Red Carnation
.
.
.
"Bagaimana keadaan anakku, Tsunade?" Tanya seorang pria paruh baya dengan wajah cemas.
Wanita yang bernama Tsunade hanya menghela nafasnya.
"Sebaiknya persiapkan dirimu untuk yang terburuk, Hiashi." Tsunade menepuk bahu Hiashi yang menegang.
.
.
.
Warning : AU, Typo, Babak belur dan semuanya yang ada di cerita.
DON'T LIKE, DON'T READ
This Fict just for fun, jika ada kesamaan maaf saya memang tidak menjeplak.
.
Semua Karakter pinjem sama Om Masashi
.
Genre : Hurt/Romance, Friendship, Drama
.
Pairing : Uchiha Sasuke and Hyuuga Hinata
.
Slight : Uzumaki Naruto and Hyuuga Hinata
.
Rate : Aman (T+)
.
Orange's Caramel Present's : Red Carnation
Dalam sisa hidupku hanya ingin melihatmu bahagia.
Aku akan bahagia jika melihatmu terus tersenyum, mungkin hanya ini yang bisa ku berikan untuk dirimu agar terus tersenyum.
Bawalah Jantungku bersamamu dan Aku akan bernafas untukmu.
.
.
.
"Hinataaaaaaaa..." Teriak seorang laki-laki sambil berlari menghampiri gadis yang bernama Hinata.
Hinata membalikkan badannya "Na-Naruto-Kun.." Hinata terlihat senang melihat Naruto yang berlari menghampirinya.
"Apa kemarin kamu pingsan lagi?" Tanya Naruto khawatir.
Hinata hanya diam mendengar pertanyaan Naruto, namun Hinata langsung tersenyum.
"A-Aku hanya kelelahan.. Umm.. Se-Sebaiknya kita segera masuk kelas.." Ajak Hinata yang tidak ingin telat di jam pertama.
Naruto tersenyum namun di dalam hati dia sangat sedih. Hinata adalah sahabat sekaligus cinta pertamanya, namun Naruto tidak akan pernah bisa menggapai Hinata sebagaimana dia inginkan. Hinata hanya menganggap Naruto sebagai Sahabat tidak lebih, mungkin karena Hinata tahu bahwa hidupnya memang tidak lama lagi. Naruto selalu merutuki dirinya yang bodoh dan diam tidak bisa berbuat apa-apa untuk Hinata.
Naruto hanya bisa terus berdoa kepada Kami-Sama untuk kesehatan Hinata.
.
.
.
"Selamat Otouto, sekarang kamu adalah seorang dokter specialis jantung termuda." Ucap seorang pria bernama Uchiha Itachi begitu memasuki kamar Sasuke.
Sasuke menutup buku yang dibacanya sedari tadi "Hm.. Arigatou Aniki.." Sasuke hanya tersenyum tipis menerima ucapan selamat dari Kakak Sulungnya.
Uchiha Sasuke mendapatkan gelar sebagai Dokter Special Jantung disaat usianya terbilang masih sangat muda. Saat ini usianya baru menginjak 26 tahun, namun karena ke kegigihan dan ke genius-sannya dia berhasil membuktikan kepada seluruh dunia bahwa dia mampu menjadi seorang dokter special di usia yang masih muda.
"Sebagai hadiah, bagaimana jika kita pergi memancing? Aku ingin berlibur." Ucap Itachi.
"Bukan ide buruk." Sasuke juga menyetujui ide Itachi.
Ada baiknya dia berlibur sebelum akhirnya nanti dia akan di sibukkan dengan segala hal pekerjaannya.
"Berkemaslah.. Besok kita akan ke Konoha." Itachi pun keluar dari dalam kamar Sasuke.
.
.
.
"Ohayou Hinata-Sama.." Ucap seorang pelayan kepada Hinata.
"Ohayou Yuki-San.." Hinata membalas salam dari pelayannya.
"Ne? Hinata-Sama ingin pergi kemana?" Tanya Yuki begitu melihat pakaian yang dikenakan oleh Hinata terlihat sedikit rapi.
