Disclaimer:

Naruto: Masashi Kishimoto

Vocaloid: Yamaha Corporation, dll.

.

.

.

Genre: adventure/fantasy/romance/mystery/hurt/comfort

Rating: T

Setting: dunia ninja di zaman Heian

.

.

.

I Am No Angel

By Hikasya

.

.

.

Chapter 1. Gadis misterius

.

.

.

Di hutan lebat itu, ia bertemu dengan gadis itu. Gadis bersurai pastel pink dan beriris aquamarine. Berpakaian kimono setengah paha dengan celana hitam selutut di baliknya. Sendal yang berwarna senada dengan kimononya, membungkus kedua kakinya.

Pedang katana berukuran besar yang berukir klasik disandang di punggungnya. Langkahnya terhenti ketika laki-laki berambut pirang memanggilnya.

"Tunggu!"

Gadis itu menoleh dan mendapati laki-laki berambut pirang, Uzumaki Naruto, datang menghampirinya.

"Kalau aku boleh tahu, siapakah namamu?"

Atas pertanyaan Naruto itu, si gadis hanya terdiam sembari tersenyum. Kemudian ia melenggang pergi begitu saja.

"Tunggu!"

Naruto kecil yang berusia 12 tahun, berusaha mengejar sosok gadis yang berusia sama dengannya, karena gadis itu sudah membantunya mengalahkan komplotan perampok yang mencegatnya di jalan.

Lalu ia sangat berterima kasih pada gadis itu, namun selama ia berbicara, gadis itu hanya menanggapinya dengan senyuman dalam suasana seribu bahasa.

Mengapa gadis itu tidak mau berbicara dengannya? Naruto penasaran dengan hal itu. Tapi, saat Naruto berusaha mengejar gadis itu, bayangan gadis itu telah menghilang di ujung jalan setapak sana. Sehingga Naruto berhenti mengejarnya.

"Dia ... Telah ... Menghilang," gumam Naruto yang berwajah kusut. "Akankah aku bisa bertemu dengannya lagi?"

Ia pun terpojok. Tetap memandangi jalan, di mana gadis itu menghilang.

.

.

.

"Oh, kau bertemu dengan seorang gadis kecil di hutan terlarang itu."

Naruto mengangguk untuk menanggapi perkataan Ibunya, Uzumaki Kushina.

"Iya, Oka-san. Dia telah membantuku untuk mengalahkan komplotan perampok yang mencegatku saat aku pulang ke rumah," ucap Naruto yang berwajah kusut sembari menyantap makanan yang baru saja disajikan Kushina. "Dia tidak memberitahukan namanya ketika aku bertanya padanya."

Kushina yang duduk berhadapan dengan Naruto, tersenyum dengan wajah yang menakutkan. "Kalau dia tidak menjawab dan hanya diam saja, itu berarti dia itu hantu atau youkai yang menjadi penghuni di hutan terlarang."

Mendengar itu, wajah Naruto menjadi horror. Betapa tidak, ia sangat takut jika mendengar ataupun melihat sesuatu yang berhubungan dengan hantu. Apa lagi saat menempuh hutan terlarang, usai bermain dengan teman-temannya, ia berlari secepat kilat karena takut bertemu dengan para penunggu yang dipercaya warga-warga desa, suka bergentayangan jika malam akan tiba.

Karena itu, suasana makan malam menjadi hening bak di kuburan. Naruto berhenti memainkan sumpitnya dengan wajah yang masih horror. Hanya Kushina yang tertawa terbahak-bahak.

"Hahaha. Lihat wajahmu, Naruto! Kau pasti takut, kan?"

"Ti-Tidak."

"Kalau Otou-san-mu sudah pulang, pasti dia akan menertawaimu juga."

"Oka-san! Ini tidak lucu, tahu!"

"Hahaha. Maaf, maaf."

Kushina berhenti tertawa. Naruto merengut kesal lantas menghabiskan makanannya dengan cepat untuk melampiaskan kekesalannya itu. Kushina yang baru saja memasukkan makanan ke mulutnya, bengong saat Naruto beranjak bangkit dari lantai.

"Lho, Naruto? Kau mau kemana, nak?"

"Mau ke kamar. Tidur!"

"Kau marah ya?"

"Tidak!"

GRATAK!

Suara pintu kamar yang digeser ke samping dengan keras, menjadi tanggapan yang sangat menusuk hati Kushina. Wanita berambut merah itu, menampilkan senyum yang hambar di wajahnya.

Sementara itu, Naruto berada di kamarnya. Memandangi langit yang penuh bintang dari balik jendela yang terbuka lebar. Dengan ditemani lampu minyak yang menyala terang, ia merasa damai karena angin malam yang sejuk, turut menemaninya dalam suasana hening ini.

