Hari yang suram, itulah hari ini... Bukankah ini hari yang suram?
.
.
.
Bleach : Tite Kubo punya, bukan ane punya.
Warning : AU, OOC, typo, First Pov dan lainnya.
Dont like dont read.
.
.
.
Dark Rukia Pov
Suasana yang dingin, masih menyelimuti kota tersebut sejak tadi malam. Hembusan dinginnya yang membelai tubuh sampai menarinya para dedaunan pun tak terelakkan dari hari itu. Berbagai kendaraan berlalu lalang disiang yang mendung ini. Sungguh pemandangan yang sangat monoton, tak ada menariknya sama sekali bagiku...
Langkah demi langkah kulalui, sederetan toko pun kulalui bagai tak pernah eksis dimataku. Semuanya hampa... Jalan lurus dimana kakiku melangkahlah yang paling eksis dimataku. Hanya jalan itu... jalan menuju keapartemenku.
Langit yang semula mendung, semakin menghitam... Tanda datangnya badai. Gemuruh petir mulai membahana dilangit, langkahku terhenti begitu gemuruhnya yang dashyat itu mengelegar diangkasa. Beberapa orang panik, dan berusaha mencari perlindungan dari sambaran petir ini. Itulah yang kulihat sekarang. Mereka mencoba menghindar dari maut...
'Heh... Tak ada tempat untuk menghindar.' kekehku dalam hati.
Kulihat kilatan yang berada diatasku. Mereka menari, seolah-olah tengah mencari mangsa yang tepat untuk persembahan langit.
Indah...
Itulah tanggapanku ketika melihat kilatan-kilatan cahaya yang menari dan menyambar dengan indahnya. Mereka sangat indah dimataku,
"Hei... Cepat menyingkir dari sana," teriak salah seorang wanita disampingku.
Aku menoleh kearahnya, wanita dengan rambut hijau toska yang panjangnya sepinggang. Ia mengulang kembali peringatannya itu, dan hanya sebatas senyumanlah kutanggapi peringatan tersebut. Akhirnya ia terdiam, dalam raut wajah yang mulai kepucatan, matanya terbelalak menatap kearahku. Bersama dengan kilatan putih yang menfoto kami, ia gemetar...
Bukan hal yang sulit menatapnya dengan jelas, karena aku 'bisa' menatapnya. Sejenak, semuanya berdenging dan hening ditelingaku... Sampai, sebuah kilat kulihat menuju ketempat wanita tersebut berada.
Diiringi dengan teriakan memilukan yang disertai gemuruh langit, wanita tersebut pun mati dalam keadaan hangus... bersama dengan orang-orang disekitarnya.
"Sudah kubilang tak ada gunanya menghindar bukan?" Ujarku pada seonggokan daging yang menghitam itu sambil tersenyum sebelum kembali keraut 'biasaku'.
Begitu tak ada yang menarik lagi, aku kembali menatap keangkasa yang kelihatannya puas akan kejadian itu. Kejadian dimana sekumpulan orang tewas dalam satu kilatan besar...
Hujan pun turun dengan deras sebagai penutup dari tragedi dihari itu. Sesekali gemuruh langit masih terdengar dan masih mencari mangsa untuk menyambarnya. Kupenjamkan mataku untuk merasakan setiap euforia dalam setetes hujan yang jatuh pada tubuhku. Menikmatinya, bagaikan merasakan kenikmatan tertinggi dari alam ini.
Tak peduli dengan dingin dan mencekamnya sekitaranku, yang penting aku... Menikmatinya sekarang.
Begitu, kembali kumenatap langit, semuanya memutih dan sungguh menyilaukan... Diikuti dengan suara memekakkan telinga, semuanya bagai gelombang kejut untukku. Teraliri listrik dengan jutaan volt, semuanya menjadi gelap, tanpa suara, tanpa rasa, dan semuanya benar-benar hampa.
Kosong...
Namun, terasa damai...
The end.
.
.
.
Author note : waduh... gaje amat, singkat lagi... =="
fic yang kebetulan ane buat dalam kondisi membosankan kemarin. Tiba-tiba main muncul aja dikepala ane, yah ane buat terus...
.
.
.
mind to review?
