LeChi's project proudly presents

.

.

.

CAFEIN for CAFEE: Everyday

.

.

.


Kuroko no Basuke (c) Fujimaki Tadatoshi

Kuroko no Basket milik Fujimaki Tadatoshi. Kami tidak mengeruk keuntungan materil atau komersil sama sekali dalam membuat fanfiksi bersama ini.


First Ever Drabble:

.

.

Jerawat (c) Erry-kun

.

.

.

Warning: OOC, typo, AU, shounen-ai/Boys Love.


"Dek, itu jerawat, ya?"

Furihata Kouki dongkol, jatuh sejatuh-jatuhnya. Padahal tadinya dunianya damai berbunga-bunga ketika ia tengah memikirkan sang gadis cinta pertama sembari tersenyum-senyum seperti orang gila. Sampai akhirnya seorang laki-laki asing mengambil tempat duduk di sebelahnya dan memerhatikannya seolah Furihata itu adalah objek penelitian ilmiah.

Tadinya Furihata pikir orang itu benar-benar memerhatikannya sehingga membuatnya geer memalukan setengah mati. Namun sayang, sebenarnya perhatiannya jauh tertuju pada objek kecil yang lebih spesifik pada dirinya, setitik merah muda pengganggu itu. Lalu dengan tidak tahu malunya ia mengatakan demikian, padahal tidak perlu diberitahupun Furihata sudah tahu jelas bahwa tonjolan kecil di dahi sebelah kanannya memang jelas-jelas jerawat.

Lalu ia mengalihkan perhatian pada si laki-laki seenak dahi di sampingnya dengan ekspresi kesal, tapi baru saja kedua matanya bertemu dengan manik mata berlainan warna itu, Furihata mengurungkan niatnya untuk protes. Lalu secepat kilat kembali menatap lurus ke depan. Ia hanya memandangnya sekilas tapi ia sudah bisa menangkap semuanya; kedua matanya berlainan warna dan rambutnya merah menyala, menakutkan. Apalagi, sepertinya laki-laki itu sudah kuliah, mungkin sekitar tujuh tahun lebih tua dari Furihata sekarang. Furihata bagaikan bubuk mesiu jika dibandingkan dengan laki-laki itu.

Ngomong-ngomong, namanya Akashi Sejuurou dan ia memang berpenampilan seperti apa yang digambarkan Furihata barusan. Ia tersenyum penuh makna ketika mendapati Furihata terkejut berlebihan tepat sesaat setelah pandangan mereka bertemu dalam sekejap. "Jerawat pertama itu jerawat cinta," katanya, basa-basi. Padahal Akashi tidak biasa banyak bicara.

Oh, ngomong-ngomong Akashi tepat sasaran. Pipi Furihata memerah sampai ke telinga. Kenapa eksistensi ordinari sepertinya begitu mudah dibaca? Memalukan!

Akashi menyadari perubahan wajah lawan bicaranya karena memang begitu tampak jelas. Ia terlalu lugu untuk merasakan yang namanya cinta pertama, benar-benar lucu. Lalu, Akashi memukul dirinya sendiri dalam hati karena entah bagaimana ia bisa tertarik pada seorang bocah laki-laki baru pubertas sepertinya.

Lalu hening kembali melanda ketika masing-masing sibuk sendiri dengan pikirannya sementara angin lembut terus bergerak menyapa surai-surai tanah dan darah mereka. Akashi hampir saja akan kembali memandang jauh ke depan sebelum akhirnya pergerakkan si laki-laki muda'nya' menyita perhatiannya.

Sebentar-sebentar Furihata menyentuh dahinya di mana jerawat itu bersemayam secara mengganggu. Menggaruk-garuknya gemas, berusaha mengenyahkannya dari pandangan secara instan tapi sebenarnya berbahaya. Akashi menyatukan kedua alis, kesal sendiri melihatnya.

"Jangan disentuh."