Di pikirannya kini, teringat dengan gadis bersurai pastel pink yang menurutnya sangat menarik perhatiannya. Gadis yang tak pernah ia temui di desa selama ini.

Jadi, siapa gadis itu ya? Batin Naruto.

Ingin rasanya ia bertemu lagi dengan gadis itu, hanya untuk mengucapkan terima kasih yang belum sempat disampaikan dan juga ingin mengetahui siapa nama gadis itu. Oleh karena itu, ia tidak sabar untuk menanti esok harinya.

Mungkin kalau aku datang lagi ke hutan terlarang itu, aku pasti bertemu dengannya lagi.

Naruto menekankan isi hatinya itu dengan perasaan yang bersemangat. Lantas ia menutup pintu jendela untuk segera tidur agar secepatnya menunggu siang tiba.

.

.

.

Keesokan harinya, usai sarapan pagi, Naruto kabur dari rumah. Menghindari jam latihan dengan Jiraiya untuk meningkatkan kemampuan ninjanya. Sehingga Kushina berteriak marah setelah mengetahui anak sulungnya telah menghilang begitu disuruh menunggu di halaman belakang rumah, sementara ia sedang mengambil sesuatu yang tersimpan di kamar.

Pagi yang dingin dan hening, terusik dengan suara Kushina yang sangat keras menggelegar hingga mengguncang desa.

"Naruto! Kau kabur lagi ya? Awas nanti kalau kau tiba di rumah!"

Naruto yang sudah berlari jauh di ujung jalan desa, sempat mendengar suara Kushina yang sangat memekakkan telinga. Bahkan ia sempat juga berpapasan dengan anak-anak desa lainnya, yang memanggilnya untuk bermain bersama. Namun, Naruto menggeleng, memutuskan untuk tidak bermain dengan teman-temannya, dan hanya menfokuskan dirinya untuk pergi ke hutan terlarang.

Tidak membutuhkan waktu yang lama, Naruto tiba juga di hutan yang dianggap angker oleh para penduduk desa. Walaupun rasa takut kini menyerang jiwanya, namun ia berusaha memberanikan dirinya untuk menjejakkan kaki di tanah hutan itu.

Ia pun mengumpulkan sejumlah cakra untuk dialirkan pada kedua kakinya agar ia bisa memanjat pepohonan hanya dengan berlari. Hal itu dilakukannya untuk mengamati keadaan sekitar; mencari keberadaan gadis misterius itu.

Jika memang gadis misterius itu adalah hantu atau youkai, bisa dipastikan Naruto bisa menemukannya dengan mudah. Tapi, jika gadis misterius itu adalah manusia, bisa dipastikan Naruto sulit menemukannya.

Naruto melompat dari satu pohon ke pohon lainnya. Matanya menajam. Menoleh ke kanan-kiri. Tapi, tidak ada seorang pun yang terlihat. Bahkan beberapa jam kemudian, Naruto tidak menemukan apapun selain rasa capek yang didapatkannya.

Karena itu, ia berhenti dan mendarat di sebuah batang pohon. Napasnya terengah-engah dengan bulir-bulir keringat yang bercucuran dari rambut pirangnya. Rasa lapar dan haus menyerang batinnya.

"Aku tidak menemukan dia dimana-mana," gumam Naruto yang sangat kecewa. "Dia seperti malaikat yang lewat lalu pergi begitu saja usai menolong manusia yang kesusahan."

Di antara jeritan hati yang ingin bertemu dengan gadis itu, tiba-tiba muncul seorang pria berambut putih menghampirinya. Naruto terkesiap ketika pria itu berdiri di sampingnya.

"Jiraiya-sensei!" Naruto membulatkan matanya dengan ekspresi syok.

"Akhirnya aku menemukanmu, Naruto," Jiraiya berwajah kusut. "Atas permintaan Oka-san-mu, aku harus membawamu pulang. Ini bukan tentang latihan, melainkan ada kabar buruk yang harus aku sampaikan padamu."

"Kabar buruk? Apa itu?"

Naruto merasakan hatinya berdetak kencang saat Jiraiya terdiam untuk beberapa menit. Kemudian angin berhembus pelan seiring suara Jiraiya menghancurkan kesunyian yang sempat melanda tempat itu.

"Otou-san-mu, Namikaze Minato, menghilang saat menjalani misi ke desa Ame. Diperkirakan dia tewas karena ledakan di gunung itu."

Saat itu juga, jantung Naruto seakan berhenti berdetak karena mendengar kabar itu.

"Tidak! Otou-san! Tidak mungkin dia mati!"

.

.

.

BERSAMBUNG

.

.

.

A/N:

Fic ini terinspirasi dari sebuah lagu dan sebuah game.

Terima kasih buat yang sudah baca fic ini.

Minggu, 16 Februari 2019