.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Title: Chain of Love

Cast: Park Chanyeol & Kim Jongdae

Genre: Romance, Crime, Action

Summary: Jongdae hanya seorang guru TK biasa menjalin hubungan dengan Chanyeol, seorang detektif polisi. Semuanya berjalan dengan indah. Sampai seseorang dari masa lalu hadir kembali ke dalam hidupnya dan mengacaukan semuanya.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Maaf. Aku tidak bisa menjalin hubungan denganmu."

"...kenapa...?"

"Aku...hanya menganggapmu sebagai seorang hyung...tidak lebih..."

"...tapi aku mencintaimu...lebih dari itu..."

"Maaf hyung...aku tidak bisa..."

Disaat itulah semua bermula. Persahabatan yang mereka jalin sejak kecil harus putus begitu saja karena salah satu dari mereka menyimpan perasaan yang tidak seharusnya. Pemuda yang baru saja menolak pernyataan cinta sahabatnya itu membalikkan badannya, dia berniat pergi. Namun sebelumnya dia mengatakan sesuatu.

"Hyung, aku akan kembali ke Korea. Selamat tinggal."

Sementara pemuda yang satunya hanya bisa menatap kepergian orang yang dicintainya. Hatinya merasakan sakit yang teramat sangat, dia mencintai pemuda itu, tapi pemuda itu hanya menganggapnya sebagai hyung. Cinta memang buta. Dia mencintai sahabatnya sendiri yang berusia lima tahun dibawahnya.

Tapi pemuda itu tidak akan menyerah, hanya karena dia ditolak bukan berarti cintanya kepada pemuda itu harus terhenti.

"Aku tidak akan berhenti... Kau akan menjadi milikku, apapun yang terjadi..."

xoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxo

Enam tahun kemudian...

"Ahra! Jangan terlalu tinggi, nanti jatuh."

Seorang anak kecil tertawa senang, dia menaiki sebatang pohon, tidak mempedulikan omelan seorang pemuda yang berkacak pinggang di bawah sana.

"Saem! Lihat aku!"

Pemuda itu menggembungkan pipinya, gadis kecil itu sangat liar dan sulit di atur. "Anak nakal." Gumamnya.

"Biarkan saja Dae." Sepasang tangan kekar melingkar di perutnya, pemuda itu memekik kaget.

"Yeollie! Kau datang!" Jongdae memutar tubuhnya dan memeluk kekasihnya, Chanyeol tertawa melihat kelakuan kekasihnya.

"Kau sedang bertugas?" Tanya Jongdae saat melihat Chanyeol masih memakai jas lengkap.

"Iya, tapi tidak ada salahnya aku mengunjungi kekasihku sebentar kan?" Ucap Chanyeol, dia mengecup kening Jongdae dengan lembut. Sudah hampir seminggu mereka tidak melakukan skinship karena banyaknya tugas yang harus Chanyeol selesaikan. Jongdae tersenyum manis, dia menatap wajah tampan kekasihnya.

"Chanyeol Oppa! Tangkap aku!" Chanyeol melihat seorang gadis kecil yang akan menjatuhkan tubuhnya dari atas pohon, dengan sigap Chanyeol menangkapnya.

"Ahra, itu berbahaya." Ahra tertawa-tawa kecil, Chanyeol menurunkan gadis itu, Ahra langsung berlari ke arah teman-temannya.

"Anak kecil melakukan sesuatu untuk menarik perhatian orang disekitarnya, mereka membutuhkan kasih sayang." Ucap Jongdae, dia tersenyum manis melihat anak-anak yang bermain dengan riangnya.

"Sebenarnya aku akan memberikan ini padamu." Chanyeol mengambil secarik kertas dari sakunya dan memberikannya kepada Jongdae. Jongdae membaca brosur tersebut.

"Waspada penculikan anak di bawah umur. Apa mungkin ini kasus yang sedang kau tangani, Yeollie?"

