Satu, Slobbery Kiss.
Wonwoo kecil bermain di taman pada suatu sore di musim panas yang cukup terik. Tubuhnya dipenuhi peluh, tapi tetap tak memudarkan semangatnya untuk mencari jangkrik-jangkrik yang sering nongkrong di batang pohon. Wonwoo baru saja akan mengayunkan katapelnya untuk menjatuhkan serangga tersebut saat—"WONWOO HYUNG!" teriakan super nyaring itu membuatnya terkejut dan menjatuhkan katapelnya. Ah, sial. Jangkrik seukuran jidat Mingyu bodoh itu berhasil melarikan diri, kan, jadinya.
"Wonu Hyung! Hyung! Kau dengar aku tidak sih?"
Itu suara Mingyu. Si bodoh yang berteriak dengan kurang ajarnya di telinganya. Anak tetangga di seberang rumah Wonwoo. Usia mereka yang hanya terpaut satu tahun membuat Wonwoo menjadi teman main Mingyu. Bahkan Mingyu lebih dekat dengan Wonwoo dibandingkan kakak kandungnya, Seungcheol yang berjarak delapan tahun di atas mereka.
"Hyung! Jangan mendiamkan aku begini dong. Aku sudah mencarimu kemana-mana kau tahu. Saat aku bangun tidur siang, kukira kau tetap akan tetap ada di sampingku. Aku kan ingin bermanja-manja denganmu, Hyung! Aku sudah berkeli—AW! Sakit Hyung!"
Wonwo menghadiahi Mingyu satu pukulan—keras—manis tepat di dahinya. "Kau ini! Aku sedang sibuk! Kau bisa diam tidak sih? Cerewet sekali sih seperti Jeonghan Hyung kalau dia lagi dapet!"
Ngomong-ngomong, Jeonghan itu kakak sepupu Wonwoo, pacarnya Seungcheol yang cantiknya keterlaluan dengan rambut panjang halusnya. Akan tetapi jangan coba-coba untuk mencari masalah dengannya kalau Jeonghan sedang dalam masa dapet –well, seperti itulah Wonwoo menyebutnya—jika kau tidak ingin melihat Jeonghan yang biasanya seperti malaikat berubah menjadi iblis bertanduk dua belas.
"Ah, maaf hyung. Aku hanya kangen denganmu hyung. Kau tahu kan kalau aku—"
"Kangen apanya Kim Mingyu bodoh. Baru tadi kita tidur siang bersama."
"Ya intinya seperti itulah Hyung. Ah! Aku jadi hampir melupakan tujuanku mencarimu kan Hyung, selain tentunya untuk bermanja-manja denganmu seperti yang kusebutkan tadi sebelumnya. Haah, padahal aku ingin—"
"Intinya, Kim Mingyu."
"Wonu Hyung! Bisa tidak sih tidak memotong perkataanku! Haish!"
Wonwoo terkekeh kecil dibuatnya. Membuat Mingyu kesal merupakan salah satu keahliannya diantara banyaknya keahliannya yang lain. Wonwoo juga sangat senang saat membuat Mingyu kesal karena wajah Mingyu akan terlihat imut sekali saat dia kesal seperti itu.
"Baiklah, baiklah. Maafkan aku. Aku mendengarkan."
"Hyung, lebih baik kita bersembunyi di balik semak-semak itu. Hal yang akan kuberi tahu padamu ini berhubungan dengan Seungcheol juga Jeonghan Hyung. Aku tidak ingin mereka memergoki kita sedang membicarakan mereka."
Alasan yang bagus Kim Mingyu. Padahal jelas-jelas tadi Mingyu melihat kalau Seungcheol dan Jeonghan sedang—ah maaf, bagian ini seharusnya diceritakan oleh Mingyu.
Mingyu menarik tangan Wonwoo ke balik semak semak yang disekelilingnya juga banyak ditumbuhi pohon-pohon yang rindang, sehingga cahaya matahari sore tidak terlalu menyengat mereka. Kasihan, nanti Mingyu makin hitam dibuatnya. Mingyu kembali menarik tangan Wonwoo untuk duduk di akar akar pohon yang timbul dari tanah sebelum mengecek keadaan sekitar—takut Seungcheol dan Jeonghan memergoki mereka—.
"Jadi?"
"Hyung, kau tahu tidak? Seung—."
"Tidak. Aku tidak tahu."
"WONU HYUNG!"
"Hehehe, maaf, maaf."
"Huh, baiklah. Hyung tahu tidak?—shuut jangan menyelaku lagi Hyung!—tadi saat aku bangun tidur, aku pergi ke kamar Seungcheol Hyung. Kupikir kau sudah bangun lebih dulu dan bermain bersama Seungcheol Hyung. Saat aku ingin mengetuk pintunya, aku mendengar suara-suara aneh hyung!"
"Apa? Apa?" Ujar Wonwoo sambal makin mendekatkan wajahnya ke arah Mingyu. Penasaran berat sepertinya.