Furihata menoleh cepat. "Ke-kenapa?"

"Nanti berbekas dan sembuhnya lama," petuah yang lebih berpengalaman.

Furihata mengangguk-angguk, lalu bergeming kembali tenggelam ke dalam imajinasinya. Sembari dirinya melamun begitu, Akashi masih menyibukan diri mengawasi setiap pergerakannya—

"Jangan disentuh!"

—padahal baru saja diberi tahu.

Furihata menoleh takut-takut padanya, "Ta-tapi gatal."

"Dengarkan aku dan kau akan berterima kasih nanti," balas Akashi.

Furihata mengangguk. Tapi kedua tangan itu bergerak-gerak gelisah, gemas sendiri. Tentu saja, semakin dilarang kau akan semakin memiliki hasrat untuk melanggarnya, 'kan?

Akashi ikutan gatal melihat gerak-gerik lucu anak itu. Aneh memang, padahal biasanya dia tidak banyak peduli pada orang lain, tapi Furihata berhasil membuatnya menaruh banyak perhatian seperti itu.

"Kalau kau sentuh, nanti kucium."

Hening.

Furihata tersentak dongkol. Gerakannya yang hampir benar-benar menyentuh sang jerawat terinterupsi di tengah-tengah. Lalu ia bergeming canggung. Kalimat itu terlalu mengejutkan, hampir membuat kedua pipinya memerah tersipu malu.

Akashi sendiri ingin membunuh dirinya sendiri sekarang karena—sumpah—kalimat barusan itu diucapkannya tanpa pikir sama sekali. Rasanya seperti harga dirinya turun drastis, jatuh sampai ke bawah tanah.

Tapi kemudian gerak-gerik si cokelat tanah itu kembali mengambil seluruh perhatiannya. Kedua tangannya masih bergerak-gerak gelisah, gatal ingin sekali menyentuh eksistensi merah muda di wajahnya. Sepertinya jerawat itu memang sangat gatal sehingga ancaman murahan Akashi bahkan tidak banyak memperbaiki keadaan. Oh, atau—

Akashi tersenyum menyeringai dalam satu kali hitungan, "Tidak usah ragu-ragu begitu kalau memang mau kucium."

Hening lagi.

Maka Furihata bergeming membatu tepat ketika kalimat Akashi itu meluncur melalui rongga telinganya. Bersamaan dengan itu, pipinya memerah memalukan dengan begitu jelas, sementara jantungnya berdegup kencang berisik. Terutama ketika si kakak menakutkan berambut merah itu dengan jahil bergeser tempat duduk dan mencondongkan tubuh mendekatinya.

"Kissu?"

Gawat. Dia begitu wangi dan suaranya membuat hati meleleh.

Furihata semakin dan semakin menunduk malu ketika itu, menghindari kedua tatapan mengintimidasi milik lawan bicaranya. Sial, kenapa jerawat kecilnya bisa membawanya pada situasi seperti ini?

Senyum Akashi melebar mengerikan mendapati lawan bicaranya yang terus meringkuk takut malu seperti anjing chihuahua. Oh, salahkah jika ia benar-benar tertarik pada remaja laki-laki tanggung yang baru ditemuinya ini? Semoga saja tidak.


~Fin~


Ramblingan panitia:

Cihuy, enaknya jadi panitia itu gini. Baca cerita ketceh ya duluan kita baca XD, ceritanya lucu gimana-gimana gitu. Bikin gemes ahh~ dan juga—ini udah gak perlu perbaikan.

Hayuu atuh, yang lain juga ikutan buat ramein CAFEE kita. Kalau kaliat mau ikut, silakan submit drabble everyday di Menu yang ada di grup CAFEIN. Atau silakan hubungi auhor "Hi Aidi" via PM akun FFN ataupun akun Facebook. :)

Atau buka saja profil akun ini. :)

Special thanks: Erry-kun.

Readers and Reviewers, mind to give review? ;)