COMPLEX
Disclaimer:
Naruto : Kishimoto Masashi
Complex : Kyuubiiechan
Rated: T atau M
Setting: AU
Warning: Sangat-sangat OOC (mungkin), mungkin juga masih ada TYPO atau MISSTYPO yang berkeliaran (setan kali berkeliaran. Hkhkhk )
Cash :
Hyuuga Hinata : 14 Tahun
Uchiha Sasuke : 17 Tahun
Sabaku no Gaara : 21 Tahun
Namikaze Naruto : 14 Tahun
Hyuuga Tsunade : 31 Tahun
Sabaku no Jiraiya: 40 Tahun
Author Say:
Maaf ya,, kalo misalnya nama ato apalah banyak yang salah, penulisannya dan istilah-istilah yang digunakan g' karuan ato apalah,, pokoknya ya gitu deh.. harap dimaklumi yach?^_^.
Nama tokoh disini banyak yang ngarang, apa lagi marganya, en el-el semuanya rada-rada ngarang. =.=
Special thanks to :
Sahabat seperjuangan saya yang sudah setia menemani saya selama 3 tahun ne mpe sekarang, (... #nama dirahasiakan). Yang sudah membantu saya memberi ide-ide and membantu saya dalam mencari informasi tentang ciri-ciri para tokoh. Sekali lagi TERIMAKASIH. #Bungkuk 180 derajat (lebay mode on). o
Silahkan dibaca, bagi yang berkenan. Tidak ada unsur pemaksaan disini. And jangan lupa REVIEW! _.
=Happy Reading! ^o^=
Complez ~1~
Hinata's POV
Namaku, Hyuuga Hinata.
Sepeninggalan kakek, aku meninggalkan kampung halamanku di Chiba, dan hari ini aku pergi ke Tokyo untuk menemui ibu yang merupakan keluarga satu-satunya yang aku miliki sekarang setelah kakek tiada.
*Flashback~ON
"Tak ku sangka, pak Shirotobi akan meninggal secepat ini.. Padahal dia masih kuat menggarap sawah dengan giat.. Hinata-chan juga pintar, rajin membantu kakek disawah atau pun diladang.." ujar Danzo kepada Hinata, saat Hinata mampir kepadanya berniat untuk pamitan, malah sekarang ia numpang makan dikediaman Danzo. Danzo adalah seorang pendeta dikampung halamannya.
"Nah, sekarang apa rencana mu, Hinata-chan.?" tanya Danzo sambil memukul kepala Hinata dengan menggunakan sendok makan.
Hinata mengusap kepalanya yang sakit akibat perlakuan Danzo. Hinata berfikir sesaat, kemudian mengunyah makanannya kembali sambil berkata,
"Aku ingin pergi ketempat ibu.." Hinata menjawab lirih, tak percaya apa ia senekat itu untuk pergi ke Tokyo sendirian mencari ibu kandungnya?
"Apa kau pernah menghubungi ibumu sebelumnya.? Bukankah ibumu belum mengetahui bahwa kakekmu sudah meninggal.?" Danzo bertanya kepada Hinata dengan tatapan serius menunggu pertanyaannya segera dijawab oleh Hinata.
"Hn.. Aku belum menghubunginya.. Lagi pula aku tidak mempunyai nomor ponselnya, jadi aku tidak tau harus menghubunginya kemana.. Tapi aku punya alamat tempat ia juga sudah mengirimakan sebuah surat memberitahukan bahwa kakek sudah meninggal." Hinata menjelaskan kepada Danzo sambil menunjukkan sebuah kertas kecil yang merupakan alamat tempat ibunya bekerja, kemudian memberikannya kepada Danzo.
"Minato-kuminamu Aoyama? Sabaku Corp?" Danzo mengerutkan kepalanya tampa mendenggarkan penjelasan Hinata yang panjang lebar menjelaskan bahwa ibunya bekerja sangat giat disana untuk menghudupi keluarga mereka.
"Itu makanya, aku ingin sekali pergi ke Tokyo secepatnya untuk membantu ibu bekerja.!" Hinata bersemangat sambil menjerit antusias membayangkan bagaimana bentuk kota Tokyo yang ia dengar dari ibu dan temannya, bahwa kota Tokyo sangatlah luas dan semua orang yang mengunjungi ketempat tersebut bukannya untuk bermain malah tempat bekerja dengan giat mencari nafkah bagi kehidupan keluarga mereka.