"Itu seperti suara Jeonghan Hyung. Tapi aku tidak tahu kenapa suaranya menjadi aneh. Karena penasaran, aku membuka pintu kamar Seungcheol Hyung. Ia tidak menguncinya dan aku melongokkan kepalaku ke dalam, Hyung!"
"Lalu? Lalu?" dengan posisi wajah yang semakin dekat.
"Aku melihat Seungcheol Hyung dan Jeonghan Hyung sedang memakan bibir masing-masing di kamar Seungcheol Hyung! Aku tidak mengerti mengapa mereka melakukan itu. Setiap kali Seungcheol Hyung melakukan sesuatu pada bibir Jeonghan Hyung, suara aneh itu terdengar lagi Hyung!"
"Huh? Memakan bibir masing masing? Seperti apa Mingyu-yah?" Wonwoo memiringkan kepalanya. Ia bingung. Gerakan spontan yang manis sekali. Mingyu tidak tahan, ia gemas dan langsung mencubit pipi Wonwoo, menariknya seperti adonan kue yang melar.
"Yah! Sakit, Kim Mingyu!"
"Ahahaha, maafkan aku Hyung. Habisnya kau manis banget." ujar Mingyu sambal mengelus-elus pipi Wonwoo.
"Jadi? Bagaimana kelanjutan ceritamu?"
"Ah, apa aku praktekan saja ya, Hyung?"
"Huh? Boleh saja,"
Tangan Mingyu yang masih berada di pipi Wonwoo menarik kepala Wonwoo mendekat. Wonwoo yang bingung hanya mengikuti arahan Mingyu dengan diam. Matanya melirik dengan penasaran apa yang akan dilakukan Mingyu selanjutnya.
SLURP
"YAHH! KIM MINGYU! KENAPA KAU JOROK SEKALI SIH! UUGH EOMMA!"
"Y-YAH! HYUNG! JANGAN MENANGIS! BUKANNYA KAU YANG KEPO DENGAN APA YANG DILAKUKAN SEUNGCHEOL HYUNG DAN JEONGHAN HYUNG?"
Mau tahu apa yang dilakukan Mingyu? Saat wajah mereka tinggal berjarak dua centi, Mingyu menjulurkan lidahnya dan menjilat bibir Wonwoo juga mengecupnya. Wonwoo yang kaget tentu saja langsung mundur juga mendorong Mingyu. Dan saat ini ia sedang menahan tangisnya. Ugh, kalau saja ia tidak ingat dengan janjinya untuk tidak menangis pada eomma-nya, mungkin air matanya sudah meleleh dengan deras saat ini.
"Kim Mingyu! Ih ini menjijikan sekali! Kalau aku langsung tahu arti dari memakan bibir yang kau maksud itu seperti ini, kau tidak akan mungkin menjilat bibirku. Ughh eomma…"
"Mianhaeyo Hyung. Lagian kau sih, yang mengiyakan saat kuajak untuk mempraktekannya. Sini sini kubersihkan, maafkan aku ya, Hyung…"
Mingyu dengan lembut mengelus bibir Wonwoo. Menyekanya dari bekas air liurnya tadi. Entah mengapa diperlakukan seperti itu oleh Mingyu membuat pipi Wonwoo memanas.
"Hyung, kau kenapa? Apa kau jadi sakit sehabis kujilat tadi? Wajahmu merah."
"Huh? Merah? Aku tak apa-apa Mingyu-ya. Aku juga tak tahu kenapa wajahku memerah begini."
Wonwoo menangkup pipinya dengan tangannya sendiri. Entah kenapa, wajahnya terasa memanas tanpa sebab yang jelas. Wajah Wonwoo menjadi manis sekali. Mingyu terpana dibuatnya.
"Hyung, saat ini kau manis sekali tahu. Sama manisnya dengan bibirmu saat kujilat tadi. Kau habis makan apa sih, Hyung?"
BLUSH
"Hyung! Kok tambah merah sih? Kita pulang saja, yuk! Aku takut kau kenapa-kenapa, hyung. Ayo."
"Kim Mingyu! Jangan bilang siapa-siapa kalau kau tadi baru saja menjilat bibirku! Awas saja kalau sampai ada yang tahu, apalagi Jeonghan Hyung! Kalau sampai ada yang tahu, mati kau!"
"Lho? Memangnya kenapa sih, Hyung?"
"Pokoknya tak boleh! Kau mengerti tidak?"
"Ah, oke, oke! Mulutku akan terkunci rapat Hyung. Kau tenang saja. Jangan marah padaku ya, Hyung. Ayo kita pulang saja. Aku masih ingin bermanja-manja denganmu tau."
Wonwoo pasrah saja ditarik Mingyu meninggalkan semak juga taman tersebut. Tanpa mereka ketahui, dua orang yang sedari tadi dijadikan topik pembicaraan sudah tergeletak dengan lemas di balik pohon tak jauh dari mereka dengan tangan yang memegang handphone yang penuh dengan foto kegiatan Mingyu dan Wonwoo barusan juga bibir yang tak berhenti menggumamkan,'Manisnya, ya tuhaaaaaan!"
