Chapter 1: Pernikahan

Izuna terbelalak ketika mendengar berita bahwa Aniki nya menerima syarat perdamaian yang ditawarkan oleh negara Senju. Izuna yang sedang berlatih pedang, langsung meninggalkan arena latihan dan menuju ke tempat Aniki nya berada. Dengan masih membawa pedangnya yang terhunus, Izuna masuk ke dalam kamar Aniki nya itu.

"Katakan padaku aniki, apa benar kau menerima syarat perdamaian itu?"

"Ah..otouto, kemarilah."

Izuna berjalan ke arah aniki nya yang sedang duduk di peraduannya dengan menggenggam selembar perkamen. Di tatapnya aniki nya lekat-lekat.

"Apa saja yang sudah kau dengar otouto?"

"Tidak banyak, Hikaku mengatakan kau menerima sebuah surat perdamaian dari mereka dan dia juga mengatakan dalam surat itu ada persyaratan untuk kita penuhi."

"Yah, karena kau sudah mengetahuinya aku akan mengatakan padamu detailnya."

Izuna diam seraya menatap anikinya itu seakan-akan mengatakan kalau dirinya sudah tidak sabar mendengar isi detail dari perkamen yang digenggam anikinya itu.

"Mereka mengajukan perdamaian setelah peperangan antara kita yang sudah berlangsung entah sudah berapa lama. Aku berpikir hal ini sebaiknya bisa dipertimbangkan karena aku sudah lelah dengan peperangan yang tidak ada ujungnya ini. Hanya saja ada 1 syarat dan aku butuh pendapatmu tentang hal ini. Mereka meminta ada ikatan kekeluargaan antara Uchiha dan Senju dengan cara mengadakan pernikahan dengan kedua Klan.

Baik kita ataupun Senju harus menyiapkan pengantin pria dan wanita untuk menikah dengan Klan Senju. Aku sempat berpikir Naori yang akan menjadi pilihan pertamaku, karena dengan begitu kita akan memiliki keturunan Senju begitu pun sebaliknya. Untuk pengantin pria, kita hanya punya 2 pilihan yaitu kau dan aku sendiri. Menurutmu bagaimana otouto?"

"Apakah aniki melupakan bagaimana mereka membunuh 3 saudara kita?Apakah aniki tidak merasa syarat yang mereka ajukan menghina kita, menghina Uchiha?"

"Aku tahu otouto. Dengan menjadikan mereka salah satu bagian dari keluarga kita, aku merasa sudah membuat arwah ayah, ibu dan 3 saudara kita tidak tenang karena menikahi seorang musuh tapi aku sudah lelah Otouto. Aku sudah tidak sanggup melihat penderitaan klan kita karena kehilangan orang-orang yang mereka cintai."

Izuna melihat kelelahan tidak hanya pada wajah aniki nya itu, tapi fisik dan batinnya seolah-olah sudah menyerah dengan kesedihan, amarah, dan balas dendam. Tak dia pungkiri, dirinya pun sudah jengah dengan permusuhan ini tapi dirinya tidak bisa melupakan rasa sakit kehilangan keluarganya karena Senju. Karena kebencian itulah, dirinya bertahan dan kali ini dia juga akan bertahan karena dirinya lah yang akan menjadi pelengkap persyaratan itu.

"Aku yang akan melakukannya aniki karena kau lebih dibutuhkan disini."

"Itu tidak mungkin otouto, aku tidak mengijinkannya. Aku sudah siap untuk melakukannya karena ini adalah tanggung jawabku. Kau lah yang akan memimpin negara kita karena aku yakin kau mampu membawa klan kita lebih baik."

"Aniki harus menerimanya. Negara kita lebih membutuhkan aniki daripada aku. Apalagi akan sangat berbahaya kalau kau yang menjadi syarat perdamaian ini. Aku tidak percaya dengan Senju dan kebencianku pada mereka sudah mendarah daging."

"Karena itulah aku tidak ingin kau melakukannya otouto. Kebencianmu yang mendarah daging, tidak akan membuat perdamaian ini berjalan lancar karena itulah aku yang akan melakukannya."

"Tidak, aku yang akan melakukannya. Apa aniki tidak percaya padaku?aku tahu kebencianku tapi aku tahu apa keinginanmu dan bagiku kau lebih penting daripada kebencianku."

"Hn. Baiklah kalau begitu."

Izuna mengangguk dan meninggalkan kamar Madara.

"Terimakasih otouto."

"Apapun untukmu aniki."