Danzo terus mengerutkan kepalanya yang botak mulus dan mengkilat, 'Apa dia bekerja ditempat seperti ini.?' Danzo berkata dalam hati. Belum sempat ia bertanya kepada Hinata, Hinata sudah menghilang bagai angin ditelan bumi. #ada yah angina ditelan bumi? Hkhkhkh. :P
.
.
Hinata's POV
Sebetulnya aku tidak mau meninggalkan kampung halaman ini. Kalau saja rumah kakek tidak digusur, mungkin aku tidak akan meninggalkan dusun ini. Aku tidak bisa berfikir dengan jernih.!
Hinata Normal POV
"Hinata-chan.? Apa kau serius ingin pergi ke Tokyo.? Sendirian.?" Gadis berambut pink, lebih tepatnya gadis yang mengecat rambutnya menjadi pink bertanya kepada Hinata dengan antusias. Sebenarnya Hinata ingin menghindar dari gadis ini, karena dia berisik sekali. Sekarang saja sudah berisik membuat telinganya terasa sakit mendengar ocehannya yang tak tentu.
"Enak ya Hinata-chan.. Bisa pergi keTokyo, setelah itu bisa membeli barang-barang yang bagus disana. Aku iri sekali Hinata-chan mendahuluiku ke kota Tokyo. Padahal Hinata gadis yang biasa saja, mungkin lebih tepatnya Hinata bukan seorang gadis melainkan seorang anak laki-laki. jadi mungkin Hinata-chan tidak perduli dengan fhasion mereka."
Inilah yang tak disukai Hinata dari Haruno Sakura. Dia terus membuat Hinata merasa jengkel.
"Kau mau kemana Hinata-chan?" pekik Sakura kepada Hinata. Hinata mengabaikan panggilan Sakura, dan pergi meninggalkan Sakura. #wah.. Hinata jahat sekali ya disini.. Maaf banget ya.. Sifatnya berubah 90 derajat. \ToT/.
.
.
*Flashback~OFF
Hinata berpamitan kesemua teman-teman, sahabatnya, dan semua warga dusun tersebut, terutama Danzo dan Sakura yang tiba-tiba datang menemuinya dan Sakura berkata kepada Hinata, saat ia berkunjung ke Tokyo izinkan ia tinggal dirumah Hinata. Hinata hanya mengangguk menyetujui permintaan Sakura. Akhirnya Hinata berangkat ketempat tujuan.
.
.
.
Saat ini, Hinata berada didalam kereta yang menuju ke Tokyo. Hinata celingak-celinguk, baru kali ini ia menaiki kereta, ternyata penumpangnya banyak sekali. membuatnya kurang percaya diri pergi ke Tokyo.
'Bagaimana ini,? Aku benar-benar tidak tau harus pergi kemana.?' Hinata menundukkan kepalanya saat kereta berhenti disebuah stasiun. Hinata mondar-mandir bertanya kepada para penumpang untuk membantunya, tapi semuanya tidak memperdulikan Hinata. Akhirnya Hinata menyerah dan menangis sambil berteriak-teriak memohon kepada seorang petugas distasiun untuk membantunya menunjuki jalan.
"Kalau kau ingin pergi kesana. Kau harus naik kereta lagi, kemudian berhenti dan cari subway distasiun Omotesando. Kau bisa juga naik jalur Hanzoumon di Shibuya, terus naik sasiun di jalur Ginza, bla-bla-bla." Hinata semakin pusing mendengar penjelasan pegawai distasiun tersebut. Pegawai yang menyadari bahwa Hiinata bingung dengan semua penjelasannya, kemudian memberikannya buku panduan agar ia sampai ditempat tujuan kemudian menjelaskan kembali tempat-tempat yang harus Hinata lalui.
.
.
"Brengsek. Kenapa semuanya malah berhimpitan menaiki kereta."
BRUUUK.
Hinata terjatuh. Tampa sadar ia sudah terduduk dan menumbur seorang paman-paman.
