Curse of Life
Author : Shirokami Khudhory
Genre : Adventure, Friendship, Action, Romance
Rating : M
Disclaimer: Naruto by Masashi Kishimoto, Highschool DxD by Ichisei Ishibumi, dan UQ Holder by Akamatsu Ken serta mangaka maupun musisi yang karyanya saya catut di fanfic ini
Warning! AR, AU, gaje, OOC, typo, dsb.
Note :
Well... Sebelumnya perkenalkan saya Shirokami Khudhory, kali ini saya akan menghadirkan fanfic triple crossover Naruto x Highschool DxD x UQ Holder. Yap, kali ini saya membawa sebuah manga baru yang mungkin masih sedikit asing bagi kalian karena kupikir ini bakal menarik. Di cerita ini akan bercerita tentang sekelompok manusia-manusia yang abadi alias tak bisa mati, dan konflik antara mereka dengan makhluk spiritual yang semakin mengancam umat manusia.
Summary :
Keabadian... Kutukan paling mengerikan yang pernah ada, kutukan yang memaksa korbannya untuk terus hidup dalam kesepian dan kesendirian, melihat tiap sahabat maupun yang terkasih pergi meninggalkannya termakan oleh kejamnya arus waktu. Ditambah, para makhluk spiritual yang terlalu serakah atas dunia yang begitu sempit ini serta para penguasa yang tak pernah puas untuk menguasai segalanya, membuat mereka - para immortal mulai bergerak melindungi umat manusia.
Arc I : Welcome to UQ Holder!
Chapter 1 : I'm Immortal?
Pagi hari yang cerah di sebuah desa kecil dibatas terluar kota Tokyo. Sebuah desa kecil yang masih mempertahankan ciri dan kultur tradisional di tengah derasnya arus modernisasi yang terjadi di seluruh dunia.
Tampak seorang pemuda berbadan cukup tinggi, bersurai pirang spiky, dan mengenakan seragam sekolah berwarna putih strip biru di bagian lengan sedang duduk diatas sebuah pohon yang berdiri tegak di pinggir sebuah jalan setapak desa, di tangan kanannya ia menggenggam sebilah pedang tipis yang hanya berbalut kain perban di salah satu ujungnya sebagai gagang pedang. Kedua iris bola matanya yang berwarna keunguan sedari tadi senantiasa menatap seorang wanita muda cantik berpostur tinggi bersurai pirang panjang yang tengah berjalan melintasi jalan setapak itu sambil membawa sebuah tas kecil layaknya seorang wanita normal pada umumnya.
Saat wanita tersebut melintas di depan pohon yang dipijak oleh pemuda itu, pemuda itupun langsung melompat dari atas pohon sambil mengayunkan pedang yang ia genggam kearah wanita tersebut secara horisontal dari arah belakangnya. Namun sayangnya dengan sigap wanita tersebut berhasil menghindari serangan tersebut hanya dengan sedikit gerakan menggeser tubuhnya 1m ke kiri. Menyadari serangannya meleset, pemuda tersebut langsung memasang kuda-kuda sesaat setelah kakinya menyentuh tanah lalu langsung mengayunkan pedang yang ia genggam dengan tangan kanannya kearah leher wanita tersebut.
"Kali ini aku takkan kalah darimu Yukihime-nee..." teriak pemuda tersebut.
TAAANNGG...
Tangan kanan pemuda tersebut yang menggenggam pedang tiba-tiba terpental ke belakang saat pedang miliknya nyaris menyentuh leher wanita yang dipanggil Yukihime oleh pemuda itu seperti telah menghantam sesuatu yang tak kasat mata. Namun seolah tak kehabisan akal, pemuda itu langsung mengayunkan tangan kirinya kearah wajah Yukihime dengan harapan agar setidaknya ia bisa melukai Yukihime. Sayangnya kali ini harapannya lagi-lagi harus pupus karena Yukihime sedikit memiringkan kepalanya agar tak terkena tinjuannya, dan malah justru ia harus menahan rasa sakit yang mendera tatkala Yukihime berhasil mengunci tubuhnya diatas tanah jalan setapak tersebut setelah sebelumnya Yukihime meraih tangan kirinya dan langsung membantingnya ketanah layaknya seorang pegulat profesional.