Madara membaca untuk sekian kalinya perkamen perdamaian itu dan akhirnya menuliskan nama Izuna dan Naori sebagai pengantin pria dan wanita sesuai dengan persyaratan itu. Lalu memanggil Hikaku untuk mengirimkan kembali perkamen perdamaian itu kepada Senju.

"Semoga ini menjadi awal yang baik."

...

Hikaku dengan segera menjalankan tugas yang dia berikan untuknya dan hanya butuh 1 hari perjalanan, dirinyapun sampai di Senju. Disana dia langsung diantar untuk bertemu dengan ketua klan Senju, Hashirama.

"Saya utusan dari klan Uchiha menyampaikan perkamen perdamaian ini untuk Senju-sama."

Tobirama yang berdiri disamping kakaknya bergerak maju mengambil perkamen itu dari tangan Hikaku dan menyerahkannya pada Hashirama setelah sebelumnya memeriksanya dulu.

Hashirama membaca perkamen yang dibawa oleh Hikaku dan terlihat raut mukanya yang berubah, terlihat bahagia.

"Katakan pada Madara, lusa aku akan datang di lembah kematian dan bertemu disana untuk membahas perdamaian ini. Katakan padanya juga, aku sangat senang dengan balasan surat ini." Kata Hashirama

"Baik Senju-sama, saya akan langsung mengabarkan hal ini pada Madara-sama." Kata Hikaku seraya pergi meninggalkan ruang pertemuan itu.

"Bagaimana hasilnya?" Tanya Tobirama.

"Dia menyetujui syarat yang kita ajukan. Mereka mengajukan nama Naori dan Izuna, meskipun aku berharap namanya menjadi salah satu dalam syarat perjanjian ini."

"Apa menurutmu ini adalah salah satu strategi mereka?Aku tahu betul betapa geniusnya si Uchiha itu."

"Mungkin saja tapi Izuna bukanlah orang biasa, dia adalah pemegang pimpinan setelah Madara dan dia pun bukan orang yang dengan mudah diperdaya."

"Hn, aku juga tahu itu. Tapi, aku merasa tidak suka dengan nama-nama yang mereka ajukan terlebih tidak ada nama si Uchiha itu."

"Lalu bagaimana saranmu?"

Pagi itu, Tobirama di depan para tetua dan tentu Hashirama memberikan pandangannya dan pendapatnya tentang rencana perdamaian itu. Bagaimana nama Madara tidak tercantum dalam surat perdamaian yang mereka kirimkan untuk Uchiha dan menjelaskan kemungkinan ada rencana kotor dibalik itu semua.

Para tetua pun memiliki kekhawatiran itu dan setuju dengan sudut pandang Tobirama meski di lain pihak, Hashirama merasa tidak ada yang aneh ataupun kekhawatiran yang Tobirama katakan karena dia tahu siapa itu Izuna dan Naori. Tapi pendapatnya tidak mendapat tanggapan dari para Tetua.

"Apa yang dikatakan oleh Tobirama ada benarnya. Kita tetap harus waspada Hashirama." Kata salah satu tetua.

"Saya paham, hanya saja bukankah percuma kalau kita terlalu berpikir negatif tentang mereka?Saya bahkan terkejut mereka menyetujui perdamaian ini. Mungkin Madara sebenarnya punya keinginan yang sama seperti yang saya inginkan. Tapi, apapun itu hasil musyawarah kita kali ini, saya akan mengikutinya." Kata Hashirama. "Jadi apa solusimu Tobi?"

"Rencana kita adalah menikahkan Toka dengan Madara, tetapi karena ternyata nama Izuna yang muncul berarti Toka akan menikah dengan Izuna sedangkan Hashirama akan menikahi Naori dengan tujuan anak dari masing-masing pasangan akan menjadi ikatan bagi kita dan Uchiha agar perdamaian tetap berlangsung sampai seterusnya.

Tapi ternyata, nama Madara tidak ada dalam syarat perjanjian itu. Karena itu, aku akan menggantikan Toka dan menikah dengan Izuna."

Dari 4 orang yang ikut dalam pertemuan itu, semuanya terkejut dengan perkataan Tobirama.

"Apa maksudmu Tobi?" Tanya Hashirama

"Kakak tahu benar, seperti apa Madara bersikap padaku. Dia sangat tidak suka padaku, karena itu dengan Izuna berada dalam pengawasanku, dia tidak akan melakukan sesuatu yang membuat adik kesayangannya itu terluka."

"Bukankah itu malah membuatnya tidak akan menyetujui usulan perdamaian ini Tobi?"

