LIEBESTRAUME

Author: 27Piano

Main Pairing: Meanie. Slight! JiWon

Genre: Romance, Hurt/Comfort

Rate: T

Lenght: Chaptered

Note: Dalam cerita ini Mingyu lebih tua daripada cast lain kecuali Seungcheol. GS! For uke

Disclaimer: I just own the story. I don't own the character.

DON'T LIKE DON'T READ. Review anda menentukan masa depan fanfic ini. Sekian.

CHAPTER 1: Lossing You

03 Desember..

Seorang pemuda berbaring lemah di sebuah tempat tidur. Badannya sangat kurus atau mungkin memang hanya tinggal tulang dan kulit. Dengan selang infus yang tertancap di punggung tangannya. Dia perlahan menggerakan tangannya untuk menekan keyboard laptop yang ada dihadapannya. Dia menulis sebuah dokumen Microsoft Word. Sudah 3 jam lamanya ia menulis, dan akhirnya selesai. Ada sekitar empat ratus kata yang ia tuliskan pada dokumen itu. Dia menangis. Entah menangis sedih, menangis kesakitan, atau menangis bahagia karena berhasil meluapkan perasaannya yang terpendam.

20 menit kemudian..

Dia pergi menuju surga.

**Liebestraume**

04 Desember..

Seorang gadis berambut hitam legam menghempaskan tubuhnya pada tempat tidur. Minggu ini sangat melelahkan. Mengapa tidak? Minggu ini adalah minggu ujian semester pertama. Setiap hari otaknya dipaksa memikirkan soal-soal ujian yang sangat membosankan. Lagipula dia juga tidak terlalu suka belajar. 'Kau terlalu meremehkan soal' kata itulah yang selalu diucapkan orang di sekitarnya. Yah, mau bagaimana lagi dia pemalas.

Hari ini ia selesai membantu ibunya membersihkan rumah. Dunia serasa tidak adil baginya. Hari ini hari MINGGU. AKHIR PEKAN! dan dia tidak diperbolehkan tidur seharian di kasurnya yang empuk. Gadis itu menatap layar ponselnya malas. Dia menyempatkan diri untuk melakukan pose-pose selca sambil menatap layar hitam itu. Setelah bosan, ia menyalakan dan mengusap layar ponselnya. Tiba-tiba, ia teringat dengan kekasihnya yang ada disana. Ia menjalin hubungan jarak jauh. Hanya media sosial yang menghubungkannya dengan namjachingu terkasihnya itu. Namun, ia terlalu bosan –atau mungkin malas- untuk membuka akun medsos.

"Wonwoo!" ibunya memanggil.

"Ada apa?!"

"Jaga adikmu sebentar?! Ibu mau pergi ke pasar," jawab ibunya.

"HAH?! APA KAU BERCANDA!? TIDAK MAU!" Wonwoo meloncat dari tempatnya

"Daripada kau bermalas-malasan seperti itu lebih baik kau membaca buku. Kalau tidak, lebih baik kau menjaga adikmu."

Dengan secepat kilat, Wonwoo langsung mengambil buku didekatnya. Lalu membacanya sambil berpose serius. Sesekali ia mengangguk seperti sedang berusaha memahami sesuatu yang sulit.

"Demi Tuhan! Maksudku buku pelajaranmu, Wonwoo! Bukan novel!"

"Oh," Wonwoo mengambil buku pelajaran matematika dan membacanya. Ibunya hanya menghela nafas dan menggelengkan kepala. "Katanya mau ke pasar. Aku sudah membaca bukuku jadi ajak Jungkook sekalian ke pasar ya? Belikan aku es krim juseyoo~"

Setelah ibunya pergi ke pasar bersama Jungkook, Wonwoo melempar buku itu sembarangan. Tak peduli jika buku itu rusak. Terkadang ia berpikir akan lebih baik jika buku itu hangus. Dia mendengus kesal. Dari sekian banyaknya buku yang ada di meja belajar, kenapa harus buku berisi rumus-rumus menjijikan yang terambil oleh tangan sucinya? Sekarang tangan itu telah ternodai oleh pelajaran yang paling dibencinya.

Keesokan harinya, ia berangkat sekolah lima belas menit sebelum bel berbunyi. Persetan dengan berangkat pagi. Ujian dimulai 30 menit setelah bel. Hari ini masih ada satu pelajaran lagi yang akan diujikan. Seni. Ia bersyukur karena tidak perlu belajar untuk hal itu. Wonwoo melempar tasnya ke kursi kemudian pergi ke bangku sahabatnya dan duduk disana. Tepat disaat bel masuk berbunyi. Ia menatap temannya heran.

"Kau sedang apa, Junghan-ah?" tanya Wonwoo.

"Belajar. Apa kau tidak lihat?" Junghan menjawab tanpa memandang Wonwoo.

"Selain itu?"

"Bernapas."

"Demi apapun itu, tentu saja aku tahu kau bernapas," Wonwoo mendengus kesal.

"Kalau sudah tahu kenapa tanya?"

