Satu bulan sekali di setiap hari minggu, jika mereka tidak ada rencana untuk pergi berlibur ini lah yang selalu mereka lakukan.
Bersih-bersih rumah.
Bukan, bukannya mereka hanya membersihkan rumah hanya jika sempat. Tapi ketahuilah, Sasuke tidak semaniak tetangga rumah rumah mereka, Mr. dan Mr. Ackerman. Tapi, Sasuke lebih sering memanggilnya Rivaille untuk si pendek dan Eren untuk si manis. Tenang saja, ini bukan pula cerita tentang Sasuke yang homo.
Sasuke mempunyai istri yang cantik dan putri yang jutek, seperti dirinya saat kecil.
Ada selembar serbet yang ia pakai untuk melindungi rambutnya dari debu, meniru kebiasaan si pendek atas nasihat si manis. Kedua tangannya di bungkus sapu tangan, ada kain lap, kemoceng, sapu dan ember berisi air tidak jauh dari tempatnya berdiri sekarang.
Terakhir bersih-bersih sekitar dua bulan yang lalu.
Sebelumnya niat Sasuke begitu lurus dan tidak ingin membuang waktu, satu jam biasanya cukup untuk membersihkan gudang. Sakura sering marah jika ia terlambat makan siang bersama, bisa dibilang hal semacam makan siang bersama adalah jarang mereka lakukan. Ia bekerja, begitu pula istrinya. Anaknya sekolah dan pulang malam karena aktifitas klub atau pergi les.
Tapi tidak kali ini, bahunya yang bidang menabrak sebuah kardus di atas lemari sehingga isinya berjatuhan.
Sasuke melirik sekilas, tapi akhirnya pandangannya jatuh ke sebuah lembaran foto yang terselip di sebuah buku berwarna biru langit.
Kepo, Sasuke biasanya cuek. Tapi sekarang ia kepo.
Ia mengambil buku beserta fotonya, ia melihat dua orang berseragam SMA yang tersenyum sambil membawa masing-masing setangkai bunga mawar dan piagam kelulusan yang di pamerkan. Senyuman yang begitu bahagia dari seseorang yang bukan dirinya.
Sasuke hanya tersenyum sedikit dan Hinata tersenyum lebar memamerkan deretan giginya yang putih.
.;.
.;. The Guardian .;.
.;. Kamiya Chizuru presents .;.
.;. Sasuke Uchiha x Hinata Hyuuga Fanfiction .;.
.;. Naruto © Masashi Kishimoto .;.
.;. Warning : Typos, AU, Bullying, Plot Twist .;.
.;. Pairing : SasuHina, slight NaruSaku, slight Naruhina, slight SasuSaku .;.
.;. DON'T LIKE DON'T READ .;.
.;.
Sasuke walaupun tampan, dia bukan seorang idola di sekolahnya. Ada seseorang yang lebih bersinar dan di perhatikan para gadis, mungkin mereka terlihat bodoh. Tapi tentunya ada alasan kenapa Sasuke terlihat tidak punya penggemar.
"Dia menyeramkan."
"Kasar."
"Rambutnya seperti pantat ayam."
"Berandalan."
"Dia membunuh kakaknya sendiri."
Nah, kan?
Pendapat terakhir adalah karangan Sasuke sendiri agar ia bebas. Tentu Itachi masih hidup, tapi tinggal jauh di Belanda meneruskan kuliah S3, Sasuke tidak habis pikir. Seberapa bodohnya teman-teman sekolahnya? Nama Itachi sempat gempar karena termasuk orang terkenal, dia masuk kuliah di umurnya yang masih 9 tahun. Dan umur 20 tahun akan segera menyandang gelar doctor yang ke tujuh.
Awalnya Sasuke akan mengikuti program aksel dari umurnya yang ke tujuh, tapi Itachi menentang. Ia tidak ingin pengalamannya (atau prestasinya?) di lampaui adiknya. Sang kakak ingin adiknya hidup normal dan hidup berdampingan dengan anak-anak seusianya, Sasuke tentu kesal. Ia ngambek dan tidak mau lagi tidur sekamar dengan anikinya. Tapi ketika Sasuke di takut-takuti akan berkeriput seperti Itachi, akhirnya Sasuke ikhlas dan mau berbaikkan.
Sasuke membenci beberapa hal. Seperti,
badut,
banci,
kecoa,
Dan lebah.
Dulu Sasuke tidak takut dengan mereka semua, karena ia yakin Itachi akan melindunginya seumur hidup.