"Itu adalah urusan kakak. Yang terpenting adalah bagaimana caranya dia menerima syarat yang kita berikan. Aku serahkan hal itu semua padamu." Kata Tobirama.

Hashirama hanya bisa mendesah lelah. Ide adiknya ini benar-benar konyol.

"Itu tidak mungkin Tobirama. Klan kita tidak pernah melangsungkan pernikahan seperti itu, pasti ada cara lain." Kata tetua lainnya.

"Itu benar." Tetua lain menimpali.

"Kalau begitu, apa solusi kalian?" Tantang Tobirama.

"Tobirama, jaga sikapmu." Kata Hashirama. "Sepertinya kita tidak mendapatkan ide yang lebih bagus meskipun aku sendiri tidak bisa membayangkan bagaimana nantinya hidupmu dengan Izuna."

Ketiga tetua pun menyetujui saran dari Tobirama karena dalam waktu yang singkat tidak mungkin mereka menemukan ide yang pas untuk mengikat tangan dan kaki Madara. Seandainya nama Madara menjadi salah satu nama dalam perjanjian itu, maka ceritanya akan berbeda.

Setelah ketiga tetua meninggalkan ruangan rapat, Hashirama memandang lekat-lekat Tobirama yang sedang sibuk mengerjakan tugas-tugas yang seharusnya dirinya selesaikan, hanya saja Hashirama lebih suka pergi bertemu orang daripada berada di belakang meja dan memeriksa semua dokumen-dokumen yang tidak pernah habisnya.

"Ada apa?Katakan saja tidak perlu menatapku seperti itu." Kata Tobirama.

"Apa kau tidak lelah mengerjakan dokumen-dokumen itu Tobi-chan?" Tanya Hashirama.

"Memangnya ini salah siapa?! Dasar pemalas. Ingat jangan sekali kali kau memanggilku chan." Kata Tobirama sewot.

Hashirama hanya tertawa melihat adiknya yang terlihat selalu tegang, sinis dan serius.

"Hei..hei, bagaimana bisa kau akan betah hidup bersama dengan Izuna kalau sikapmu seperti itu?Karena yang aku tahu dia tidak ada bedanya denganmu." Tanya Hashirama.

"Aku tahu itu dan kakak tidak perlu khawatir aku bisa mengatasinya." Kata Tobirama. "Ini selesaikan dokumen-dokumennya. Aku pergi."

"argh...aku tidak mau. Malas sekali aku..." Kata Hashirama dengan malasnya.

"Cepat kerjakan! Aku tidak akan mentolerir kalau dokumen ini tidak kau selesaikan hari ini juga pemalas." Kata Tobirama keras.

"Kau tidak manis sekali Tobi-chan." Kata Hashirama merajuk.

Mata Tobirama berkedut mendengar perkataan Hashirama, ingin sekali menghajarnya tapi ada hal yang harus dia kerjakan daripada berdebat dengan kakaknya yang pemalas itu.

...

Keesokan harinya Hashirama, Tobirama dan beberapa prajurit meninggalkan desa mereka menuju lembah kematian untuk bertemu dengan Klan Uchiha. Hanya butuh waktu tidak sampai 1 hari untuk sampai di lembah kematian. Disana mereka mendirikan beberapa tenda untuk digunakan untuk beristirahat, dan 1 tenda besar untuk dijadikan tempat pertemuan.

Dihari yang sama, rombongan Uchiha pun datang. Mereka pun menyiapkan beberapa tenda untuk beristirahat. Saat itu, Hashirama mendatangi Madara yang sedang duduk di pinggir lembah.

"Yo, apa kabarmu Madara?" Tanya Hashirama

"Hn." Jawab Madara.

Terkadang Hashirama tidak memahami bahasa yang Klan Uchiha katakan. Apa sebenarnya arti kata 'Hn', bukankah lebih baik menjawab pertanyaannya dengan 'kabarku baik' atau 'biasa saja' atau 'itu bukan urusanmu'. Hashirama hanya menggeleng seraya mendesah lelah.

"Baiklah..kita bertemu besok. Aku tunggu kau di tempatku." Dengan begitu Hashirama pergi.

Madara yang tidak menyangka Hashirama pergi hanya menatapnya pergi. Biasanya Hashirama akan mengoceh meski dirinya sering tidak menggubrisnya tapi hanya sekali 'Hn' darinya Hashirama pergi. Tapi, hal itu lebih baik karena Madara ingin sendiri dan memikirkan kembali perdamaian ini.