"Hohohohoho, masih terlalu cepat 100 tahun bagimu untuk bisa mengalahkanku Na-ru-to-chan..." ejek Yukihime yang telah berdiri dihadapan Naruto yang masih terduduk memegangi sekujur tubuhnya yang sakit karena ditindih oleh Yukihime sebelumnya.
"Huh?"
Pemuda yang dipanggil Naruto oleh Yukihime mengangkat sebelah alisnya karena merasa bingung dan sedikit janggal dengan kata-kata 'terlalu cepat 100 tahun' yang diucapkan oleh kakak angkatnya satu ini, seolah-olah memberi kesan kalau Yukihime telah berusia lebih dari 100 tahun. Memang, ia tak mengetahui apa-apa mengenai kakak angkatnya satu ini, termasuk mengenai hubungannya yang sebenarnya dengan kedua orangtua kandungnya. Selama ini Naruto menganggap Yukihime sebagai kakak kandungnya sendiri. Dialah yang merawat dirinya semenjak kejadian kecelakaan mobil yang terjadi 2 tahun yang lalu, tepat di hari ulang tahunnya yang ke 13. Sebuah kecelakaan mobil yang juga merenggut nyawa kedua orangtuanya dan membuatnya mengalami amnesia sehingga ia tak bisa mengingat apapun yang terjadi sebelum ia berusia 13 tahun.
"Naruto? Naruto-kun?"
Sepatah kalimat membuyarkan semua lamunan Naruto, dan ia langsung terjungkal ke belakang karena terkejut melihat wajah Yukihime yang hanya berjarak beberapa centimeter dari wajahnya. Sedangkan Yukihime hanya terkekeh kecil melihat ekspresi adiknya tersebut.
"A-Apa yang nee-san lakukan?" tanya Naruto gugup.
"Tak ada, habisnya dari tadi kau melamun terus sih." jawabnya dengan nada polos, "Sekarang berdiri bocah sialan, apa kau ingin telat sampai sekolah?" lanjutnya namun dengan nada bicara yang kembali tegas seperti biasanya.
"Ba-Baik..."
Mereka berdua lantas melanjutkan perjalanan mereka menuju satu-satunya sekolah di desa itu. Kebetulan Yukihime adalah salah seorang guru honorer disana, dan Naruto bersekolah disana.
~ Malam harinya ~
Yah, seperti yang sudah-sudah. Lagi-lagi Naruto lah yang harus menyiapkan makan malam, meskipun masakan buatan Naruto tergolong sangat nikmat, namun sebenarnya Naruto terpaksa melakukannya.
Hohohohoho, selama kau belum bisa menang dariku, selama itulah kau harus menyiapkan hidangan malam untukku.
Masih membekas di ingatan Naruto saat pertama kali mengucapkan hal tersebut. Sebuah ejekan atau semacam sindiran yang memacu Naruto untuk menjadi semakin kuat agar suatu saat nanti bisa mengalahkan sang kakak.
"Naruto, apa makan malamnya belum siap?" teriak Yukihime dari kamar tidurnya.
"Sebentar nee-san, ini baru saja matang." jawabnya sambil membawa sebuah panci kecil berisi sup miso ke ruang makan.
Dan yah, malam hari itu mereka habiskan untuk bercengkerama sambil menyantap sup miso buatan Naruto.
~ Keesokan harinya ~
Yah, sama seperti hari-hari sebelumnya, Naruto kembali mengawali pagi dengan sekujur tubuh yang kesakitan. Percobaannya untuk kesekian kalinya agar bisa mengalahkan Yukihime lagi-lagi berakhir dengan sebuah kegagalan, bahkan kali ini Yukihime melumpuhkannya dengan cara yang lebih sadis, yakni memelintir tangan kirinya sambil mengunci kepalanya dengan menarik kepalanya keatas dalam posisi tengkurap. Benar-benar gerakan seorang pegulat profesional, bahkan hingga kini ia tak habis pikir dengan kakaknya satu ini, di satu sisi ia tampak lemah lembut namun di sisi lain ia lebih terlihat seperti monster yang haus pertarungan.