Hari ini adalah hari libur, Hinata ingin memanfaatkan waktunya untuk jalan-jalan.
"Hanya pergi ke taman.." Ucap Hinata lembut.
"Ta-Tapi.."
"Tenang saja Yuki-San.. Aku sudah minum obat dan aku hanya sebentar saja.. Aku bosan di rumah sebesar ini sendirian.." Rengek Hinata.
"Apa aku harus memanggil Naruto?" Tanya Yuki agar Tuannya tidak keluar dari rumah.
"Ja-Jangan.. Naruto-Kun sedang bersama teman-temannya. Aku tidak ingin merepotkan dia terus dengan menemaniku yang sakit-sakitan ini." Hinata menunduk. Tangannya mencengkram dress putihnya.
"Hahhh.." Yuki menghela nafas "Baiklah, tapi Hinata-Sama harus pulang sebelum sore." Yuki akhirnya mengalah. Ada baiknya Hinata menikmati angin segar di musim semi.
Hinata kemudian mengangguk senang. Hinata dengan segera melangkah keluar dari kediaman Hyuuga.
.
.
.
Sasuke nampak kesal karena di tinggal begitu saja oleh Itachi. Kini Sasuke hanya berjalan sendiri di tengah hutan dengan sebuah peta di tangannya.
Itachi tiba-tiba harus kembali ke Tokyo karena mendapat panggilan mendadak dari Perusahaan Uchiha dan Sasuke di tinggal di depan hutan Konoha dengan sebuah peta.
Itachi berjanji akan kembali nanti sore untuk menjemput Sasuke.
Sasuke hanya menghela nafas lelah karena perjalanannya sudah cukup lama dan dia masih belum menemukan sungai yang di carinya untuk memancing.
Sasuke mencoba kembali melihat peta yang di tangannya. Dia memicingkan pendengarannya mencoba mendengar suara aliran air. Senyum tipis berkembang di bibir Sasuke, nampaknya tujuan Sasuke sudah semakin dekat.
.
.
Hinata menyusuri hutan Konoha yang sudah menjadi rumah ke duanya. Sejak kecil Hinata selalu bermain di hutan ini bersama Naruto. Tujuan Hinata adalah menuju sungai Konoha.
Hinata merasa tenang jika berada di depan sungai ini, entah kenapa. Hinata menatap aliran air tenang di sungai sampai terdengar suara langkah kaki seseorang dari belakang.
Krak..
Sasuke menginjak batang pohon kecil yang ada di tanah. Akhirnya Sasuke menemukan sungai yang di carinya tetapi, dia juga melihat seorang gadis tengah berdiri menatapnya heran.
.
.
.
Sasuke POV
"A-Ano.." Gadis itu menatap diriku.
Aku sempat terpaku melihat kedua bola matanya yang entah berwarna abu atau lavender, namun matanya seolah menghipnotisku.
"Se-Selamat Siang Tuan.." Sapa Gadis itu gagap dan sedikit malu. Wajahnya sedikit merona. Aku akui dia cantik dan manis. Sepertinya aku terpana sesaat.
Aku masih diam dan terus menatapnya datar.
Gadis itu mulai menundukkan kepalanya takut. Perlahan aku berjalan menghampirinya. Aku ingin membalas sapaannya tapi hanya kata "Hm" yang lagi-lagi ku keluarkan dari suara di tenggorokanku. 'Argh' sesalku dalam hati.
Gadis itu sedikit menjauh begitu aku sudah berdiri di sampingnya. Aku mengeluarkan peralatan memancingku dan memasang benang serta menyiapkan kail. Mata gadis itu nampaknya masih memperhatikanku. Jujur aku menjadi sedikit gugup.
.
.
.
"A-Ano Tuan.. Apa kamu seorang pemancing?" Tanya Hinata ragu namun dia juga penasaran. Pasalnya orang itu hanya diam dan menganggap seolah Hinata tidak ada.