Malam mulai menelisik masuk, perapian mulai dinyalakan dan makanan pun mulai dibagi. Madara menatap makanannya dengan tidak selera. Izuna yang melihatnya hanya membiarkannya kakaknya seperti itu karena itu artinya ada banyak hal yang kakaknya itu pikirkan sekaligus.

Madara meninggalkan tempat perjamuan dan kembali ke tendanya untuk tidur dan malam itu dia pun bermimpi.

Madara berada dalam sebuah pertempuran antara dirinya dan Hashirama. Banyak mayat bergelimpangan baik dari pihaknya ataupun dari pihak Senju. Di tempat yang tidak jauh dari tempatnya berada, dia bisa melihat adik kesayangannya bertarung dengan Tobirama.

"Hei, apa yang kau lihat?lawanmu adalah aku jadi fokuslah padaku." Kata Hashirama

Tapi, perkataan Hashirama seperti biasa tidak dia gubris, dia lebih tertarik dengan pertempuran adiknya. Awalnya Izuna dapat menangkis serangan dari Tobirama bahkan membuatnya jatuh terjerembab dan ketika Izuna menghunuskan pedangnya tanpa dia sangka, Tobirama pun sedang menghunus pedangnya dan dengan kecepatan kilat Tobirama berhasil melukai Izuna.

Madara tercekat melihat pertempuran itu. "Tidak, tidak, tidak mungkin. IZUNA..." Madara berlari ke arah Izuna yang terluka. Darah keluar dari mulutnya, dan luka sabetan pedang mengenai perutnya. Seketika itu, Izuna tidak bernyawa meski berkali-kali Madara memanggilnya namun tidak ada jawaban.

Madara terbangun dengan nafas terengah-engah, peluh yang membasahi tubuhnya membuat rambutnya melekat di wajahnya.

"Syukurlah itu semua hanyalah mimpi." Madara pun turun dari tempatnya tidur dan berjalan ke arah tenda Izuna berada. Disana dia melihat adiknya yang sedang tertidur terlihat dari gerak dadanya yang naik turun.

Malam itu, Madara tidak bisa memejamkan matanya, takut mimpi itu akan datang dan menghantuinya hingga pagi menyapanya.

Sinar matahari menelusup menghangatkan wajahnya yang kusut. Izuna datang menghampirinya.

"Kakak, waktunya pergi." Kata Izuna

Mereka yang terdiri dari Madara, Izuna, Naori dan Hikaku bergerak ke arah dimana Hashirama berada dan menyelesaikan perjanjian perdamaian ini.

Sesampainya disana mereka berempat disambut oleh Hashirama dan Tobirama. Seperti biasa, Hashirama menyambutnya dengan hangat.

"Mari..mari masuk. Kami sudah menyiapkan makanan untuk kalian." Kata Hashirama dengan senyum yang tidak pernah lepas dari mulutnya itu.

"Tidak perlu berbelit belit Hashirama. Sebaiknya kita mulai saja, lebih cepat lebih baik." Kata Madara

"Baiklah.." Kata Hashirama seraya mempersilahkan tamunya duduk. "Aku telah menerima nama-nama yang kau ajukan untuk pernikahan ini. Awalnya aku pikir, namamu ada dalam perdamaian ini karena aku sendiri yang akan menikahi Naori sedangkan namamu diganti oleh Izuna, maka kami tidak bisa menikahkan dia dengan Toka yang berusia jauh di atas Izuna karena itu kami akan menikahkan Izuna dengan Tobirama." Kata Hashirama.

1 detik, 2 detik, 3 detik tidak ada reaksi dari Madara lalu dalam detik ke empat, Madara berdiri saking terkejutnya.

"Apa kau sudah gila?aku tahu kegilaanmu Hashirama tapi aku tidak menyangka hal ini. Aku tidak mungkin menyerahkan adikku untuk menikah dengan adik albinomu yang brengsek itu." Kata Madara seraya menatap benci Tobirama.

Hashirama sudah sangat yakin hal ini adalah reaksi dari Madara yang cinta mati pada adik kesayangannya itu. Tidak hanya itu saja, 3 Uchiha yang lain pun terperangah mendengarnya meskipun Uchiha terkenal dengan wajah stoic nya namun pernikahan Izuna dan Tobirama mampu membuatnya bereaksi seperti itu sungguh pemandangan yang jarang. Namun, yang lebih di pikirkan Hashirama adalah bagaimana caranya menjelaskan ini pada Madara.

Namun, saat akan menjelaskan hal ini pada Madara, Izuna memotongnya.

"Aku menerimanya." Kata Izuna yang menatapnya lekat dan minim ekspresi.