Dan saat ini disinilah ia berada, di depan dua buah makam dengan nisan bertuliskan "Minato Springfield" dan "Kushina Springfield". Yap, ini adalah makam kedua orangtua Naruto yang telah meninggal. Naruto sendiri sebenarnya terlahir dengan nama Naruto Springfield, namun karena suatu alasan dari sang kakak yang bahkan tak ia mengerti, dengan terpaksa ia menanggalkan marga Springfield dan kini hanya dikenal sebagai Naruto.
"Ternyata kau masih sering kemari Naruto-kun..."
Mendengar suara seseorang tak jauh darinya, lantas saja orang yang dipanggil tersebut membalikkan badannya dan tampaklah sesosok wanita muda yang wajahnya sudah tak asing baginya telah berdiri dibelakangnya.
"Yukihime-nee, aku... aku hanya ingin mengunjungi makam ayah dan ibu saja."
Naruto tertunduk lesu menanggapi pertanyaan dari kakaknya tersebut, dalam lubuk hatinya yang terdalam ia masih belum bisa hidup tanpa kedua orangtuanya - hanya berdua bersama seorang wanita yang berdiri dihadapannya, yang sudah ia anggap sebagai kakak kandungmu sendiri. Melihat wajah sedih adiknya, Yukihime langsung mengajak Naruto kembali ke rumahnya sambil terus berusaha menenangkan Naruto dan menyeretnya keluar dari perasaan sedih yang menghinggapi adiknya tersebut.
...
~ Immortal – Curse of Life ~
...
TES TES TES
Bunyi rintik hujan gerimis menemani sore kelabu hari itu, seorang pemuda bersurai pirang terbaring lemah diatas rumput dengan sekujur tubuh yang terluka amat parah. Penglihatannya kabur, bahkan kesadarannya saat itu mulai memudar, namun ia tetap berusaha agar ia tak pingsan karena jika ia pingsan maka bisa dipastikan bahwa dirinya akan mati.
"Egh..."
Pemuda itu melenguh pelan, dengan susah payah ia sedikit mendongakkan kepalanya keatas - menatap kedua orangnya yang terkulai tak bernyawa didalam mobil yang masih terbakar, meskipun mulai mereda seiring dengan rintik hujan gerimis yang mulai membasahi tempat tersebut. Ia sama sekali tak mengingat apapun saat kejadian tersebut, satu-satunya yang ia ingat hanyalah saat ia bermain-main dengan seorang wanita muda bersurai pirang yang sudah ia anggap sebagai kakaknya di bangku belakang mobil tersebut.
Sayangnya, tubuhnya saat ini sudah memberontak semakin kuat, menginginkan dirinya untuk memejamkan matanya walaupun ia tahu kalau itu akan menjadi akhir dari perjalanan hidupnya. Namun ia tak dapat berbuat banyak, fisiknya sudah mencapai batas dan dengan perlahan ia mulai memejamkan matanya.
"Naruto-kun, bertahanlah... Aku akan menyelamatkanmu."
Yap, ia masih ingat kalimat tersebut. Kalimat dari siluet kasar seorang wanita bertubuh cukup jangkung yang menghampirinya tepat sebelum kesadarannya menghilang.
"Naruto-kun... Naruto-kun..."
Pemuda yang merasa namanya dipanggil membuka matanya - terbangun dari tidurnya, dihadapannya Yukihime telah duduk disamping futon miliknya, dari ekspresi wajahnya bisa dimengerti bahwa saat ini Yukihime sangat mengkhawatirkan kondisi Naruto.
"Apa kau baik-baik saja? Apa kau bermimpi buruk lagi?" tanya Yukihime.
"I-Iya, tou-san... kaa-san... kecelakaan itu... AARRGGHH..." teriak Naruto sambil memegangi kepalanya yang terasa teramat sakit dengan kedua tangannya.
"Tenanglah Naruto-kun... Tenangkan dirimu... Tarik nafas perlahan..."