Hinata bisa melihat pria di sampingnya berhenti berkutak kutik dengan alat pancingnya dan memperhatikan Hinata dengan intens. Hinata merasa malu untuk bertatapan dengan Onyx milik pria itu jadi, Hinata hanya menundukkan kepalanya kembali.
"Bukan. Ini hanya hoby." Akhirnya pria itu bersuara.
Hinata mengangkat wajahnya dan menatap pria itu kembali. Pria itu sekarang sudah siap dengan alat pancingnya dan bersiap untuk melempar umpannya ke dalam sungai.
Entah kenapa Hinata tiba-tiba tersenyum melihat pria itu.
Merasa terus di perhatikan, Sasuke melirik dengan ujung matanya ke Hinata. Sasuke melihat Hinata tersenyum. 'Cantik' pikir Sasuke.
"Tuan -.."
"Panggil saja Sasuke. Sepertinya panggilan Tuan cukup tua untuk diriku." Potong Sasuke cepat.
Hinata kembali tertawa kecil.
"Aku Hinata. Senang berkenalan denganmu." Hinata tersenyum lembut.
Sasuke bisa kembali melihat senyuman itu. Segera Sasuke memalingkan wajahnya yang merona karena senyuman Hinata.
Plum..
Nampaknya umpan Sasuke sudah di terima oleh ikan-ikan kelaparan di sungai. Hinata ikut tersentak begitu umpannya sudah di makan ikan.
Sasuke dengan lihainya memainkan pancingannya agar tangkapannya tidak lepas begitu saja. Tidak membutuhkan waktu lama, Sasuke berhasil memancing seekor ikan Ayu atau Sweetfish.
Hinata terlihat senang dengan hasil tangkapan Sasuke, begitu juga dengan Sasuke. Ikan itu nampak gemuk dan cukup besar.
"Apa kamu ingin mencobanya?" Tawar Sasuke mengingat dia tidak sendiri saat ini.
Hinata hanya mengangguk senang.
Sasuke segera mengumpulkan beberapa potong kayu untuk dibakar dan mulai membersihkan organ-organ ikan, tidak lupa Sasuke mencuci ikan itu di dalam sungai agar lebih bersih.
Hinata melihat kagum Sasuke yang begitu cekatan dalam menangani ikan. Diam-diam Hinata terpesona oleh Sasuke.
"Ini untukmu.." Sasuke menyodorkan beberapa bagian daging untuk Hinata menggunakan piring plastik yang memang sudah dia persiapkan diransel besarnya.
Hinata nampaknya melamun cukup lama sampai lupa bahwa ikannya sudah matang. Hinata menerima ikan itu dengan malu-malu. Untuk pertama kalinya Hinata menerima makanan dari seseorang yang baru dikenalnya, jika Ayahnya dan Naruto tahu pasti Hinata akan di marahi habis-habisan.
"A-Arigatou.." Hinata kembali tersenyum membuat jantung Sasuke kembali berdetak tidak karuan.
"Hm.." Sasuke memilih untuk menunduk menyembunyikan rona merah di wajahnya dan melanjutkan makanannya.
"Enak.." Ucap Hinata senang, seperti belum pernah memakan ikan jenis ini.
Sasuke hanya menautkan alisnya heran menatap Hinata.
"A-Ano Sasuke-San. Apakah kamu seorang turis yang berkunjung ke Konoha?" Tanya Hinata.
"Begitulah.." Sasuke masih memilih melihat ikan yang akan di santapnya.
"Um.. Jika boleh tau, Sasuke-San datang darimana?"
"Tokyo."
Hinata semakin antusias mendengar jawaban dari Sasuke.
"Ahh.. Pasti sangat indah. Aku ingin sekali mengunjungi Tokyo.." Hinata terlihat berbinar-binar ketika mengucapkan ini.
Sasuke hanya tersenyum tipis melihat tingkah Hinata yang terbilang lucu.
"Hmm.. Sepertinya aku harus segera pulang, hari semakin sore.. Sasuke-San akan menginap di hutan ini?" Tanya Hinata kembali.
Sasuke sedikit sedih mendengar Hinata akan segera pulang namun tidak baik juga anak gadis pulang malam.