Dan untuk kedua kalinya, ketiga Uchiha itu pun dibuat terperangah.

"Otouto, jangan bertindak tergesa-gesa." Kata Madara

"Aniki, ini adalah cara mereka untuk mengikatmu tidak hanya tangan tapi juga kakimu. Dengan mengajukan syarat ini, maka kau akan tidak bisa melakukan apapun yang bisa menyebabkan perjanjian perdamaian ini batal. Bukankah begitu Senju-sama?" Tanya Izuna

Kini Hashirama lah yang terperangah karena perkataan Izuna yang blak blakan dan Hashirama hanya bisa mengangguk.

"Kalau kau punya syarat, aku pun juga sama Hashirama." Kata Madara yang di iyakan oleh Hashirama. "Setelah kau menikah dengan Naori, maka kau akan tinggal bersama kami bukan sebaliknya karena aku menyetujui Izuna untuk tinggal bersama adikmu itu. Aku rasa ini adalah penawaran yang adil."

Tanpa berkata banyak lagi Hashirama menyetujuinya dan ketika Tobirama hendak mengatakan ketidaksetujuannya Hashirama membelalakkan matanya, memberinya peringatan.

Selain membicarakan tentang pernikahan, mereka pun membicarakan tentang kerjasama perdagangan, batas wilayah dan kedaulatan masing-masing negara.

"Semuanya sudah kita bicarakan. Pernikahan akan diselenggarakan 2 minggu dari hari ini dan per hari ini juga kerjasama antar negara akan berlaku dan kita akan saling membantu apabila salah satu dari kita diserang oleh negara lain." Kata Madara yang di angguki oleh Hashirama.

Tanpa menunggu lama, ke empat Uchiha itu pun meninggalkan tenda Senju dan kembali ke negara mereka untuk segera mempersiapkan acara pernikahan itu.

Setelah Uchiha pergi, Tobirama mencegah kakaknya yang hendak keluar tenda.

"Kakak, kenapa kau dengan mudah menyetujuinya?menyetujui kalau kau akan pindah ke negara mereka. Lalu bagaimana dengan negara kita?Siapa yang akan menjadi pemimpin kita?" Tanya Tobirama

"Izuna sudah mengatakan semuanya tadi bahwa dia dengan sangat mudah membaca strategi kita agar Madara tidak berbuat yang tidak-tidak yang bisa membatalkan perjanjian perdamaian ini dan ketika mereka meminta hal yang sama padaku, bagaimana mungkin aku tidak setuju?mereka dijuluki jenius bukan tanpa alasan. Lalu mengenai pemimpin, aku serahkan semuanya padamu. Aku yakin kau bisa menjalankan negara kita dengan baik." Kata Hashirama seraya menepuk pundak Tobirama. "Ayo kita segera meninggalkan tempat ini, kita juga harus menyiapkan acara pernikahan kita dan perpindahan pimpinan."

Tobirama menunduk. Kali ini dia kalah 1 langkah dari Uchiha tapi akan masih banyak cara untuk mengalahkan Uchiha terutama membuat Madara Uchiha merana.

xxx

Masing-masing negara sedang sibuk dengan persiapan pernikahan pemimpin mereka.

Di Negara Senju

Hashirama sibuk ke sebuah toko baju dimana dia akan membeli sepasang baju pengantin untuk dirinya dan adiknya karena adiknya yang terlalu sinis itu lebih memilih menyelesaikan dokumen-dokumen negara dibanding mengurus pernikahannya nanti.

Dalam waktu 2 minggu itu, dia sempatkan untuk menemui Naori dan mengajaknya untuk mengukur baju yang akan dia pakai untuk pernikahannya nanti dan tidak hanya itu, Hashirama baru mengetahui bahwa Naori adalah Uchiha yang tidak hanya memberinya kata 'Hn' padanya. Hashirama begitu mengagumi Naori yang begitu pintar, tipikal Uchiha, tapi begitu nyaman diajak bicara dan Hashirama begitu bahagia.

Berbeda dengan Izuna, dia bahkan sepertinya tidak terlalu antusias dengan pernikahannya. Bahkan dia sama sekali tidak menolak saat diberitahu bahwa nantinya dia yang akan menggunakan kimono putih yang biasa digunakan oleh seorang wanita menikah. Hashirama sungguh tidak bisa membayangkan bagaimana kehidupan adiknya dan Izuna nantinya. Mereka berdua sama-sama type orang yang acuh tak acuh. Membayangkannya saja membuat kepala Hashirama pening.