Mengikuti perintah dari Yukihime, Naruto mulai mengatur nafasnya kembali. Setelah dirasa sudah tenang, Yukihime meminta Naruto untuk menceritakan apa yang terjadi padanya, Naruto pun lantas menceritakan semuanya pada Yukihime, tentang kecelakaan itu dan juga semua yang ia lihat mimpi tersebut. Memang, Yukihime selalu bisa menjadi penenang dirinya disaat ia gusar.
"Naruto-kun, ayo sarapan, kali ini aku yang memasak karena sepertinya kondisi mentalmu belum fit 100%." ajak Yukihime.
"Baik Yukihime-nee..." jawabnya.
Mereka berdua lantas sarapan pagi bersama, saat sarapan pagi Yukihime bercerita kalau sore harinya ia akan kencan dengan salah seorang rekannya sesama guru honorer di satu-satunya restoran di desa itu dan berniat untuk mengajak Naruto
ikut bersamanya. Naruto menyanggupinya karena ia sendiri juga sangat ingin makan di satu-satunya restoran di desa tersebut.
~ Sore harinya ~
Sore itu sekitar pukul 16.00 waktu setempat, ia beserta kakaknya pergi ke restoran yang dimaksud. Sesampainya disana, ia telah ditunggu oleh seorang pria jangkung bersurai hitam yang ia kenali sebagai guru olahraganya, mereka kemudian masuk kedalam restoran tersebut dan duduk memesan makanan.
isana mereka menyantap hidangan yang telah tersedia dan saling bercengkerama satu sama lain hingga tak terasa 1 jam telah berlalu. Mereka bertiga lantas memutuskan untuk pulang dikarenakan hari sudah semakin sore.
Dan disinilah mereka berada sekarang, di halaman parkir restoran Yukihime sedang berdiri menunggu Naruto yang sedang pergi ke toilet. Di tangan kirinya terdapat sebuah gelang anyaman yang diberikan oleh teman kencannya sebagai kenang-kenangan.
"Hari yang sangat indah bukan..." ucap pria bersurai hitam yang menjadi teman kencan Yukihime.
"Yah begitulah..." jawab Yukihime.
Pria tersebut kemudian melangkah sedikit kedepan - meninggalkan Yukihime hanya beberapa centimeter dibelakangnya.
"Terima kasih atas kencan singkat tadi Yukihime... bukan, maksudku Evangeline A.K. McDowell"
Kedua bola mata Yukihime melebar saat teman kencannya mengayunkan sebilah tombak cahaya kearah wajahnya, beruntungnya ia sempat melompat mundur sesaat sebelum tombak cahaya tersebut membelah kepalanya. Ia lantas menatap kedepan, pria bersurai hitam yang menjadi teman kencannya sebelumnya tampak berbeda, ada sepasang sayap hitam yang tampak seperti sayap gagak tersemat di punggung pria tersebut.
"Tch, malaikat pendosa, kenapa aku baru menyadarinya?" umpatnya pelan.
Namun ia kembali terkejut saat melihat sebuah tombak cahaya melesat kearah wajahnya, ia lantas berguling ke kanan untuk menghindarinya dan kembali berdiri dengan tangan kiri terbentang kedepan.
"Lic lac lic lac, wahai-"
Ucapannya terpotong, matanya membulat lebar-lebar, ia menyadari ada sesuatu yang salah pada tubuhnya saat ini.
'Apa? Sihirku tak berfungsi?' gumam Yukihime dalam hati.
Pria da-tenshi tersebut melesat kearah Yukihime sambil mengayunkan pedang cahaya yang ia genggam, "Sepertinya kau baru menyadarinya, aku sudah menyegel sihirmu, jadi tenanglah dan biarkan aku mem-"
"Apa yang kau lakukan pada nee-san BRENGSEK?"
Pria da-tenshi itu tersungkur beberapa meter ke samping saat sebuah bogem mentah menghantam wajahnya, sedangkan Yukihime terkejut saat melihat sosok penyelamatnya yang tak lain adalah Naruto. Naruto lantas mengambil sebilah tombak cahaya yang tertancap di tanah didekatnya saat ia melihat da-tenshi tersebut berlari kearahnya.
TRANG... TRANG... TRAAANNGG...
