu, dia mungkin tak akan selamat.
Pisau Haku mulai mendekat ke perut Miku. Miku ingin mundur, namun dia sudah terpojok. Dalam sekali sayatan, Haku berhasil merobek perut Miku. Sepertinya, Haku memang sudah profesional.
"KYAAAA!" jerit Miku.
Sayatan itu terasa begitu menyakitkan - begitu nyata. Darah mengalir begitu deras. Miku menjerit ; Haku tertawa. Suatu hal yang sangat bertolak belakang.
Miku terbaring lemas di lantai gudang sambil merintih kesakitan. Haku tersenyum melihatnya.
"Miku... Masa kau sudah mau menyerah, sih? Nggak seru, ah!"
'Dia benar,' batin Miku. 'Aku tak boleh menyerah. Aku harus bangkit dan keluar dari gudang ini, kemudian melaporkannya ke polisi.'
Miku berusaha bangkit, namun luka di perutnya tidak memungkinkannya untuk berdiri. Duduk saja tidak bisa.
"Tidak bisa bangkit ya, Miku? Ya sudah, kamu diam saja. Biar aku yang melanjutkan permainannya," Haku menyeringai.
Kedua tangan Haku mulai membuka luka robekan di perut Miku. Membuatnya semakin lebar. Miku menjerit kesakitan, namun tidak di hiraukan Haku.
"Hem..." Haku menatap organ perut Miku yang sekarang terlihat jelas. "Aku mulai dari yang mana dulu, ya? Ah! Sepertinya usus! Terlalu panjang!"
Haku mulai memotong usus Miku dengan pisaunya. Miku menjerit-jerit tak karuan - bersamaan dengan darah yang mengalir dari mulutnya.
"HENTIKAN! HENTIKAN!" teriak Miku.
"Hentikan? Kenapa?" Haku memandang Miku dengan tatapan innocent.
"SAKIT! SAKIT!"
"Sakit? Benarkah?" Walau bertanya begitu, dan dengan wajah innocent, Haku menusuk-nusuk organ perut Miku. Mata merahnya menatap Miku, sementara ia menusuk-nusuk organ perut Miku.
"AAAAA! HENTIKAN! SAKIITTT!"
Miku meronta-ronta kesakitan. Organ perutnya mungkin sudah rusak parah akibat tusukan-tusukan Haku.
"Huh... Berisik," Haku mencabut salah satu ginjal Miku dengan brutal.
"KYAAAAAA!"
"Kau ini bisa diam enggak, sih?"
Sekarang, kata-kata Haku mulai kasar. Ia meraih tangan kanan Miku dengan kasar, kemudian memandanginya.
Jari-jari tangan Miku lentik, putih, dan mulus. Membuat iri siapa pun yang melihatnya. Juga membuat terpesona.
"Jari-jari tanganmu bagus... Boleh minta, ya?" pinta Haku.
Tanpa ada persetujuan dari Miku, Haku mulai memotong satu persatu jari tangan Miku dengan pisaunya. Miku yang sudah pucat - karena kehilangan banyak darah - kini semakin kehilangan darah.
"Sakit... Haku..." ucap Miku terbata-bata.
"Sakit... Kau bilang sakit?! Kau bilang sakit?! Hanya segini kau bilang SAKIT?!" bentak Haku.
"Hiks..." Air mata mengalir dari kedua mata Miku.
"Jangan menangis, bodoh!" umpat Haku. "Kau menyebalkan sekali, cengeng sekali!"
Haku memandangi bola mata Miku. Penuh rasa kesakitan. Namun, tetap terlihat begitu cantik dan indah. Bola mata azure seperti langit. Memukau siapa pun yang melihatnya.
Kedua tangan Haku yang berlumuran darah memegang kedua matanya. Kedua manik merahnya. Haku memejamkan matanya, menyembunyikan manik ruby miliknya.
"Ha..ku?" panggil Miku.
Haku membuka matanya, melirik Miku dengan pandangan marah.
"Jangan panggil namaku, gadis bodoh!" seru Haku.
Haku mencongkel salah mata kanan Miku dengan tangannya. Meskipun Miku menjerit-jerit dan meminta tolong agar menghentikkan tindakannya, namun Haku tetap melakukannya.
Haku mengorek-ngorek mata Miku, hingga bola mata itu terlepas dari tempatnya. Rongga mata kanan Miku kini bolong.
"Hiks..." Miku terisak menahan sakit.
"Hahaha... HAHAHAHA!" Haku tertawa seperti orang gila.
Miku mengernyit ngeri melihat Haku. Pandangannya sudah kabur karena kehilangan banyak darah.
"Hahaha... Sepertinya, harus segera ku selesaikan, ya," Haku tersenyum sinis.
"Eh?" Miku terbelalak. 'Jangan-jangan... Aku akan segera mati? Tapi... Aku tidak peduli. Aku sudah sangat kesakitan,' pikir Miku.
"Nah, selamat menemui kematianmu, Hatsune Miku!" Haku tertawa sembari menjatuhkan sebuah batu besar di kepala Miku.
Darah muncrat. Kepala Miku hancur. Haku tertawa terbahak-bahak. Entah apa yang lucu.
"Hihihi... Aku akan cari korban selanjutnya!"
#Bersambung