Dibandingkan dengan persiapan pernikahan, Tobirama lebih antusias dengan urusan negara meskipun dia menolak untuk menjadi pimpinan negara dan hanya mengganti sementara posisi Hashirama, terkadang ingin sekali Hashirama menjitak atau apapun agar adiknya itu lebih memikirkan soal masa depannya nanti.

Di Negara Uchiha

Mereka mulai membuat hiasan pernikahan mulai dari jalan hingga kuil yang nantinya akan dijadikan tempat untuk upacara pernikahan perdamaian itu. Namun, kemeriahan itu tidak membuat hati Madara tenang mengingat mimpinya tentang Tobirama yang melukai adiknya bahkan sampai membuat adiknya meninggal. Madara berusaha meyakinkan dirinya bahwa mungkin dengan cara ini, mimpi itu tidak akan menjadi kenyataan dan adiknya akan selalu bersamanya.

"Apa yang aniki pikirkan?" Tanya Izuna membuyarkan lamunannya.

"Memikirkanmu otouto. Memikirkanmu yang akan pergi meninggalkanku disini, kau jauh dariku apalagi harus hidup bersama dengan si Senju brengsek itu." Kata Madara

"Tapi kalau tidak seperti itu maka perdamaian ini tidak akan terjadi aniki. Bukankah yang lebih penting dari segalanya adalah kita menghentikan segala penderitaan, kesengsaraan akan perang yang kita sendiri tidak tahu penyebabnya. Kita sudah menghabiskan hidup ini dengan begitu banyak kesedihan karena kehilangan dan kita akan mengubahnya dengan pengorbanan kita." Kata Izuna

"Tapi aku akan kehilanganmu otouto." Kata Madara

"Kau masih bisa mengunjungiku nanti. Ne aniki?" Kata Izuna seraya memeluk erat kakaknya itu.

"Tapi kita tidak tahu seperti apa karakter Senju berengsek itu. Aku sama sekali tidak percaya padanya. Apalagi aku bermimpi buruk tentang dia dan kau otouto."

"Mada-nii, kau mimpi apa?"

Madara menceritakan tentang mimpinya dimana Izuna terlibat pertarungan dengan Tobirama dan dalam pertarungan itu, Tobirama berhasil mengalahkan Izuna bahkan membuatnya terbunuh dalam duel itu. Izuna yang mendengarnya hanya diam seraya memanggut manggutkan kepalanya.

"Mada-nii, dia nantinya adalah suamiku bukankah mungkin dengan begini dia tidak akan menyakitiku atau bahkan membunuhku?Kalau pun benar, aku rasa dengan tidak menjalankan syarat perdamaian ini maka kemungkinan aku bertemu dengannya di medan perang semakin besar itu artinya kemungkinan aku bertarung dengannya semakin besar dan berarti bisa saja mimpimu jadi kenyataan."

Madara terdiam, dia sungguh tidak ingin otouto tercintanya itu menikah dengan senju sialan itu. Seandainya saja saat itu, dia tidak menyetujui saran Izuna maka saat ini dirinyalah yang akan menikah dengan Senju sialan itu tapi bukan dengan Tobirama tapi dengan Toka. Madara yakin perubahan nama Toka menjadi Tobirama karena mereka melihat nama dirinya tidak ada dalam syarat pernikahan itu sedangkan pimpinan mereka Hashirama ikut dalam perjanjian perdamaian ini.

"Jangan merasa bersalah ataupun menyesal. Tidak usah berkata apa-apa lagi. Aku tahu benar apa yang ada dalam kepalamu Mada-nii."

"Tapi aku akan merindukanmu otouto. Bagaimana aku bisa hidup tanpamu?"

Izuna bergidik ngeri melihat tingkah Madara yang alay. Tidak ada yang tahu kalau Madara menjadi manja saat bersama dengan dirinya, Madara yang mereka kenal adalah orang yang dingin, sinis, kejam, tidak berperasaan.

"Aku pergi dan hentikan sikapmu yang seperti itu Mada-nii."

Madara hanya bisa melihat punggung adiknya yang mulai menjauh dan menghilang di balik tembok rumah mereka. Madara mulai merasakan kesepian dalam hidupnya, dengan perginya Izuna tidak ada lagi yang akan merawatnya dan memperhatikannya karena itulah dirinya hanya bisa mendesah lelah.

Namun, tiba-tiba sebuah ide muncul dari dalam otaknya yang kata orang jenius itu dan dengan seringainya yang mengerikan Madara terkekeh persis seperti penjahat yang telah menemukan ide jahat yang bisa dipastikan anti gagal dan saat itu juga Madara pun menjalankan rencananya.

...