"Cih. Dasar anak kampung." desis pria tua tersebut, kemudian menepis-nepis jasnya yang sudah bertemburan dengan Hinata. Hinata menundukkan kepala seolah tidak menyadari bahwa paman tersebut sedang menghinanya malah ia berfikir dari mana paman ini tau bahwa dia berasal dari kampung. Hinata kemudian tersenyum lalu menunduk hormat kepada paman tersebut. Paman tersebut hanya berdecih dan tersenyum masam menghinanya. Hinata hanya tersenyum tak mengerti dengan kondisi yang terjadi. #bener-bener Hinata blo'on banget yah.. Hahahahah ^_^
.
.
'Ini pemberhentian terakhir. Aku harus cepat-cepat keluar dari kereta ini.' pikir Hinata kemudian berlari kepintu keluar. Tampak semua berdesakkan untuk keluar pertama sekali. Akhirnya Hinata terjatuh kembali, ia tersungkur, dan surat yang digenggamnya terlepas dan hilang.
"Alamt ibuku!" jerit Hinata. tapi semuanya tak memperdulikan Hinata malah meninggalkan Hinata. Hinata menangis pelan, kemudian mengadahkan kepalanya kembali,
"Aku sudah berada dikota Tokyo untuk apa aku mencemaskannya. Lagi pula aku hapal alamat ibu.!" Hinata bersemangat kembali, kemudian keluar dari stasiun.
Setibanya diluar stasiun, Hinata berhenti sejenak. Kemudian matanya melotot melihat pemandangan yang baru saja dilihatnya, untuk pertama kalinya ia lihat seumur hidup.
"Apa ini kota Tokyo. Kota metrapolitan yang sering diceritakan Sakura disekolah?"
Hinata takhjut melihat semua orang yang berada disana memakai baju yang bermodel dan mahal-mahal, begitu pula dengan gedung-gedung tinggi yang menghiasi kota tersebut serta mobil yang hilir mudik kesana kemari membuat kota tersebut semakin indah dan penuh dengan kemacetan.
.
.
"Bagaimana ini. Semuanya gedung-gedung tinggi.! Dimana tempat kerja ibu? Berapa nomor gedungnya?" Hinata memanjati sebuah pohon mungkin ia bisa melihat dari atas pohon gedung tempat ibunya bekerja.#hahahah. Blo'on-blo'on Hinata-chan. :P
CEPRET!
Hinata merasakan sesuatu cahaya yang menyilaukan dan ia sedikit mendengar sebuah suara. Hinata melihat seorang paman sedang memegang kamera, tampa ia sadari bahwa paman tersebut sedang memotretnya saat ia berada diatas pohon tadi.
'Dia turun,. Monyet ini turun.' laki-laki tersebut panik saat Hinata menghampirinya.
"Paman. Aku numpang tanya dong.! Aku lagi cari tempat yang namanya Sabaku Corp itu dimana?" jerit Hinata sambil menghentikan langkah pria tersebut. Pria itu tidak mengacuhkan Hinata saat Hinata memanggilnya dengan sebutan paman, apa kelihatan ia setua itu? .Sabaku Corp. Apa yang ingin ia lakukan disana.? Pria tua tersebut menghentikan langkahnya, dilihatnya Hinata dari ujung kaki sampai keujung kepala.
'Gadis sekecil ini.? Untuk apa pergi ketempat seperti itu.?' pikir pria tersebut tak mempercayai dengan pertanyaa Hinata.
Tanpa berfikir apa-apa lagi dan tak mau ikut campur urusan Hinata, ia menjukkan jalan kepada Hinata.
"Masuk saja ke gang itu, cari gedung yang paling butut. Pokoknya paling butut berlantai 3." pria tersebut menunjukkan jalan kepada Hinata dan menjelaskan jalan mana yang harus Hinata lewati.
"Terimakasih paman." Hinata menunduk memberi hormat. Pria tersebut hanya melambaikan tangannya tampa melihat Hinata. Hinata berlari secepat mungkin agar ia secepatnya bertemu dengan ibunya.
.
.
"Paling butut ya? Apa ini.?" tanya Hinata pada dirinya saat sesampainya ia ketempat tujuan. Tampa pikir panjang lagi, Hinata berlari menaiki tangga sambil menjerit-jerit memanggil ibunya.!
"Ibu.! Ibu.! Ibuuuuuu!"