Saat ini, Naruto sedang bertarung melawan da-tenshi tersebut. Ia menggengam tombak cahaya di tangan kanannya sambil terus menyerang lawannya. Meskipun ia tak begitu berbakat dalam ilmu berpedang, tapi ia mampu mengimbangi lawannya tersebut. Melihat sebuah celah, ia langsung melepaskan sebuah bogem mentah dari tangan kirinya tepat ke wajah lawannya lalu menendang perutnya hingga da-tenshi tersebut terdorong mundur.
Naruto menghela nafasnya sejenak karena berhasil memukul mundur lawannya dan sedikit menurunkan konsentrasinya. Sayangnya hal tersebut harus dibayar dengan mahal ketika lengan tangan kanannya terputus dan mengucur darah segar cukup deras dari luka tebasan yang berada di pangkal lengan kanannya. Sontak saja ia terduduk mengerang kesakitan sambil memegang pundak kanannya dengan tangan kirinya. Ia menatap kedepan melihat da-tenshi yang ia lawan sebelumnya berjalan kearahnya dengan hanya luka kecil di sekitar pelipisnya - bahkan setelah menerima tinjuan terkuatnya.
"Kau lengah bocah... Jadi matilah, dan membusuklah..." ucap da-tenshi tersebut sambil mengayunkan pedang cahaya tersebut kearahnya.
CRAAASSHH...
Pemuda itu membulatkan matanya saat melihat sosok sang kakak, Yukihime tengah berdiri dihadapannya dan melindunginya sambil menyilangkan kedua tangannya yang tertebas cukup dalam oleh pedang tersebut. Namun keterkejutannya tak berhenti sampai disitu saat ia melihat tubuh Yukihime dicincang menjadi beberapa bagian oleh da-tenshi tersebut tepat didepan matanya sendiri. Ia lantas menatap bagian-bagian tubuh sang kakak yang telah tercerai berai menjadi 10 bagian dan tergeletak begitu saja dihadapannya, kalau dilihat baik-baik jelas sekali tatapan mata Naruto sangat kosong seolah sudah kehilangan harapan hidup.
"Yukihime-nee... Aarrgghh..."
Pemuda tersebut kembali meringis kesakitan tatkala sebilah pedang cahaya menembus jantungnya. Sedangkan sang da-tenshi yang telah menusuk jantung Naruto mencabut pedang cahaya miliknya lalu menendang kepala Naruto hingga menghantam tanah dengan cukup kuat, lalu berjalan menjauh dan membuat lingkaran sihir komunikasi.
Sementara di sisi lain, Naruto kini memejamkan matanya, sebuah memori masa lalu tentang kecelakaan yang menewaskan kedua orangtuanya kembali melintas di ingatannya. Ia sedikit menyunggingkan bibirnya, setidaknya dengan kematian ini ia mungkin akan bisa bertemu dengan kedua orangtuanya. Tak lama berselang memori tersebut tiba-tiba berubah menjadi sesosok wanita jangkung bersurai pirang yang ia kenali sebagai Yukihime sedang mengulurkan tangannya kearahnya.
"Naruto... Naruto-kun... Bangunlah..."
Telinganya menangkap suara parau yang memanggil-manggil namanya, meskipun pelan namun ia bisa dengan jelas kalau suara itu ditujukan padanya. Ia kemudian membuka kedua bola matanya perlahan dan melihat wajah... bukan, lebih tepatnya kepala Yukihime didepannya.
"Apa kau ingin semua ini berakhir hanya seperti ini?"
"Yukihime-nee, nee-san masih hidup?"
Bukan jawaban yang ia dapatkan, namun sebait pertanyaan dari Naruto lah yang ia dapatkan.
"Ya, namaku Evangeline A.K. McDowell, vampire abadi yang telah hidup selama 800 tahun." jawabnya.
"Va-va-vampire? Ma-ma-maksud Yukihime-nee itu makhluk penghisap darah yang sering berkeliaran di malam hari?" tanya Naruto dengan terbata-bata, "Dan apa yang nee-san maksud dengan abadi? Aku sama sekali tak mengerti?" tmbahnya.
