Praxidike present

.

.

| I'm Not A Thief |

.

.

This is a Genderswitch fanfic

.

.

1st Scene

.

.

Seorang gadis tengah terduduk sambil menghadap cermin, menyisir rambut panjangnya sambil sesekali bersenandung menandakan suasana hatinya yang gembira.

Setelah selesai dengan kegiatannya, gadis itu lantas berjalan keluar menuju ruang makan. Tatapan berbinar sebelumnya seketika sendu ketika ia melihat 4 kursi di ruangan itu tak ada yang mendudukinya.

Gadis itu lalu berjalan gontai menuju salah satu kursi. Wajahnya menunduk, menahan buliran airmata yang ia tahan sedaritadi.

Seorang wanita paruh baya menghampiri gadis itu sambil membawa sebuah piring di tangannya. Wanita itu lalu menaruh piring yang berisikan makanan di hadapan gadis yang sedaritadi sudah terduduk.

"Sayang, tak baik pagi-pagi sudah bersedih. Apalagi hari ini hari pertama mu sekolah" ujar wanita paruh baya dengan penuh kelembutan sembari mengelus surai gadis itu.

"Aku merindukan mereka" lirih sang gadis

"Luhan, dengarkan bibi! Mereka pergi bukan untuk bersenang-senang tapi untuk memenuhi segala kebutuhanmu" ujarnya lagi

Luhan tak membalas. Ia lebih memilih memulai kegiatan sarapannya dan sang bibi hanya bisa memandang sendu majikan yang sudah ia anggap seperti anaknya sendiri.

"Aku selesai, bi" ucap Luhan sambil meletakkan peralatan makan yang ia gunakan

"Ya sudah, cepat pakai sepatu mu, Kris oppa sudah menunggu mu di luar" perintah sang bibi

Luhan tidak langsung pergi. Ia berdiri dan menghampiri sang bibi yang masih terduduk dan memeluknya dari belakang.

"Aku menyayangimu, bi" lirih Luhan

Dan sang bibi hanya tersenyum sambil mengelus kedua punggung tangan Luhan yang berada di dadanya.

"Kau pasti tahu jawabannya, kan" canda sang bibi

"Kalau begitu aku pamit dulu bi. Aku takut Kris oppa telat kuliah karena aku" ucap Luhan semangat

Luhan lalu berlari menuju pintu depan, memasang sepatunya dengan sigap dan kemudian menghampiri pemuda jangkung yang sudah menunggu di depan rumah.

"Mian oppa, aku lama" ucap Luhan sambil tersenyum canggung

Kris tersenyum, "Tidak apa. Masuklah atau kau akan terlambat nanti Ludeer"

Jika ditanya siapa Kris, ia bukan lah anggota keluarga Xi, sang pemilik mansion mewah di tempat berdirinya sekarang. Ia hanyalah anak dari wanita bernama Wu Yixian, wanita yang mengasuh Luhan sedari kecil.

Kris sendiri sudah menganggap Luhan seperti adiknya sendiri, ia tak segan jika sang eomma menyuruhnya mengantarkan Luhan selama ia masih memiliki waktu.

"Oppa, itu di sana sekolah ku" ucap Luhan sambil menunjuk sebuah gedung yang berpagar silver

"Oppa juga tahu, Ludeer" balas Luhan sambil terkikik geli melihat wajah polos sang adik.

Mobil audy silver yang dikendarai Kris berhenti pekarangan Chunkuk High School. Luhan lantas keluar dari mobil dan mengucapkan terima kasih pada 'oppa' nya yang jangkung.

.

.

.

Luhan tak henti-hentinya tersenyum sepanjang perjalanan menuju kelas barunya. Bagaimana tidak, setelah 4 tahun ia menjalani homeschooling akhirnya ia bisa merasakan sekolah pada umumnya.

Dulu, ia hanya bisa melihat segerombolan siswi yang berjalan melintasi rumahnya dengan bersenda gurau satu sama lainnya dan hal itu membuat Luhan sangat sedih. Ia juga selalu membayangkan memiliki teman banyak, berbagi cerita satu sama lain dan itu hanya menjadi sebuah bayangannya saja.

Dan sekarang, ia mungkin bisa berharap merasakan semua hal yang dulu hanya bayangan di benaknya saja.

Luhan memasuki ruang guru, mengantarkan beberapa berkas ke guru yang nantinya menjadi wali kelasnya.

"Permisi, apakah benar anda Kim Jonghyun songsaenim?" tanya Luhan hormat

"Ah, kau pasti Luhan kan?" tanya Jonghyun memastikan

"Ne, songsaenim" jawab Luhan sambil tersenyum

Luhan lalu memberikan beberapa berkasnya pada Jonghyun. Keduanya lalu berjalan menuju kelas yang nantinya menjadi tempat belajar bagi Luhan.