Pernikahan pun berlangsung. Mempelai pria telah memasuki wilayah negara Uchiha dengan membawa beberapa kereta yang berisi pernak-pernik pernikahan dan beberapa prajurit pengawal.

Hashirama dan Tobirama terlihat memakai hakama hitam yang biasa digunakan untuk upacara pernikahan. Senju bersaudara itu terlihat gagah, tak sedikit gadis-gadis Uchiha iri karena bukan mereka yang menjadi bagian dari pernikahan perdamaian ini. Mereka berdua disambut dengan meriah karena dengan dilangsungkan pernikahan ini maka perdamaian pun terjadi, tidak ada perang, tidak ada kesedihan, tidak ada penderitaan dan kehilangan. Rakyat negara Uchiha menyambut baik pernikahan ini.

Rombongan pun sampai di sebuah kuil yang terletak di tengah kota. Hashirama dan Tobirama turun dari kudanya dan berjalan ke dalam kuil. Disana mereka disambut oleh para tetua dan juga dua pengantin yang tampak anggun dengan kimono putih yang ditutup dengan kerudung berwarna senada. Upacara pun dimulai.

Senju bersaudara merasa penasaran dengan bagaimana wajah calon suami mereka nanti, khususnya Hashirama, karena kerudung yang mereka pakai tidak seperti kerudung pada umumnya, mereka benar-benar tidak bisa melihat wajah pengantin mereka.

Dua pasang pengantin berdiri di tengah dimana tetua, kerabat berkumpul waktu itu dengan di iringi lagu kiyari sedangkan pendeta memimpin doa untuk para leluhur agar direstui pernikahan itu. Lalu secara bergantian Hashirama mengucapkan sumpah pernikahan mereka yang kemudian di susul oleh Tobirama, kemudian meminum anggur dari cawan yang sudah disiapkan sebanyak 3 kali yang kemudian diulang lagi sebanyak 3 kali. Setelah melakukan janji setia pernikahan di depan para dewa, mereka sah menjadi pasangan.

Hashirama membuka kerudung yang menutup pengantinnya itu betapa terkejutnya dia mendapati bukanlah Naori yang ada di hadapannya melainkan Madara, ya Madara Uchiha dengan memakai kimono putih telah memperdaya semua orang yang ada disana.

"Madara?!" Hashirama tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya.

Tobirama yang berada tak jauh darinya pun hanya bisa melongo tak percaya.

1 hari sebelum pernikahan

Madara yang melihat Izuna pergi dari hadapannya tidak bisa menyembunyikan rasa kesepiannya tanpa otouto tercintanya itu, hingga akhirnya otaknya yang jenius bekerja dengan sendirinya yang akhirnya menelurkan sebuah ide dimana dia nantinya setelah kepergian Izuna, dia tidak akan kesepian.

Madara bergegas keluar dari rumahnya dan berjalan cepat ke arah rumah Naori Uchiha. Disana dia bertemu dengan Naori yang sedang duduk tenang menikmati sorenya seraya menyeruput teh hijau kesukaannya.

"Madara-sama, apa yang membuat dirimu datang kemari?"

Naori yang melihat kedatangan Madara, meletakkan cangkir tehnya seraya mempersilahkan Madara masuk.

"Aku ingin memberitahumu kalau kau tidak perlu terbebani lagi dengan permikahan perdamaian ini. Aku sudah memutuskan kalau aku yang akan melakukannya sendiri."

Naori yang merasa tidak antusias dengan pernikahannya hanya mengangguk menyetujui keputusan Madara. Sekalipun dia antusias, rasanya dia tetap memilih mematuhi perintah dari pemimpinnya itu.

"Kau menerima begitu saja?Kau tidak ingin tahu apa alasanku?"

"Hn." Naori menggeleng.

"Baiklah kalau begitu, ada banyak hal yang harus aku lakukan."

Madara pun pergi meninggalkan rumah Naori dimana Naori melanjutkan aktifitasnya meminum teh di sore hari yang tenang. Tidak Madara sangka, rencananya berjalan dengan mulus.

Dalam perjalanannya ke tukang jahit, dia bertemu dengan Hikaku dan Madara pun menjelaskan rencananya kepada Hikaku.

"Apa Anda yakin Madara-sama?"

"Hn. Senju berengsek itu telah dengan sengaja mengajukan namanya agar bisa merampas Izuna dariku karena itulah rencana ini harus berhasil karena aku akan membalas rencananya itu."