Tapi ketika sasuke membutuhkannya, Itachi menghilang.
Itachi berangkat ke Belanda setelah memastikan Sasuke masuk ke SD yang normal.
Si bungsu sangat kehilangan, dan ketika teman-temannya atau bisa dibilang fans-fansnya bertanya dimana kakaknya sekarang, Sasuke kecil hanya menjawab,
"Korosu."
Begitulah isu kemudian menyebar diantara anak-anak dari ia SD sampai SMA. Orang tua Sasuke terlalu sibuk bekerja mengurus perusahaan Royal estate di luar negeri untuk mengetahui gossip yang berkembang cepat. Sasuke tidak tumbuh menjadi remaja ceria dan punya banyak teman. Justru ia menjadi pemuda yang jarang bicara, berwajah suram (namun tampan), dan di jauhi oleh teman-teman seusianya.
Namanya Naruto Uzumaki, pemuda yang mendapat predikat Matahari dari Konoha. Ayahnya seorang direktur PLN Konoha juga tidak banyak waktu untuk berkumpul dengan keluarga. Naruto adalah orang yang enerjik dan suka berpetualang. Seumuran dengan Itachi, tapi otaknya pas-pasan akhirnya meneruskan sekolah dengan nilai yang apa adanya. Mengenal Itachi dengan baik. Ia adalah satu-satunya orang yang percaya Itachi masih hidup.
Lalu pacarnya, Hinata Hyuuga. Putri sulung Hiashi Hyuuga, pemilik pabrik teh yang terkenal. Tinggal di perkebunan teh yang jauh dari Konoha, Hinatapun tinggal sendiri. Berpacaran dengan Naruto adalah mimpinya sejak kecil. Ia dan Naruto bertemu saat keluarga Naruto berkunjung untuk liburan di sebuah kebun teh. Bisa di tebak, mereka berdua bermain bersama selama seminggu. Hinata yang masih polos, jatuh cinta padanya. Bukan hanya kebahagiaan, cibiran sering di terima Hinata karena bisa mendapatkan hati seorang Naruto.
Terakhir, Sakura Haruno. Ketua OSIS yang di kagumi oleh semua orang, wajahnya cantik dan baik hati. Yah, walaupun sering galak pada saat rapat. Ayahnya seorang pemilik dan dosen di Universitas Negeri Konoha, tidak heran jika ia sangat pintar. Bisa dibilang ia satu-satunya perempuan yang diketahui menyukai Sasuke, dan akhirnya mereka berpacaran karena Sasuke tidak ada pilihan lain. Tapi, justru karena itu lah ia makin di benci. Sakura hampir tidak peduli dengan omongan orang lain, ia hanya peduli pada kekasihnya. Oh, tambahan, Naruto juga termasuk yang ia pikirkan karena mereka adalah teman sejak kecil.
.;. The Guardian © Kamiya Chizuru .;.
Touo Gakuen, terletak di distrik Konoha Utara merupakan sekolah biasa tidak terkenal. Prestasinya tidak banyak dan murid biasa saja semangat belajarnya. Dan ketika ada seorang siswi unggulan, dan menjadi satu-satunya sumber piala yang bisa di pajang di ruang kepala sekolah lulus. Para guru sangat sedih dan terpukul jiwanya, tidak ada lagi seorang perempuan manis yang bisa menjawab soal-soal di papan tulis dengan jawaban seratus persen benar.
"Ehehehe sensei, jangan lupa. Kan masih ada Sasuke."
Oh, betul. Sasuke Uchiha sebenarnya jenius, tapi pembangkang. Dia sering tidak peduli jika guru menyuruhnya menjawab soal, dia lebih memilih mendengarkan lagu di ipod daripada mendengar guru menerangkan pelajaran. Tapi, selama nilainya selalu di atas 90. Para guru tidak ada yang keberatan.
Naruto tersenyum melihat Sakura di kelilingi para guru, padahal upacara perpisahan sudah selesai satu jam yang lalu. Ia kemudian mencari-cari kekasihnya, Hinata Hyuuga yang katanya akan menunggu dan pulang bersama dari sekolah untuk terakhir kalinya. Hem, tipikal perempuan sekali.
Sasuke duduk tidak jauh keramaian siswa-siswa yang sedang saling memeluk dan menangis, Sasuke bahkan merasa mual ketika perempuan berebut kancing kedua di kemeja putih sang laki-laki idaman. Tidak jarang pemandangan laki-laki yang telah habis kancingnya, tentu saja Sasuke tidak akan pernah mengalami kejadian semacam itu. Bahkan untuk berbicara normal saja tidak ada yang berani.