"BERISIIIIIIIIK! Naik tangganya pelan-pelan tau! Sudah butut, nanti malah jebol.! Ngerti g' sih?" suara jeritan yang tiba-tiba membuat Hinata berhenti tepat didepan pintu dihadapan pemuda yang sedang menjerit-jerit akibat ulah Hinata.
"Siapa kamu.?" tanyanya dingin. Hinata takut melihat pria yang baru pertama kali ini ia melihat pria seram. Pria tersebut berambut merah, didahinya terdapat tato bertulisan "AI". Matanya jade, semakin membuat Hinata merasa takut dan cemas, sambil memegang barangnya untuk menutupi wajahnya akibat takut melihat penampakkan yang sangat seram. Nama pemuda itu adalah Gaara, Sabakuno Gaara.
"Ma-mana ibuku?" tanya Hinata terbata-bata menahan rasa takut pada dirinya.
"Ibu.?" tanya Gaara saat melihat Hinata secara dekat.
"Apa kau anak Tsunade?" Gaara menatap terus kearah Hinata.
"nggak mirip." ujarnya membuat Hinata merasa jengkel dengan perlakuan Gaara yang berada didepannya saat ini.
Hinata menarik kerah baju pemuda itu, sambil bertanya paksa agar pemuda itu menjawab pertanyaannya.
"Dimana ibuku.?"
"Tsunade ada kerjaan di studio Yotsuya." jawab pemuda tersebut sambil mencoba melepaskan diri dari cengkraman tangan Hinata.
"Yotsuya?" nada Hinata berubah menjadi tanya.
"Ya studio Yotsuya Gedung F. Ada pemotretan sejak jam tadi." pemuda itu memasuki kediamannya kemudian untuk mengambil sesuatu.
"Ya sudah aku akan mengantarkanmu kesana. Tunggu sebentar aku ingin mengambil mobil ku." belum sempat Gaara keluar kembali, Hinata sudah pergi tanpa menunggunya. Kendaraan yang dimaksud sebagai mobil adalah sepeda kesayangannya yang baru saja ia keluarkan dari dalam rumahnya. #Wah Gaara, bilang sepeda ntu adalah mobil. Jadi kira-kira mobil ntu mungkin sepeda kali yak? Kwkwkwkwk. :P
"Dia benar anak Tsunade.? Bisa gawat kalau dia muncul sekarang." Gaara cemas dengan kedatangan Hinata yang saat ini sudah berlari pergi meninggalkannya.
.
.
"Permisi bu.! Kalau mau jalan ke Yotsuya, dimana ya.?" tanya Hinata kepada ibu-ibu yang sedang mengendong anaknya. wanita itu menjelaskan jalan yang harus Hinata lewati.
.
.
"STUDIO F" akhirnya sampai juga Hinata di studio tempat ibunya berada saat ini. Hinata memegang barangnya sambil tersenyum tak sabar ingin segera melihat ibunya. Melihat wajah ibunya yang sudah 1 tahun ini tidak ia lihat.
"Maaf dik. Kamu tidak bisa datang ketempat seperti ini." ujar satpam yang menjaga gedung tersebut dan menyeret Hinata keluar. Hinata kesal, sudah dijelaskannya bahwa ia ingin menemui ibunya, tapi semuanya malah tak percaya.
Hinata menggerutu kesal. Ia mencoba berfikir sejenak mencari sebuah ide. Saat melihat pemuda yag ingin pergi ketempat studio tersebut, Hinata mendapati sebuah ide, kemudian mengekor kebelakang pemuda tersebut seolah pemuda tersebut sedang membawa seorang adik atau teman.
Akhirnya Hinata sampai didalam gedung. Ia meloncat-loncat kegirangan.
Pemuda yang sedari tadi menyadari bahwa Hinata mengekor dibelakangnya melihat kearah Hinata, dan bertanya,
"Ada apa.?"
Hinata memandangi pemuda itu. Silau, sangat silau. Membuatnya sampai menyipitkan mata lavendernya yang indah sambil menaiki tangannya untuk melindungi silauan yang ia rasakan saat melihat pemuda yang ditemuinya diluar barusan.
Pemuda itu berkulit putih, tinggi, berambut dengan warna biru donker dan gaya rambutnya acak-acakkan tapi terlihat rapi. Dan pakaian yang dikenakkannya sangat lah indah, seperti style-style yang terkenal pada kalangan saat ini.