Madara merahasiakan alasan sebenarnya dirinya menjalankan rencana ini meskipun baru dia sadari alasan membalas rencana Tobirama terdengar begitu logis dibanding alasannya yang pertama. Kehilangan Izuna berarti dirinya kesepian dan Madara tidak ingin hanya dirinya saja yang mengalaminya, tidak bisa tidur karena otouto tercintanya bersama si berengsek Senju dan kesepian setidaknya si berengsek Senju juga merasakan apa yang dia rasakan karena kakaknya ada bersama Madara dan sekali lagi Madara terkekeh.

Hikaku menatap Madara aneh.

"Lalu apa yang akan Anda lakukan selanjutnya?"

Madara pun mengajak Hikaku ke tukang jahit untuk menjahitkan kimono putih untuknya dan menceritakan kelanjutan rencananya saat perjalanan ke arah tukang jahit.

Sesampainya disana, Kawamura Uchiha terkejut mendengar perubahan itu namun karena permintaan pemimpin negara, dirinya hanya bisa berusaha sebaik-baiknya agar bisa menyelesaikan jahitannya.

"Aku ingin penutup kepala itu menutupi bagian wajahku dan Izuna jadi mereka tidak akan mengetahui rencana ini."

Para tetua Uchiha shock melihat Madara melakukan rencana itu tanpa sepengetahuan mereka, tidak hanya tetua Uchiha, shock itu pun melanda para tetua Senju yang masih tidak memahami apa yang sebenarnya terjadi.

"Apa-apaan ini?Apa kalian ingin mempermainkan kami?" Tanya salah satu tetua.

Sebelum Madara menjawab, Hashirama memotongnya.

"Saya rasa tidak ada yang perlu ditakutkan bukankah ini bagus akhirnya Madara menjadi bagian inti dari perdamaian ini."

"Hashi-nii, dia sengaja melakukan itu karena aku."

"Heh, aku tidak akan membiarkan hanya diriku saja yang merasakan kesepian karena ditinggal oleh satu-satunya saudara dan selalu merasa khawatir."

"Aku sama sekali tidak khawatir padanya atapun akan merasa kesepian karena kepergiannya dan hidup bersamamu. Aku tidak peduli."

"Tobi-chan, kau melukai perasaanku." Hashirama berkata seraya nangis buaya.

Tobirama menahan amarahnya karena kakak idiotnya berlaku memalukan.

"idiot." Kata Izuna yang akhirnya bicara.

"Mada-chan, sepertinya rencanamu tidak terlalu berhasil."

"Kenapa kau malah nyengir-nyengir kegirangan bodoh. Apa kau tidak merasa tertipu karena aku sudah menggantikan Naori?"

"Bagiku siapa saja tidak masalah, asalkan perdamaian ini menjadi kenyataan."

"Tsk."

Madara kesal dan bertambah kesal ketika Tobirama membuka kerudung Izuna dan mencium bibir adiknya itu. Matanya membulat seakan tak percaya apa yang telah terjadi, seakan-akan Tobirama mengejeknya dengan adegan ciuman yang terasa lambat bagi Madara.

"Apa yang kau lakukan pada otoutoku cabul?" Madara mencak-mencak bak orang kesetanan.

Hashirama menahan Madara yang sudah bersiap berlari ke arah Tobirama untuk menghajarnya.

"Lepaskan aku, dia harus membayar apa yang sudah dia lakukan pada Izuna-ku. Dia sudah membuat Izuna-ku ternoda karena kecabulannya."

Hashirama kemudian berbisik ke telinga Madara dan dalam sekejab Madara terdiam, rona merah menghiasi pipinya.

Tobirama yang melihat tingkah antik Madara hanya tertawa mengejek.

"Idiot." Katanya lirih seraya menggandeng Izuna meninggalkan kuil dan beranjak ke aula pertemuan dimana pesta pernikahan di adakan tanpa menyadari tidak hanya Madara yang merona, tapi pria yang telah resmi menjadi pasangannya ini pun tengah merona.

Tbc..

A/n: Fic pertama dengan pair TobiIzu yang jarang ada. So, kalau ada yang perlu diperbaiki baik dari segi bahasa, penyampaian dan penulisan katakan saja. Tapi, aku tidak akan mengubah cara penulisanku, penyampaian dan bahasa yang aku pakai. Kalian boleh tunjukkan padaku apabila ada ejaan yang tidak benar, maka aku akan berusaha untuk mengubahnya.

Kalau kalian merasa mereka terlalu OOC, ya biarkanlah di cerita ini mereka OOC karena aku akan menulis sesuai dengan karakter yang aku inginkan.

Slow Update, so be patients please...

Ja Ne