"Tidak, aku akan segera kembali ke Tokyo." Ucap Sasuke datar.
Hinata menjadi merasa sedih karena pertemuan singkat dengan Sasuke. Hinata menyenangi keberadaan Sasuke meskipun dia tergolong irit bicara dan pendiam. Entah kenapa Hinata seperti terjerat ke dalam pesona Sasuke. Nampaknya Hinata jatuh cinta kepada Sasuke.
"Oh, begitu ya.." Ada nada kecewa dari suara Hinata "Semoga kita bertemu lagi di lain waktu Sasuke-San." Hinata kemudian berdiri dan membungkuk memberi salam kepada Sasuke.
Sasuke hanya memandangi Hinata. Diapun merasa kehilangan. Akankah mereka bertemu kembali. Semoga !.
"Hm.."
"Jaa Sasuke-San.." Hinata pun berbalik meninggalkan Sasuke yang masih duduk menatap punggung Hinata yang semakin jauh.
Sasuke berpikir ada baiknya juga Itachi tidak ada saat ini.
'Hinata..'
Sasuke kembali memandang langit cerah yang mulai berwarna orange.
.
.
.
"Hinaaaaaa-Channnnnnnn.." Naruto berlari menghampiri Hinata dengan raut khawatir.
Naruto segera memeluk Hinata.
Hinata sendiri terkejut dengan perlakuan Naruto.
"Na-Naruto-Kun.." Hinata kembali tergagap karena takut.
Naruto melepaskan pelukannya dan memegang bahu Hinata. Mata biru nya tidak lepas menatap mata lavender milik Hinata.
"Kamu pergi kemana saja? Aku sungguh khawatir. Kenapa tidak menghubungiku?" Naruto cukup kesal dengan Hinata yang tiba-tiba pergi sendiri.
"A-Aku.." Wajah Hinata tiba-tiba memucat. Hinata merasakan mual menyerangnya.
"Hinata? Kenapa? Wajahmu pucat.. Ayo kita masuk ke dalam." Naruto segera membopong Hinata yang nampak pucat.
Hinata merasa semakin mual. Hinata ingin segera memuntahkan isi perutnya. Naruto sepertinya tahu Hinata akan muntah, hinata terus memberikan tanda bahwa dia ingin memuntahkan sesuatu. Naruto segera membawa Hinata menuju wastafel.
Yuki juga segera mengambilkan air hangat dan menelepon dokter Tsunade.
Hinata berhasil memuntahkan cairan seperti air putih. Kali ini Hinata di landa nyeri yang sangat menyiksa di bagian dada kirinya.
Hinata terus memegangi dadanya yang sakit. Naruto tahu Hinata kini tengah menderita. Naruto terus memanggil nama Hinata dan mencoba untuk membopong Hinata menuju kamarnya, namun Hinata terlanjur pingsan kembali.
.
.
.
Hinata membuka matanya pelan. Dia mengenali ruangan ini. Yaa ini adalah kamarnya. Hinata mencoba kembali mengolah memorinya. Penyakitnya kambuh begitu dia pulang.
Hinata merasakan nyeri di kepalanya. Pelan-pelan dia memijit pelipisnya. Hinata kini sadar dia tidak sendiri di dalam kamarnya. Ada Naruto yang tertidur di samping ranjangnya dengan menggenggam sebelah tangannya.
Hinata tersenyum sedih melihat Naruto yang begitu baik dan perhatian dengan dirinya. Hiashi, ayah Hinata kini menjalani perjalanan bisnis selama 5 hari. Hinata hanya di titipkan oleh Naruto, Yuki dan semua pembantu di kediaman Hyuuga, tidak lupa dokter Tsunade selaku dokter keluarga Hyuuga.
Hinata membelai surai kuning Naruto. Belaian itu membuat Naruto segera bangun dari mimpinya.
Naruto kini tersenyum melihat Hinata yang sudah sadar dan duduk bersandar di ranjang.
Naruto segera memeluk Hinata dan mengucapkan syukur kepada Kami-Sama.