"Iya, sudah ada tiga anak yang menjadi korban. Kau harus waspada, mereka mengincar anak-anak TK."

"Baiklah, aku akan lebih ketat lagi mengawasi mereka. Terimakasih Yeollie."

"Ya... Terkadang aku berfikir untuk apa kau yang repot?" Chanyeol memperhatikan anak-anak yang sedang bermain. Jongdae tersenyum manis, dia menyilangkan tangan di depan dada dan menyenderkan tubuhnya di batang pohon.

"Tentu saja karena aku adalah guru mereka. Guru adalah orangtua kedua bagi seorang murid, mereka memiliki tanggung jawab yang sama seperti orangtua. Yaitu mendidik dan mengawasi muridnya." Jelas Jongdae. Chanyeol mendekatkan dirinya dengan Jongdae, hingga Chanyeol memerangkap tubuh yang lebih kecil darinya, mata tegas yang teduh menatap mata lembut yang indah.

"Karena itulah kau menjadi seorang guru TK?" Tanya Chanyeol.

"Ya. Melihat senyuman anak-anak tidak berdosa membuatku sangat senang."

"Kalau melihat senyuman anak-anak kita?"

Jongdae tertawa kecil dan memukul dada Chanyeol, "Jangan gombal."

"Aku serius, bagaimana kalau melihat senyuman anak-anak kita? Bukankah itu lebih menyenangkan, hm?" Chanyeol mencolek dagu Jongdae.

"Menjauh dariku ." Jongdae menepis tangan Chanyeol, dia bukan membenci sentuhan Chanyeol, tapi dia mudah merasa geli.

"Jawab aku dulu tuan putri." Chanyeol masih gigih mengganggu kekasihnya bahkan sampai memeluknya seperti memeluk boneka beruang. Mereka terus bergurau sampai tidak sadar kalau murid TK sudah masuk ke dalam kelasnya.

"Aku harus masuk kelas. Lepaskan aku Yeollie." Jongdae mendorong kepala Chanyeol yang begitu dekat dengan lehernya.

"Tapi aku masih ingin memelukmu Daeeee~" Chanyeol mengeratkan genggaman tangannya di pinggang Jongdae, bibirnya maju untuk mencium Jongdae, namun sebuah telapak tanganlah yang menghantam wajahnya.

"Jangan mesum. Banyak anak kecil disini." Ucap Jongdae datar.

"Jongdae ~ ayolah sayang, sekali saja, chuuu~" Chanyeol memanyunkan bibirnya lebih maju, membuat wajah tampannya terlihat konyol. Jongdae hanya tertawa melihat wajah kekasihnya. Dia kembali menutup mulut Chanyeol dengan telapak tangannya.

"Kalau aku tidak mengenalmu aku pasti sudah mengira kau akan memperkosa kekasihmu sendiri, Park." Sebuah suara menginterupsi kegiatan Chanyeol untuk mendapatkan ciuman dari Jongdae. Jongdae yang mengenal si pemilik suara mendorong tubuh Chanyeol secara refleks.

"Annyeong Suho hyung, lama tidak bertemu." Jongdae membungkukkan badannya. Jongdae begitu menghormati Suho karena dia adalah sosok yang berwibawa dan juga lebih tua.

"Jarang-jarang aku bisa melihatmu, Jongdae. Bagaimana kabar dongsaeng kesayangan hyung ini?" Suho memberikan angel smile andalannya.

"Aku baik-baik saja Suho hyung."

"Baguslah, jaga kesehatan ne? Dan Chanyeol, aku rasa kau tadi bilang hanya sepuluh menit, tapi kenapa sampai hampir setengah jam?" Ucap Suho masih dengan senyumannya, tapi dengan aura yang berbeda saat berbicara dengan Chanyeol.

Chanyeol hanya tertawa canggung dan menggaruk tengkuknya. "Maaf hyung, aku lupa waktu jika sudah bersama Jongdae."