Kakinya yang panjang santai berselonjor, kemeja putihnya tidak terkancing di bagian atas, khas anak bengal tidak tahu sopan santun. Sepatunya bergoyang kekiri dan kekanan, bosan.
Sasuke terpaksa menuruti Sakura untuk menunggunya dan pulang bersama. Tidak jauh berbeda dengan Hyuuga Hinata.
Jemari tangannya memainkan sebatang rokok menyala, bibirnya mengeluarkan asap rokok yang sangat mengganggu.
"Uhuk uhuk," Uchiha bungsu hanya melirik gadis yang terbatuk akibat tiupan asapnya. Sudah sejak lima menit yang lalu, rupanya Hinata sudah duduk di sebelahnya, berjauhan pastinya.
"Kau tahu aku suka merokok saat tidak ada Sakura, pergilah Hyuuga." Nadanya terdengar malas dan ia kembali menghisap rokoknya.
"Tapi, Naruto-kun pasti datang bersama Sakura-san j-jadi –uhuk, uhuk." Hinata terkena serangan kedua.
"Uchiha-san, merokok itu tidak baik."
"Sebaiknya kau pikirkan Hyuuga." Sasuke berdiri, Hinata tanpa sadar jadi ikut berdiri. "Walaupun kita sering bersama, tatapi kita jarang berbicara. Dan sejujurnya akupun tidak peduli padamu, atau wajah sok memelasmu. Karena, kita bukan teman Hyuuga, jadi menjauhlah dariku."
Hinata terdiam, dia terkejut. Bukan karena kalimat yang di ucapkan oleh Sasuke, tetapi –
"Baru kali ini aku mendengarmu berbicara panjang lebar, Uchiha-san." Hinata tersenyum simpul. "Apa itu artinya kau sudah menganggapku, teman?"
Sasuke mendelik jengkel.
"Bodoh."
Bukannya marah atau menangis, Hinata justru tertawa renyah.
Kedua orang berambut hampir sama itu menoleh ke arah yang sama.
Naruto dan Sakura melambaikan tangan agar mereka berdua mendekati mereka.
"Ayo pulang, Hinata." Naruto menggenggam tangan Hinata erat, pasangan bahagia dan memang membuat iri orang lain.
Sasuke sudah membuang rokoknya, kedua tangannya masuk ke dalam celana panjangnya. Sakura dengan manji memeluk lengan kiri Sasuke, bergelayut manja sambil menceritakan banyak hal.
"Aku akan membuat pesta nanti malam. Kau datang?"
Sasuke terdiam sebentar mendengar tawaran Sakura, "Tentu saja." Sebenarnya ia hanya asal bicara. Perihal nanti ia akan benar-benar datang atau tidak, itu bukan masalah besar. Ada 1001 alasan yang sudah ia pikirkan.
.;. The Guardian © Kamiya Chizuru .;.
Hinata menguncir rambutnya tinggi-tinggi, angin musim semi dibiarkan begitu saja mencium lehernya. Ia tidak sedang pamer, tapi akan repot jika helaian kelopak sakura tersangkut di rambut panjangnya yang hampir menyentuh pantat. Ia pernah mengalaminya tahun lalu, dan butuh waktu setengahnya untuk membersihkan kelopak menyebalkan itu.
Seragam musim semi adalah yang terbaik. Rok lipit hitam, mini dan modis. Kemeja putih kedodoran khas Hinata yang malu menunjukkan lekuk tubuhnya, panjangnya tidak biasa tapi entah kenapa justru itu membuatnya mencolok. Ia cukup percaya diri dengan stlylist asal tapi tidak menimbulkan syahwat yang sudah ia kenakan sejak kelas satu. Ada penghias pita merah tipis ia ikat membentuk pita, warna tersebut adalah tanda jika dia sudah kelas 2 SMA.
.;.
Touou Gakuen, sebuah SMA berisi orang biasa dan orang kaya. Tidak ada perbedaan antara si anak pejabat dan anak penjual sayur di pasar. Semua membaur jadi satu, makanya jangan heran terjadi pembullyan. Tidak seperti orang miskin yang menjadi korban, bahkan orang kaya yang tidak tahu aturan bahkan bisa kena imbasnya, mungkin bisa disebut hukum rimba untuk sebagian orang.
Yang terkuat adalah yang menang, uang orang tua mu tidak akan berguna disini.