Hinata belum menjawab pertanyaan pemuda tersebut, ia hanya terdiam kaku seperti patung dan membantu. Belum menyadari sepenuhnya bahwa pemuda itu sedang menatapnya dan bertanya kepadanya.
"Celana jogging merah, sedang ngetren ya?" ujarnya lagi, kemudian meninggalkan Hinata saat melihat bahwa ia sudah dipanggil oleh seorang wanita.
"Sasuke-kun.! Kau sudah datang.?" ujar salah satu wanita kemudian menghampiri pemuda tersebut. Hinata masih dalam posisi terduduk.
'Dari belakang, ia tampak berkilauan juga.. Siapa sebenarnya pemuda itu.?' tanya Hinata dalam hati.
Kemudian teringat dengan perkataan Donzo yang dulu pernah ia tanyai mengapa patung itu bercahaya, tepat cahaya tersebut sama précis dengan cahaya dari aura pemuda yang ia lihatnya saat ini.
"Manusia atau makhluk yang sempurna.. Dengan sendirinya akan memancarkan cahaya dari dalm dirinya.." Hinata teringat dengan ucapan Donzo..
'Sempurna ya..?'
Diusapnya kedua matanya, ia baru sadar bahwa saat ini ia bukan untuk memikirkan pemuda itu, saat ini ia ingin menemui ibunya. Ibu yang selama satu tahun ini tak ia temui. Hinata kemudain berlari mencari dimana tempat ibunya berada saat ini.
.
.
Hinata memasuki ruangan, saat ini seseorang sedang mengambil sebuah gambar, gambar wanita sedang mengenakkan pakaian renang. Seoramg wanita yang juga bersilau sama persis dengan pemuda yang baru ia lihat barusan.
Hinata menunjuk tak percaya sambil berkata.
"I-B-U.." semua orang lontas melihat kearahnya. Tapi saat itu tiba-tiba seseorang sudah menyeretnya dari dalam sana.
"Lepaskan aku brengsek!" pekik Hinata kemudian. pemuda tersebut tidak mau melepaskan Hinata, .
"Lepaskan, kamu siapa.?" tanya Hinata kemudian. Pria tersebut akhirnya melepaskan Hinata, sambil berkata,
"Suara mu lantang sekali."
Hinata terkejut saat melihat pemuda yang tadi dilihatnya digedung butut sudah berubah menjadi orang yang super cling, seperti orang kaya raya dengan berpakaian menggunakan jas, dan parfum yang bisa dibilang sangat mahal sekali.
"Kau. Kau apakan ibuku.? Kenapa dia seperti itu?" pekik Hinata sambil menunjuk kearah Gaara. #Hinata benar-benar preman yah.. ckckckck.
"Apa yang kau bicarakan? Saat ini dia sedang bekerja. Apa kau tidak melihatnya.? Saat ini dia adalah Hyuuga Tsunade, gadis berusia 22 tahun, dan model majalah ternama terkenal saat ini. Jika kau datang sekarang, maka hancurlah semua cita-cita dan kerja kerasnya. Maka saat ini, kau baginya sama sekali tak diharapkan." Hinata merasa sakit hati, saat Gaara berkata bahwa Hinata saat ini tidak diharapkan didalam kehidupan ibunya. Gaara bilang bahwa dia sedang menghancurkan hidup ibunya sendiri. Kenapa jadi seperti ini.?
Hinata berlari sambil mengusap air matanya yang tanpa disadarinya menetes sedikit.
Hinata merasa sakit sekali, hatinya terasa sakit.. Tampa sadar Hinata sudah berada disebuah ruangan yang sama seperti ruangan ibunya, saat ini seseorang sedang melakukan pemotretan.
Silau, silau ini seperti saat ia melihat pemuda yang berada didepan yang menolongnya masuk kedalam studio ini. Pemuda tersebut sedang berpose sangat bebas sekali layaknya orang yang professional, keren. Anggun dan luwes.
"Hei kau. Apa yang kau lakukan disini BOCAH?" gerutu salah satu karyawan. Membuat Hinata terkejut, namun tiba-tiba pemuda itu menolong Hinata agar Hinata tidak diperlakukan seperti itu.
"Anak itu kerabat Hyuuga Tsunade." Hinata terkejut dari mana pemuda ini tau?
"Dibajunya saja ada tulisan "Hyuuga" kan.?"