"Cepat selesaikan urusanmu, kita harus segera kembali ke markas." Ucap Suho, dia mengedipkan sebelah mata kepada Chanyeol. Menyuruhnya untuk segera melakukan sesuatu, Chanyeol kembali tersenyum lebar.

"Ada yang ingin kau katakan padaku Yeollie?" Tanya Jongdae saat Suho sudah menghilang dari pandangan mereka.

"Ingat besok hari apa?" Chanyeol malah bertanya balik.

"Hari rabu. Kenapa?" Jawab Jongdae polos.

"Jongdae..."

"Hehehe, iya aku ingat. Besok hari anniversary kita yang ke tiga tahun, kau ingin apa?" Jongdae memainkan jarinya di dasi Chanyeol, terlihat jelas bahwa dia gugup.

"Hmm..." Chanyeol pura-pura berpikir, "Belum terpikirkan, aku akan datang lagi ke sekolah, besok kau akan tahu apa yang aku inginkan." Chanyeol mengangkat dagu Jongdae untuk menatapnya.

"Untuk sekarang, aku ingin hadiah kecilku." Chanyeol tersenyum manis, dia menatap mata kekasihnya. Jongdae mengerti maksud Chanyeol, dia tertawa kecil kemudian menutup matanya.

Bibir keduanya bertemu dalam kecupan ringan, senyuman manis terpatri di wajah sepasang kekasih yang tengah kasmaran. Chanyeol menekan bibirnya sedikit kuat, tangannya melingkar posesif di pinggang Jongdae, selama seminggu tidak memeluk kekasihnya membuatnya sangat merindukan pelukan mereka. Chanyeol tidak pernah memaksa Jongdae untuk melakukan lebih dari ciuman ringan, dan Jongdae merasa sangat beruntung memiliki kekasih seperti Chanyeol.

Chanyeol melepas pelukannya, dia beralih mencium kening Jongdae. "Sampai jumpa besok..." Bisiknya.

"Um... Hati-hati..." Balas Jongdae. Chanyeol berjalan menjauhi Jongdae, dia berjalan dengan senyuman lebar ke mobil Suho yang sudah menunggunya. Sementara Jongdae masih berdiri di tempatnya semula, dia tersenyum sendiri saat jarinya menyentuh bibirnya yang masih terasa hangat.

xoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxo

Baekhyun ingin sekali menghantam kepala sahabatnya dengan berkas perkara setebal lima senti yang sedang dipegangnya.

"Park Chanyeol, aku bersumpah akan menghantam kepalamu jika kau tersenyum seperti itu lagi."

Chanyeol tidak menghiraukan ucapan Baekhyun. Dia kembali tersenyum menatap kalender yang dilingkari pena merah di salah satu tanggalnya.

"Tidak terasa sudah tiga tahun aku menjalin hubungan dengannya."

Baekhyun memutar matanya jengah, dia kembali memelototi deretan huruf di lembaran-lembaran kertas.

"Baek, menurutmu dia akan suka dengan hadiahnya?" Chanyeol menatap kotak kecil di meja kerjanya, dia kembali tersenyum dreamy. Baekhyun yang melihatnya meringis jijik.

"Kurasa kau akan menakutinya dengan senyuman menjijikkan itu." Chanyeol tidak menghiraukan hinaan Baekhyun, dia kembali membayangkan wajah kekasihnya. Chanyeol tersenyum semakin lebar. Baekhyun yang kesal langsung melemparkan pensil tepat mengenai wajah sahabatnya.

"Kau tidak akan tahu jika kau tidak mencobanya. Tapi, apa kau siap?" Tanya Baekhyun.

"Tentu saja aku siap. Aku sudah membayangkan hal ini tiga tahun yang lalu." Chanyeol menatap langit-langit ruang kerjanya. "Aku dan Jongdae...berdua..."