Keduanya lalu memasuki ruangan yang di depannya terdapat papan yang digantung bertuliskan angka '11-2'

"Selamat pagi anak-anak. Saya Kim Jonghyun yang akan menjadi wali kelas kalian, dan yang berada di sebelah saja adalah teman baru kalian. Luhan-ssi, kau bisa memperkenalkan diri" jelas sang guru

"A-anyeonghaseyo, jeoneun Xi Luhan imnida, bagaseumnida" sapa Luhan sambil tersenyum

"Adakah yang ingin bertanya?" tanya sang guru

Hening. Para murid laki-laki seolah terpesona oleh kecantikan Luhan, sedangkan murid perempuan mungkin sedang menggerutu di dalam hatinya karena kecantikan Luhan.

"Baiklah. Xi Luhan, kau boleh duduk di samping Baekhyun. Baekhyun, angkat tanganmu" ujar sang guru

Yeoja berwajah imut itu lantas mengangkat sebelah tangannya. Luhan lalu berjalan dan duduk di samping yeoja imut tersebut.

"Hai, Aku Baekhyun" sapa Baekhyun sambil menjulurkan tangan kanannya

"Kau sudah tahu kan namaku" canda Luhan yang langsung membalas uluran tangan Baekhyun

"Aku berharap kita bisa menjadi teman" ucap Baekhyun

"Tentu," jawab Luhan antusias

.

.

.

Bell istirahat sudah menggema ke segala penjuru sejak beberapa detik lalu. Para murid seketika berhambur keluar kelas, tetapi tidak dengan Luhan. Baekhyun sempat mengajaknya untuk ke kantin, namun ia tolak dengan halus.

Tak jauh dari tempat duduk Luhan, juga terdapat namja yang tengah tertidur dengan headset yang menyumpal telinganya.

'Apakah dia namja bodoh?' batin Luhan sambil menatap ke arah namja itu

"Apakah tidak ada objek yang bisa kau pandangi selain aku?" tanya namja itu yang baru saja bangun dari posisi tidurnya.

Luhan terperanjat. Ia seperti seorang maling yang tengah tertangkap basah. Ia bahkan tak tahu alasan apa yang akan ia gunakan nantinya.

"E-eh? A-aku hanya –"

"Sudahlah, abaikan. Kau boleh melanjutkan memandangiku jika kau mau. Dan jangan membatin hal buruk mengenai aku" jawabnya datar terkesan dingin

"A-ah ne," balas Luhan kikuk.

"Kalau boleh tahu, siapa namamu?" tanya Luhan

Seorang laki-laki berkulit tan masuk ke kelasnya dengan setengah berlari.

"Oh Sehun, kau dipanggil oleh Kim songsaenim" ujar Kai

Sehun bangkit dari duduknya, dan berjalan beberapa langkah sebelum akhirnya menolehkan wajahnya ke arah Luhan, "Kau sudah tahu kan sekarang" ucapnya dan melanjutkan jalannya kembali.

"Benar-benar menyebalkan" cibir Luhan

Luhan bosan karena hanya dirinya lah yang tetap berada di kelas. Baekhyun? Dia belum kembali sedaritadi. Luhan lalu beranjak dari duduknya, berjalan keluar mengitari sekolahnya dan berharap tidak tersesat nantinya.

"Apakah sekolah umum seluas ini?" gumam Luhan dengan kedua tangannya berada di saku blazernya dan memandang gedung sekolahnya takjub.

"Aku haus" lirihnya sambil memegangi lehernya.

Luhan berjalan ke arah vending machine yang berada tak jauh darinya. Ia memasukkan beberapa koin ke dalamnya. Setelah mendapatkan minumannya, ia mendudukkan dirinya di salah satu kursi.

"Bibi Wu harus tahu betapa indahnya sekolah baruku" gumam Luhan bangga sambil mengeluarkan ponselnya.

KLIK.

Satu foto terambil.

"Apakah kau tidak pernah melihat sekolah?" tanya seseorang dari belakang Luhan

Luhan kaget. Ia langsung memasukkan kembali ponselnya dan menoleh ke arah sumber suara.

"W-wae?" tanya Luhan

"Kau seperti orang kampungan" jawabnya dengan suara bariton khas namja

"Anggap saja aku seperti itu" balas Luhan berani

"Hah. Tidak ada gunanya berbicara dengan yeoja sepertimu" ucapnya yang langsung pergi dari hadapan Luhan.

'Tuhan, kuatkan Aku' batin Luhan memohon

.

.

.

Luhan kembali ke kelasnya setelah dirasa bell masuk akan berbunyi.

Saat di tengah perjalanannya, seorang yeoja bertubuh cukup tinggi menghadangnya dan tersenyum remeh ke arahnya.

"Xi Luhan, Kau kah murid baru itu? Well, selamat datang di sini dan ku harap kejadian saat di sekolah dasar dulu tak terulang kembali" ucap gadis itu sambil menepuk punggung Luhan sebelum akhirnya pergi.

.

.

.

TBC / END ?