Hinata semakin terkejut, sampai segitunya ia diperhatikan oleh pemuda ini.
Baru pertama kalinya ada orang yang bilang bahwa ia mirip sekali dengan ibunya, padahal sebelumnya semuanya tidak mengakui bahwa ia mirip dengan ibunya.
"Kau ingin minta tanda tangan ya nak?" tanya karyawan itu lagi. Pemuda tersebut berpose sesuka hati, Hinata hanya melihatnya, mengangguminya, sangat menganggumi pemuda tersebut.
"Apa yang kau lakukan ditempat seperti ini bocah tengik.?" gerutu Gaara yang tiba-tiba menarik Hinata dan menjewernya kemudian membawanya keluar. Sauke hanya melihat sekilas tak menghiraukan apa yang sedang terjadi padanya.
.
.
"Brengsek lepaskan aku,!" Hinata meronta. Tanpa disadari oleh Gaara saat ini ia memegang dada milik Hinata.
"Kau adalah wanita.?" tanya Gaara terkejut, kemudian melepaskan Hinata.
"Masak kamu nggak tau aku ni perempuan sih?" jerit Hinata kemudian. Gaara mengaruk kepalanya, dia benar-benar tidak tau bahwa Hinata dalah seorang wanita.
"Hinata…" Tsunade berlari kearah Hinata dan Gaara berada.
"Hinata-chan.. Putriku.. Ibu sangat rindu sekali.." Tsunade kemudian memeluk Hinata hangat sekali. Hinata yang sangat lelah membiarkan ibunya memeluknya erat, ia terasa berada diatas awan-awan saat mencium tubuh Tsunade yang begitu harum.
.
.
"Orang yang tadi bilang bahwa ibu berumur 22 tahun siapa.?" Tsunade terkejut saat mendengar pertanyaan Hinata, ia mencoba menjelaskan semua yang terjadi.
"Owh pria itu bernama Subuko no Gaara, putra dari direktur tempat ibu bekerja. Memang harus seperti itu jika ingin mendapatkan pekerjaan harus membohongi umur atau rahasia pribadi. Dia masih kuliah, tapi sudah menolong perusahaan ayahnya yang mungkin sebentar lagi terancam akan bangkrut.. Gaara memang hebat." ujar Tsunade menjelaskan kepada Hinata Hinata sambil membanggakan Gaara.
.
.
Sesampainya dirumah.
"Maaf ya Hinata-chan. ruangannya sangat berantakan. Ibu belum sempat membersihkannya." ujar Tsunade sambil merapikan tempat duduk untuk Hinata.
Hinata melihat sebuah foto yang terletak disebelah meja ruang tamu, foto sepasang kekasih, foto ibunya dengan seorang pria, apa itu kekasih barunya?
Tsunade menyadari bahwa saat ini pandangan Hinata terarah kesuah foto dirinya dengan salah seorang pria.
"Hinata.. Kenapa kau tiba-tiba datang keTokyo?" tanya Tsunade pelan..
"Ah.. Kau pasti lelah.. Kita mandi sama-sama yok?" ajak Tsunade kemudian. Hinata yang baru saja ingin menjelaskan tujuannya kemari akhirnya menunda sampai mereka sudah selesai mandi.
"Tadinya begitu sampai di Tikyo, ibu mau kerja kantoran. Terus sambilan menjadi model. Rasanya luar biasa bisa jadi seorang model. Tadinya ibu tidak menyangka bisa jadi model beneran. Tapi sampai sekarang masih tetap di agency ini. Ibu senang sekali, Gaara bilang penampilan ibu tidak ada bedanya seperti gadis berumur 20 tahun. Padahal sebenarnya ibu sudah tua sekali, umurmu sudah 14 tahun, dan ibu melahirkanmu saat umur ibu berusia 17 tahun, jadi ibu ini sudah tua sekali ya. Tapi Gaara menyulap ibu menjadi wanita yang sangat muda. Dia benar-benar pesulap nomor satu dah.." Tsunade menjelaskan kepada Hinata.
"I-ibu be-benar-benar canti kok.." ujar Hinata terbata-bata.
"Terimakasih Hinata.. Hinata-chan juga bakal jadi cantik kok, karena Hinata-chan adalah putri ibu.." ujar Tsunade sambil mengangkat dagu milik Hinata yang sudah merona merah.