"Jangan mulai Park." Baekhyun menutup matanya, tangannya sudah gatal ingin melempar Chanyeol dengan benda ditangannya.

"Berdua...selamanya..."

Baekhyun benar-benar melemparnya kali ini.

xoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxo

Hari ini adalah hari yang di tunggu-tunggu oleh Jongdae. Pagi tadi dia bangun dengan lebih segar dari biasanya, senyuman terbentuk di bibirnya. Sudah tiga tahun dia dan Chanyeol menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih. Dia sudah merasakan pahit dan manis dalam perjalanan cinta mereka.

Dia sedikit nervous dengan permintaan Chanyeol setiap anniversary mereka. Yang pertama Chanyeol meminta ciuman pertama, yang kedua Chanyeol meminta Jongdae untuk bertemu keluarganya, sekarang dia sangat penasaran dengan permintaan ketiga. Jongdae tidak menginginkan hal lain selain bisa bersama Chanyeol selamanya.

Ting Tong

Jongdae baru saja mengeluarkan sepatunya dari rak saat bel pintu apartemennya berbunyi. Jongdae membuka pintunya, tapi dia tidak menemukan siapapun disana. Dia berpikir mungkin saja orang iseng. Jongdae hendak masuk kembali saat melihat sebuah rangkaian bunga mawar di lantai. Jongdae mengambilnya untuk memeriksa nama pengirimnya.

"Aaakh!" Jongdae terkejut dan menjatuhkan bunga tersebut ke lantai, tetesan darah mengalir dari telapak tangan kanannya yang tersayat, menetesi kelopak bunga berwarna merah. Jongdae terdiam dengan mata melotot, dia menatap rangkaian bunga yang melukainya. Di dalam batang bunga mawar tersebut, terdapat potongan-potongan silet yang diselipkan, ternoda oleh darahnya. Disamping rangkaian bunga terdapat sebuah kartu tergeletak bersama kelopak-kelopak mawar yang berguguran.

'Bunga mawar ini sangat indah. Lebih indah lagi jika darahmu menghiasinya.'

Jongdae buru-buru mengambil bunga itu secara hati-hati dengan tangan kirinya dan membuangnya ke tempat sampah tidak lupa dengan kartu mengerikan tersebut. Jongdae membersihkan tangannya yang terluka dan membalutnya dengan perban. Dia tidak sadar bahwa dirinya bergetar hebat. Perasaan aneh menyerang hatinya.

"Jongdae Saem, kenapa melamun?" Jongdae tersadar dari lamumannya. Dia memikirkan hal yang mengganggunya tadi pagi. Perasaannya bercampur aduk, ini adalah hal yang pertama kalinya terjadi.

Saat ini dia sedang duduk diatas rumput hijau. Hari ini dia mengajak murid-muridnya untuk belajar mengenal alam di bukit belakang sekolah mereka.

"Tangan Saem kenapa?"

Jongdae melihat telapak tangannya sendiri yang berbalut perban. "Saem tidak apa-apa, Taehyung-ie. Hanya luka kecil." Sepertinya mereka baru menyadari bahwa tangan Jongdae memakai sesuatu.

"Apakah sakit?" Taehyung menatap khawatir tangan Jongdae, Jongdae hanya tersenyum tipis. Seorang anak laki-laki berambut hitam mendekatinya. Anak itu memberikan sebatang bunga daisy kepada Jongdae. Jongdae menerimanya dengan tatapan bertanya.

"Ini untuk Saem Kookie?" Jongkook mengangguk, dia menunjuk tangan Jongdae yang luka, lalu meletakkan kedua tangan kecilnya di dada. "Supaya Saem cepat sembuh?" Jongkook mengangguk lagi. Jongdae tersenyum manis.

"Manis sekali, terimakasih banyak." Jongdae mengacak rambut hitam muridnya tersebut. Jongkook adalah salah satu muridnya yang berkebutuhan khusus, Jongkook tidak bisa bicara karena pita suaranya mengalami gangguan sejak lahir. Namun beruntung sekali teman-temannya yang lain tidak mengucilkan Jongkook karena disable.