"Ya, aku adalah vampire. Apa kau tak sadar kenapa kau masih hidup setelah jantungmu ditembus pedang?" Naruto membelalakkan matanya mendengar pertanyaan kakaknya, "Itu karena perjanjian yang ayah dan ibumu lakukan denganku disaat-saat terakhir mereka." lanjutnya.
Naruto terdiam sejenak, sepintas terulang kembali memori saat kecelakaan 2 tahun lalu yang merenggut nyawa kedua orang tuanya. Ia tak menyangka bahwa orangtuanya telah merencanakan sesuatu tentang masa depannya sejauh ini.
"Jadi, apakah kau ingin berakhir seperti ini?" Naruto mengangkat sebelah alisnya pertanda bingung, "Jika kau menyerah dan menginginkan kematian, maka kematian itu sendiri yang akan menjemputmu dalam 5 menit. Namun jika kau ingin bangkit dan mengalahkannya, minumlah darahku ini dan jadilah vampire abadi sepertiku."
"Menurutku, saat ini hanya kamulah yang mempunyai kesempatan untuk mengalahkannya." tambahnya.
Naruto mengangguk pertanda telah mengerti dan keputusan yang ia ambil adalah...
Meminum darah kakaknya dan menjadi vampire abadi seperti dirinya.
Ia kemudian bangkit dan berdiri kembali, sedangkan Evangeline A.K. McDowell aka. Yukihime tersenyum akan keputusan yang Naruto ambil. Sedangkan di sisi lain, Naruto telah berdiri dan menatap tajam sang malaikat pendosa, lengan tangan kanannya yang telah lenyap sebelumnya kini sudah beregenerasi seolah tak pernah putus sebelumnya.
"Apa? Ba-bagaimana mungkin?"
Da-tenshi tersebut terkejut, wajarlah kalau ia terkejut saat melihat seseorang yang jantungnya telah ia tembus menggunakan pedangnya kini telah berdiri dihadapannya dan tak terluka sama sekali. Bahkan saat ini Naruto mulai mengambil beberapa langkah kecil menghampiri da-tenshi tersebut dengan tatapan mata yang menyiratkan kebencian.
"BRENGSEK..."
Da-tenshi itu mengumpat kasar, ia kemudian menciptakan beberapa lingkaran sihir disekitarnya yang menembakkan beberapa tombak cahaya kearah Naruto yang berjalan menghampirinya. Sedangkan Naruto sendiri perlahan mempercepat langkah kakinya dan mulai berlari sambil menghindari belasan tombak cahaya yang mengarah padanya. Meskipun tubuhnya tertancap 2 buah tombak cahaya, namun ia tak menyurutkan langkahnya sedikitpun. Sedangkan da-tenshi tersebut mulai menatap horor manusia dihadapannya.
BUAAGGHH...
Sebuah bogem mentah langsung dilancarkan Naruto kearah wajah da-tenshi tersebut sesampainya ia didepan da-tenshi tersebut, sebuah bogem mentah yang membuat da-tenshi tersebut terdorong mundur beberapa centimeter ke belakang. Ia kemudian mencabut 2 tombak cahaya yang tertancap di dadanya dengan kedua tangannya lalu menebaskannya kearah dada da-tenshi tersebut secara diagonal membentuk huruf X, seolah belum puas ia langsung menusukkan tombak cahaya tersebut kearah dada lawannya hingga tembus ke punggung. Sontak saja da-tenshi tersebut tersungkur ke tanah dengan darah mengucur dari lubang di dadanya. Namun bukannya merasa iba, Naruto justru menginjak tubuh da-tenshi tersebut lalu memegang kepalanya dengan kedua tangannya.
"Sekarang kau tau bukan betapa nikmatnya saat ajalmu mendekat?" ucap Naruto datar.
Ia kemudian memelintir kepala da-tenshi tersebut dengan kedua tangannya hingga kepala da-tenshi itu terputar lebih dari 180 derajat ke belakang, dengan kata lain kepalanya nyaris putus. Dan tak lama kemudian da-tenshi tersebut berubah menjadi bulu-bulu gagak yang menandakan bahwa hidup da-tenshi tersebut telah berakhir.
"Naruto... Naruto-kun... Bisa kau membantuku?" ucap seseorang yang membuat pemuda tersebut mengalihkan pandangannya dan berjalan kearah sumber suara, "Ada apa Yukihime-nee?"