"Na-Naruto-Kun.." Hinata membalas pelukan sahabat kecilnya.
"Ku mohon jangan pergi tanpa diriku lagi." Suara Naruto terdengar lirih.
Hinata sedikit terkejut, Naruto menangis karena dirinya. Hinata merasa bersalah dan dia hanya bisa menepuk pelan punggung Naruto.
"Ma-Maaf Naruto-Kun.."
Naruto melepas pelukannya dan menggenggam tangan Hinata erat. Naruto bisa merasakan tangan Hinata yang dingin.
"Katakan padaku, kemana kamu pergi tadi?" Naruto mulai mengintrogasi Hinata.
"I-itu.. Aku pergi ke sungai di hutan.. Aku hanya ingin mencari udara sejuk." Hinata menghindari tatapan Naruto dan memilih menundukkan kepalanya. Hinata bisa melihat Naruto menghela nafas pelan dari balik poninya.
"Kenapa tidak meneleponku?" Naruto semakin mengeratkan genggamannya.
"A-Aku tidak ingin merepotkan Naruto-Kun. Naruto-Kun pasti ingin bermain dengan Shika-Kun dan Lee-Kun.." Cicit Hinata pelan, namun masih bisa di dengar oleh Naruto.
"Baka.. Kamu tidak menggangguku, sama sekali tidak Hina-Chan.. Kamu tahu betapa khawatirnya diriku ketika kamu tidak ada di rumah, saat Yuki-San bilang kamu pergi dari pagi dan belum juga pulang?"
Hinata semakin merasa bersalah pada Naruto. Hinata tidak ingin menangis lagi, dalam hal ini Hinata memang bersalah, dia tidak pulang sebelum sore.
Naruto kembali menghela nafasnya.
"Ku mohon, jangan membuatku khawatir lagi.." Suara Naruto kembali melemah.
"Ma-Maaf Naruto-Kun.." Hinata mencoba memberanikan diri untuk menatap Naruto.
Naruto mencoba tersenyum kembali agar Hinata tidak merasa tertekan.
Melihat senyuman Naruto yang hangat, Hinata pun ikut tersenyum.
"A-Ano Naruto-Kun.." Hinata terlihat malu-malu untuk bercerita.
"Hm?" Naruto masih tersenyum.
"Sepertinya aku jatuh cinta.." Hinata kembali tersenyum manis.
Mendengar hal itu Naruto sedikit berharap bahkan sangat berharap bahwa dirinya yang di cintai oleh Hinata. Naruto semakin tersenyum lebar.
"Ta-Tapi apa aku pantas mencintai seseorang?" Hinata kembali terlihat murung.
Naruto sedikit kaget mendengar penuturan Hinata.
"Te-tentu saja kamu pantas.. Hanya orang bodoh yang bilang kamu tidak pantas untuk mencintai seseorang." Naruto berusaha meyakinkan semangat Hinata.
"Benarkah Naruto-Kun.." Hinata kembali terlihat ceria.
"Memang siapa pria yang beruntung itu Hina-Chan.." Naruto berharap namanya yang disebut oleh Hinata.
"Umm.. Dia adalah seorang pria dewasa yang baru ku temui tadi, namanya Sasuke." Ucap Hinata sambil menerawang langit-langit kamarnya.
Jawaban Hinata bagaikan petir menyambar Naruto. Genggaman tangannya mengendur bersamaan dengan di sebutkannya nama pria lain dari mulut Hinata. Naruto mematung sejenak. Naruto berharap bahwa dia salah mendengar, namun nama itu terus terngiang di otaknya.
'Sasuke.' Naruto geram.
.
.
.
Hai Minna.. Saya hadir dengan Fict baru.. Fict ini Cuma 2 chapter aja sih..
Tadinya mau one shoot, tapi jadi multichapter juga... Hiyahhh..
Gomen masih belum melanjutkan Fict yang lain, namun semua masih proses kok... yohohoho..
Akhir kata Terima Kasih kepada siapapun yang sudi membaca dan meripiew Fict Ini... ^^/