"Saem, tolong ceritakan sesuatu untuk kami." Ahra berteriak dari belakang. Anak-anak yang lain menyetujui usul Ahra. Jongdae tersenyum, dia menyuruh mereka untuk duduk dihadapannya, mereka menurut dan duduk mengelilingi Saem mereka.

"Alkisah pada suatu desa kecil, ada seorang gadis kecil penjual bunga. Setiap hari dia pergi ke sebuah bukit untuk memetik bunga-bunga yang cantik. Bunga yang ia petik selalu ia jual ke seorang penjual bunga seharga sepuluh keping perak. Uangnya ia gunakan untuk menambah keuangan keluarganya yang miskin."

"Suatu hari ia bertemu dengan seorang anak laki-laki yang terluka dan menangis. Gadis kecil itu mengobati lukanya dan menyanyikan sebuah lagu untuknya. Anak laki-laki itu sangat senang dan mereka menjadi sahabat. Setiap hari mereka bertemu di bukit, mereka tertawa bersama, bermain bersama, mereka semakin dekat."

"Namun suatu hari anak laki-laki itu tidak datang ke bukit, gadis itu tetap menunggunya hingga sore hari, namun anak laki-laki itu tetap tidak datang. Begitupun hari-hari berikutnya. Anak laki-laki itu tidak pernah datang lagi. Gadis kecil itu sangat sedih, namun dia tetap menunggu anak laki-laki itu dengan setia."

"Hingga tahun demi tahun berlalu. Gadis itu beranjak dewasa. Ia menjadi seorang gadis yang cantik jelita. Suatu hari di musim semi gadis itu datang lagi ke bukit, ia bertemu dengan seorang pemuda tampan. Ternyata pemuda tampan tersebut adalah teman masa kecilnya. Pemuda itu adalah seorang bangsawan, dia sangat sibuk hingga tidak sempat menemui si gadis."

"Pemuda itu jatuh cinta pada si gadis sejak mereka bertemu untuk pertama kali. Pemuda melamar si gadis yang langsung diterima olehnya. Si pemuda membawa gadis itu ke rumahnya untuk di kenalkan kepada keluarganya. Mereka akhirnya menikah di musim gugur. Keluarga si gadis tidak hidup dalam kemiskinan lagi, mereka menjadi keluarga yang bahagia. Si gadis merasa sangat bahagia. Penantiannya selama beberapa tahun berbuah manis. Mereka hidup bahagia selamanya."

"YAAAY!" Anak-anak bersorak gembira setelah Jongdae selesai bercerita. Jongdae tertawa kecil melihat antusias mereka.

"Cerita yang menarik." Mereka menolehkan kepala ke arah samping. Seorang pemuda berdiri dengan senyuman lebar dan bertepuk tangan. Di sebelahnya ada seorang wanita paruh baya yang tertawa kecil.

"Anak-anak, sekarang waktunya pulang." Ucap wanita paruh baya tersebut. Murid-murid TK yang berjumlah 22 siswa bergegas berdiri. Jongdae menyuruh mereka untuk berbaris dengan rapi supaya Jongdae lebih mudah mengabsen mereka.

"Yoon Jeonghan...ok, lengkap. Baiklah semuanya, ayo kembali ke sekolah. Berbaris yang rapi, jangan saling mendahului ataupun mendorong." Jongdae menuntun mereka dengan sabar. Mereka cukup sulit untuk diam. Terutama Taehyung dan Jimin yang terus rebutan untuk memegang tangan Jongkook.

"Jongdae-ya, biar aku yang mengurus mereka. Chanyeol punya sesuatu yang ingin diucapkan padamu." , kepala sekolah tempatnya mengajar, tersenyum kecil padanya. Jongdae membungkukkan badannya, berterimakasih kepada wanita itu.