Yukihime tersenyum tipis saat melihat Naruto merespon suaranya, jika saja tubuhnya masih utuh mungkin sekarang ia akan menghela nafasnya dalam-dalam, 'Untung saja ia tak berubah menjadi ghoul seperti yang kutakutkan, namun nafsu membunuh itu... aku harus terus mengawasinya.' Naruto memandang Yukihime dalam bingung karena kakaknya ini hanya memanggilnya begitu saja, "Bisa kau lepaskan gelang anyaman di tanganku itu?" ucap Yukihime sambil melirik kearah tangannya yang tergeletak beberapa centimeter dibelakang Naruto.
"Baik Yukihime-nee..." jawabnya.
Naruto kemudian menghampiri tangan yang Yukihime makusd - melepas gelang anyaman yang tersemat disana, setelah itu ia membantu Yukihime untuk merangkai kesepuluh anggota tubuhnya yang telah terpotong-potong sebelumnya menjadi utuh kembali. Meskipun Yukihime adalah seorang vampire yang abadi, namun ia tetap saja kesulitan untuk merangkai sendiri tubuhnya yang telah terpotong-potong sperti itu. Setelah tubuh Yukihime utuh, mereka berdua kemudian memutuskan untuk pulang ke rumah dikarenakan matahari yang telah terbenam.
Sayangnya mereka berdua tak menyadari bahwa tak jauh dari tempat mereka berada, seorang pria bersurai putih berkacamata telah mengamati seluruh pertarungan antara Yukihime dan Naruto melawan seorang da-tenshi tersebut. Ia mendecak kesal karena da-tenshi itu terbunuh, namun di sisi lain ia merasa senang sekaligus sedikit khawatir atas kemunculan sosok yang telah lama menghilang semenjak Great War terjadi beberapa ratus tahun yang lalu.
"Evangeline A.K. McDowell... Tak kusangka ternyata dia kembali muncul setelah lama menghilang, aku harus melaporkannya pada Kokabiel-sama."
Setelah mengucapkan hal tersebut, pria bersurai putih berkacamata tersebut langsung mengepakkan ketiga pasang sayap gagak miliknya lalu pergi meninggalkan tempat tersebut.
to be continued...
AN :
Maaf pada reader semua karena saya re-publish chapter ini, soalnya ada penambahan scene yang terbilang sangat penting sesuai review dari mas Red Army28
Pada mas Red Army28, terima kasih banyak atas koreksinya yang begitu penting ini.
Well...
Ini adalah fanfic triple crossover pertama saya, jujur sangat susah utuk menggabungkan universe dari Highschool DxD dengan universe UQ Holder
Terlebih mengingat UQ Holder bersetting waktu pada tahun 2085 dimana manusia normal sudah menyadari keberadaan ilmu sihir, dan dunia sudah sangat modern walaupun belum merata, bahkan sudah diproduksi aplikasi agar manusia normal yang tak mempunyai bakat sihir bisa memiliki sihir walaupun harga aplikasi tersebut sangat mahal
Namun di sisi lain aku juga ingin membuat alur canon d HS DxD kugeser kek setting latar waktu seperti di UQ Holder yakni di tahun 2085
Jujur fanfic ini kubuat karena iseng dan terinspirasi setelah membaca sebuah manga baru yang disarankan oleh sahabatku berjudul UQ Holder.
Namun jika fanfic ini mendapat respon yang bagus, maka fanfic ini akan saya teruskan.
Untuk alur ceritanya, aku akan mengambil universe gabungan antara Highschool DxD dengan UQ Holder
Overall, terima kasih karena telah membaca fanfic saya satu ini...
Review :
Red Army28 :
Astaga, kenapa aku melupakan detail sepenting itu, ok ini sudah aku edit ulang
genji takamiya (Guest) :
Ini universenya aku gabung, jadi bisa dikatakan nanti kota Kuoh juga lebih modern walau setting waktu canon DxD sebelum Issei menjadi iblis
Bagaimana fanfic dari saya, semoga memuaskan anda selaku reader...
Overall, Shirokami Khudhory logout dulu...