Selesai mandi, Hinata mendekati ibunya yang sudah tertidur pulas. Hinata kemudian mengulurkan perkataannya yang ingin sekali ia sampaikan kepada ibunya besok pagi.
.
.
Paginya, dilihatnya Tsunade sudah menghilang. Dilihatnya tepat disebelahnya terdapat sebuah sepucuk surat.
"Untuk Hinata putri ku.
Ibu tidak tega membangunkanmu, karena kamu tidur nyenyak sekali.
Orang yang ibu sayangi pindah bekerja diluar negeri, jadi ibu ikut bersamanya.
Maaf ya Hinata-chan..
2-3 bulan lagi ibu pasti pulang. Biaya hidup akan ibu kirimkan ke rekening bank kakek.
Pulanglah ke Chiba, rukun-rukun sama kakek ya?"
Mata lavender milik Hinata sudah melotot tak percaya dengan semua ini.
"Bagaimana ini, aku belum memberitahukan semuanya pada ibu. Apa yang harus aku lakukan.? Rekening kakek? Berapa memangnya nomor rekening kakek.?" Hinata berbicara sendiri panik dengan semua yang terjadi pada hidupnya.
TING TONG
TING TONG
TING TONG.
"IBU!" Hinata berlari kearah pintu yang dikiranya bahwa ibunya yang memasuki kedalam rumah.
"Maaf ibu aku belum memberitahukan mu bahwa kakek sudah mening-"
"Mana Tsunade.?"
tanya Gaara dengan suara yang agak sedikit menekan saat melihat Hinata yang membuka pintu masion Tsunade.
"Ibuku tidak ada." jawab Hinata setengah dengan nada yang agak menekan meyakinkan ucapannya kepada Gaara.
Gaara melihat kertas yang digengam oleh Hinata, kemudain menariknya dan membacanya. Matanya kemudian melotot tak mempercayai dengan semua tindakan Tsunade
"Aku akan pergi kebandara Narita untuk membawanya pulang.!" Gaara meninggalkan Hinata, tapi Hinata menghentikan langkah Gaara sambil berkata,
"I-ibuku sudah pergi dari tadi pa-pagi.! Biarkan ibuku pergi!" ujar Hinata mencoba memberanikan apa yang akan diucapkannya kepada Gaara.
"Kau tau ibu mu itu, harus segera melakukan pemotretan secepatnya kalau tidak."
belum sempat Gaara berkata dilihatnya Hinata sudah membuka bajunya sambil berkata,
"Biarkan aku yang menggantikan ibu dalam pemotretan itu.!"
Gaara melirik Hinata dan matanya tertuju pada dada milik Hinata.
"Tidak mungkin." #huah.. Kejam sekali Gaara.. Hiks-hiks-hiks. ToT. Hinata juga napain coba nunjukin dadanya ma Gaara, ah Hinata-chan ne malu-malin Author aja.. Ckckckck. padahal author yang bikin yak.. hahahahah.
Author Say:
Yeeeeeeeeeeee.. Fanfic saya akhirnya selese.. Chap 2nya akan secepatnya di publis dalam masa pengeditan saat ini.. ZZZ.. \_/
Maaf ye,, bagi para pembaca semuanya, yang pernah bacain fanfic aku sebelumnya yang rada-rada g' jelas itu, hahahahaha. Belum aku sambungin, sebenarnya udah tapi belum dipublis.. Mana lagi aku juga udah bikin fanfic baru, tapi lantaran tergoda dengan apa yang aku baca, kemudian inspirasi mulai tersirat dan cepat-cepatan nulis. law g ditulis ntar berabe n kacau.. Hkhkkhkhk
Mungkin fanficnya masih sama kaconya ma fanfic sebelumnya, jadi saya mohon maaf ye.. hkhkh
Owh Ya, sedikit pemberitahuan, Sasunya hanya dikit munculnya, tapi di chap 3 to 4 bakalan banyak dah, udah tu Naruto ntar di chap 3 bakal ada.. _.
Semoga kalian senang dengan fanfic ne.. Amin.. Saya tunggu reviewnya yang banyak yak, ntar biar updatenya cepat, n aku bakalan ngeusahainnya mpe TAMAT dah. _
Jangan lupa REVIEW! o
R
E
V
I
E
W