Setelah murid-murid cukup jauh berjalan di jalan setapak, sepasang tangan kekar melingkar di pinggangnya. Chanyeol meletakkan dagunya di pundak Jongdae. Jongdae menutup matanya, dia meletakkan tangannya di atas tangan Chanyeol, menepuk-nepuknya.

"Aku merindukanmu Dae..." Bisik Chanyeol di telinga kekasihnya, Jongdae tertawa geli. Dia membalikkan badannya menghadap Chanyeol.

"Kita baru saja bertemu kemarin Yeollie." Jongdae mengelus pipi Chanyeol yang berisi. Dia mengerutkan keningnya saat melihat pipi kekasihnya terdapat lebam. "Ini kenapa?"

"Oh, hanya luka kecil. Aku hanya sedikit beruntung Baekhyun tidak sedang memegang batu." Jawab Chanyeol saat mengingat penyebab lebam tersebut. "Lalu tanganmu sendiri kenapa?" Tanya Chanyeol saat menyadari tangan kanan Jongdae berbalut perban.

"Aku tergores pecahan kaca pagi ini. Lukanya tidak besar, hanya goresan kecil." Jawab Jongdae, dia masih ragu untuk menceritakan hal yang sebenarnya terjadi.

"Apakah sakit?" Chanyeol menggenggam tangan kanan Jongdae dengan lembut, mata mereka saling bertemu. Jongdae bisa merasakan bahwa tatapan yang di berikan oleh Chanyeol adalah tatapan penuh cinta dan kasih sayang.

"Jongdae, sudah tiga tahun kita bersama. Hari ini aku sudah memantapkan hatiku. Aku memiliki satu permintaan untukmu." Chanyeol berlutut, dia menggenggam tangan kanan Jongdae. Jongdae merasakan jantungnya berdetak kencang, hampir meloncat dari tempatnya.

"Kim Jongdae, maukah kau menikah denganku?"

Jongdae menutup mulutnya tidak percaya. Matanya panas, sebuah permintaan yang tidak ingin ditolaknya. Chanyeol tersenyum manis, matanya terpancar harapan.

"Maaf, aku..a..aku..." Jongdae tergagap, dia bingung harus menjawab apa.

"Aku belum bisa menjawabnya..." Jawab Jongdae, dia menundukkan kepalanya, malu untuk melihat mata Chanyeol. Chanyeol tersenyum, dia mengerti dilema yang dihadapi Jongdae.

"Tidak masalah, aku akan menunggumu." Chanyeol mengeluarkan cincin dari dalam saku celananya, cincin itu sangat indah, sederhana dengan ukiran dipinggirnya, namun tetap menarik dengan batu sapphire yang menghiasinya. "Cincin ini diberikan oleh ibuku. Cincin ini di wariskan turun temurun di keluargaku."

Chanyeol menatap mata Jongdae. "Aku ingin kau menjaga cincin ini." Chanyeol meletakkan cincin itu di telapak tangan Jongdae yang terbuka, kemudian menutupnya dan menggenggamnya erat. "Saat kau siap, pakailah cincin ini dan datang padaku. Aku akan menunggu hingga hatimu siap."

Jongdae menatap cincin ditangannya, dia tersenyum manis. Kemudian menubruk kekasihnya hingga terbaring di rerumputan. "Terimakasih, ini adalah hadiah terindah." Ucapnya.

Chanyeol tertawa-tawa senang, dia balas memeluk tubuh Jongdae yang menimpanya. "Apapun untukmu sayang..." Chanyeol mencium kepala Jongdae. Mereka terdiam dengan posisi Jongdae yang memeluk Chanyeol di rumput. Biarlah langit sudah berubah menjadi jingga kemerahan yang indah. Mereka menikmati masa indah berdua di ladang bunga yang indah. Memejamkan mata mendengar detak jantung yang saling melengkapi.

To Be Continue...

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Chapter pertama yang cheesy -_-