"Lupakan saja!" keluh Wonwoo sambil menyandarkan diri di kursi. 'Pagi-pagi sudah ada yang membuatku jengkel saja' pikirnya. Sahabatnya, Yoon Junghan, adalah pemilik tetap dari peringkat satu dikelas itu. Junghan selalu belajar karena itu semua nilainya mendapatkan nilai terbaik. Berbeda dengan Junghan, Wonwoo adalah manusia yang paling 'masa bodoh' dengan hal yang dinamakan belajar. Dia hanya belajar selama lima belas menit sebelum ujian. Meskipun hanya lima belas menit, ia mampu menyimpan materi yang dipelajarinya dalam waktu sesingkat itu. Dia bersyukur memiliki kemampuan itu. Namun hanya sebatas memori jangka pendek. Karena setelah ujian ia melupakan materi itu dalam sekejap.

"Hei, Junghan-ah."

"Hmm?"

"Huh! Kalau diajak bicara tataplah lawan bicaramu. Kau tega mencampakkanku karena buku terkutuk itu."

"Hihi, ada apa?" Junghan menoleh pada Wonwoo.

"Aku merindukan Jisoo. Bagaimana kabarnya ya? Apa kau tahu?"

"T-tentu saja tidak. Kau kan pacarnya. Kenapa bertanya padaku?"

"Aku sedang hiatus dari dunia maya," jawab Wonwoo dengan pandangan menerawang

"Memang lebih baik kau hiatus dari dunia maya selamanya," Junghan yang sadar dengan jawabannya, langsung menutup mulutnya. Wonwoo mendekati Junghan.

"Kau menyembunyikan sesuatu dariku?"

"Tidak," Junghan memalingkan wajahnya.

"Wah, jangan-jangan kau berselingkuh dengannya dibelakangku!?"

"Tidak mungkin! Lagipula aku sudah punya Seungcheol."

"Ah, benar juga. Jika kau benar berselingkuh dengan Jisoo dibelakangku, aku akan sangat sakit hati, galau, atau bahkan bunuh diri. Ya sudah aku belajar dulu ya? Fighting, Junghan-ah!" Wonwoo mengangkat kepalan tangannya ke udara.

'Sangat sakit hati, galau, atau bahkan bunuh diri' kata itu terus teringat dikepala Junghan. Hingga saat ujian, ia masih memikirkan perkataan sahabatnya itu. Bagaimanapun ia sudah menganggap Wonwoo sebagai adiknya sendiri. Begitu juga Wonwoo, yang menganggap Junghan sebagai kakaknya.

Kini ia harus berpikir bagaimana caranya untuk memberitahu Wonwoo apa yang sebenarnya terjadi. Junghan tidak ingin menyakiti perasaan Wonwoo. Namun, saat dirinya telah memberitahu Wonwoo, bagaimana jika Wonwoo kehilangan semangat hidupnya? Bagaimana jika Wonwoo membencinya? Bagaimana jika Wonwoo ingin bunuh diri? –peduli setan dengan hal itu karena masih bisa dicegah- Mau bagaimana lagi? Wonwoo harus tahu yang sebenarnya.

Ujian telah selesai. Seluruh murid di SMA itu sudah kembali ke kelasnya masing-masing. Wonwoo melemparkan tasnya begitu saja lalu menghempaskan tubuhnya ke kursi. Tidak peduli dengan betapa sakitnya punggung itu. Sekarang, ia lebih peduli dengan betapa sakitnya otak yang terbakar akibat memikirikan soal. Teman-temannya sedang membahas soal ujian tadi dan Wonwoo pun bergabung. Beberapa lama kemudian, Wonwoo merasa bahunya ditepuk oleh seseorang.

"Hei, Junghannie," sapa Wonwoo.

"Hmm," Junghan tersenyum masam.

"Wajah bidadarimu kusut. Ada apa?"

"A-aku ingin memberitahu sesuatu padamu,"

"Apa itu?"

"Tentang Jisoo,"

"Jisoo? APA?! JANGAN-JANGAN KAU BERSELINGKUH DENGANNYA?!"

"TIDAK! SUDAH KUBILANG AKU PUNYA SEUNGCHEOL! Kenapa kau selalu berburuk sangka sih?"

"Lalu apa?" Wonwoo mengedipkankan matanya beberapa kali dan hal itu membuatnya seperti anak TK.

Mendengar ucapan Wonwoo dan melihatnya bertingkah 'sok' polos, Junghan menggelengkan kepalanya. 'Astaga, sepertinya bocah ini benar-benar malas mengecek semua akun miliknya. Pakai alasan hiatus pula,' batin Junghan.

"Kau benar-benar belum tahu, Wonwoo-ya?"

"Belum," Wonwoo menatapnya datar.

"Kau serius?"

"Yak! Cepat beritahu aku!"

"Jisoo..." Junghan tidak tega mengatakannya.

Wonwoo menatap Junghan secara intens.

"Jisoo..."

"Ya, ada apa dengan Jisoo?!"

"Jisoo..."

Wonwoo masih menunggunya dengan sabar –mungkin-

.

.

.

.

"...meninggal,"

To Be Continued

Review please. Maaf awal-awal udah bikin nyesek :v Fanfic ini akan dilanjut jika review mencapai 35. Sekali lagi, review anda menentukan masa depan fanfic ini ^^ Kritik dan saran dibutuhkan. Seiring berjalannya waktu akan makin panjang kok per chapternya ^^ Mingyu mulai ikut ambil peran di chapter 2 atau 3 :v FYI, call me Pi ^^ Sekian