Big Hero movie punya Disney.
Komiknya punya Marvel
Warning : Drabble, tribute fic.
.
.
.
.
.
Hiro terbangun dari mimpi yang seram. Nafasnya tersengal, ranjangnya berantakan, dan seseorang duduk di sisi ranjang—membuat Hiro terpana, terdiam tiba-tiba. Orang itu sempat mengguncang tubuh Hiro dengan wajah yang khawatir luarbiasa. Ekspresi Hiro pecah kemudian.
Sang kakak memeluknya dengan serta merta. 'cuman mimpi buruk'-bisiknya menenangkan. Hiro tenggelam dalam aroma rindu yang berkepanjangan—memang tidak ada hal yang lebih menyenangkan daripada bersandar pada rengkuhan hangat orang yang paling disayang. Entah darimana perasaan ini muncul. Ia merasa seperti kakaknya baru pergi jauh saja.
tirai kamar disingkap sang kakak. Matahari meninggi, panas. Tadashi tersenyum di pagi hari bukanlah fatamorgana. Setelah bercakap dan bercanda sejenak, mereka pun keluar dari kamar dan turun dari undakan tangga untuk sarapan bersama Bibi Cass. Ada sandwich dengan telur dan susu yang tersaji di meja. Hiro jadi ingat lelucon Fred tentang sandwich invisible—entah kenapa.
setelah merapikan penampilan, Hiro meraih ranselnya dan pamit untuk kuliah. Bibi Cass memeluknya dua kali. sementara Tadashi mendapat kecupan singkat di kening. Betapa keluarga yang bahagia.
"Hati-hati di jalan!"
Hamada bersaudara keluar dari rumah dengan senyum merekah bak roti panggang. Percakapan kecil pun mengawali hari. layaknya kakak-adik yang jarang mendapatkan waktu bersama, Tadashi bercerita banyak hal random, tetapi ia menekankan topik tentang betapa bangganya ia saat sang adik memutuskan untuk kuliah, dan Hiro tertawa lebar saja.
"Oh ayolah, sudah kubilang kuliah bersamamu di universitas ini adalah keinginanku."
Pun semua juga berkat sang kakak hebat yang selama ini mendorongnya.
"Begitu."
"Kuharap kegiatan kampus membuatmu sibuk sampai tidak sempat mengikuti pertandingan adu robot lagi."
"Percayalah. Aku pasti akan saaangat sibuk."
Tadashi tersenyum saja.
Di persimpangan Hiro melihat teman-temannya dan Fred yang menyapa dari kejauhan. Topeng naga Fred di atas kepala sangat mencolok—Hiro tak bisa tak mendengus geli saat lelaki pirang itu melakukan pose yang tidak penting di pagi ini.
"Hei, Hiro!"
tentu saja, Hiro terpancing. Ia memercepat langkah untuk mengambil jalan kanan—mengejar Fred, Wasabi, Honey dan Gogo yang meledeknya untuk berlari lebih cepat. Hiro begitu larut sampai tak sadar bahwa Tadashi yang sejak awal beriringan dengannya kini tertinggal di belakang. Pemuda itu tersenyum lapang di balik topi. Melakukan brofist sendirian—
"Bolalala."
Berjalan tenang menuju cabang jalan yang lain.
"Lho? kakak?"
barulah Hiro menyadari.
Ada yang salah dengan hari ini.
Saat ia bangun dari ranjang untuk yang kedua kali, dan ada Baymax di sampingnya. Menganalisa kondisi Hiro di pagi yang indah, tapi kelabu.
.
.
.
Fin
A/N : tiba-tiba "bolalala" tidak lagi terdengar lucu setelah Tadashi yang mengucapkannya