Seluruh siswa tahu prinsip tidak tertulis ini, tujuannya hanya mencapai penyetaraan antara si kecil dan si besar. Namun ada juga memanfaatkannya demi kesenangan semata, walaupun para guru sudah semampunya mengawasi mereka, tapi para otak muda selalu menemukan celah agar bisa mencapai tujuannya.
.;.
Hinata melihat daftar nama perkelas yang di pasang di papan pengumuman. Ia tersenyum melihat nama yang tidak asing lagi bagianya berada di satu kelas yang sama.
Sasuke Uchiha.
Sejak kelas satu mereka sekelas, tapi hampir tidak pernah saling bicara. Kalau bukan karena pacar mereka bersahabat mungkin keberadaan Sasuke hanya seperti preman sekolah yang tidak berani ia lihat. Hinata tidak suka mencari perkara, ia suka hidup dengan stabil, lurus dan sesuai rencana.
Kelas 2-2
Hinata masuk ke dalam kelas yang sudah berisi beberapa siswi. Matanya mencari bangku yang masih kosong, matanya normal dan bisa duduk di manapun yang ia suka.
Bangku urutan kedua dari pintu, baris ketiga.
Dengan tenang ia duduk sambil mengamati beberapa siswa yang datang satu persatu, yang ia anggap kenal langsung ia sapa, ada yang menyahut ada yang tidak peduli. Seperti salah seorang yang lewat begitu saja ketika Hinata mengucapkan selamat pagi untuknya, Sasuke Uchiha.
"Kita sekelas."
Ternyata pemuda itu memilih duduk di samping kiri Hinata, dekat dengan tembok dalam sekolah. Sejak kelas satu tempat duduk ini adalah favoritnya, dekat dengan pintu keluar strategis untuk menyendiri.
"Berhentilah bicara denganku, Hyuuga."
Mulut Hinata bergerak aneh, bukan sok imut ia hanya bingung harus berkata apa. Oh ya, tadi pagi ia sempat membeli beberapa permen lollipop. Ia mengambilnya dari dalam tas yang meletakan satu lollipop rasa susu strawberry di meja Sasuke dan satu lainnya dengan rasa susu cokelat ada di tangannya, bersiap ia makan sendiri.
Masih canggung, Sasuke mengambil permen di depannya dan menyimpannya dalam saku. Tanpa ucapan terima kasih, tipikal Uchiha.
.;.
Istirahat pertama Hinata habiskan di kantin, salahkan kenapa ia lupa menyiapkan bekal. Ia sendiri bukan bukan berarti tidak punya teman, HInata punya. Tapi mereka hanya ada dua tipe, pertama mereka akan muncul begitu mereka membutuhkan Hinata dan kedua adalah mereka yang melupakan teman lama ketika bertemu dengan teman yang baru.
Bukan masalah besar, ia sudah terbiasa.
Dan ketika kembali ke kelas ia terkejut. Ada banyak sampah dan corat-coret di mejanya. Kakinya perlahan menuju bangku dan mejanya, ada beberapa orang yang memperhatikan gerak-gerik Hinata dalam diam dan yang lainnya bersikap seolah tidak peduli.
Hinata mematung, ingin menangis tapi airmatanya tidak mau keluar.
Sasuke yang baru kembali dari toilet sama terkejutnya melihat meja Hinata yang berantakan. Tapi ia termasuk orang yang tidak peduli dengan keadaan Hinata. Ia hanya ke kelas untuk mengambil tasnya dan pulang.
Ini belum jam pulang, tapi Sasuke kan pemuda sibuk. Dia sudah kepalang janji bermain game online bersama teman-teman tidak jelasnya di warnet. Ia pergi begitu saja melewati Hinata dalam diam, tidak peduli.
.;.
.;.
Keep or delete?
Di lanjutkan atau di tamatin?
Review di persilahkan, minna san
.;.
.;.
A/N :
Disini pake sudut pandang orang ketiga, serba tahu dan sok tahu.
Aku bikin keadaan disini njomplang.
Jika ada FF yang mirip mungkin karena perasaan kami sama Sasuhina mirip juga.
Yah siapa yang ga galau ketika kapalnya karam.
Tapi bukan karena itu juga.
Sasuhina akan selalu hidup di hati penggemarnya.
Ga ada yang bakalan berubah, semua orang BEBAS berekspresi.
Mungkin FF ini sekitar ada 3 atau 4 chapter dgn kalimat minimal 2k supaya readers juga ga bosen bacanya.
Tambahan disclaimer Knb © Fujimaki Tadatoshi, SnK © Hajime Isayama
