Title :: You

Cast :: TVXQ members and others :D

Disclaimer :: I don't own them.. But, I wish someday I could have Kim Junsu as my oppa or my husband XDD *ngayal tingkat dewa*

Warning :: jalan cerita trllu standar.. ==' gaje, antara judul ama cerita ga trllu nyambung.. full of gajeness.. AU, Sho-ai.. (bagi yg ga suka ama sho-ai, mendingan langsung meninggalkan page ini sekarang juga.. :D soalnya aku gamau nanggung resiko mereka2 yg mndadak jdi fujoshi ato fudanshi XD)

.


Ne! hoaaaaahm ~ akhirnya comeback juga.. *keluar dri telur#hah? adakah yg rindu padaku? :D (readers : nggaaaaaak!) *pundung di pojokan*

Ne, saking excitednya udah balik, aku smpe ngga punya kata2 lgi untuk diucapkan kecuali…. KIM HEECHUL! ! SARANGHAMNIDAAA! 3 *teriak2 di pantai Mokpo*

Akhirx, stlh nangis semaleman ampe mata bengkak, bisa merelakan Heechul pergi wamil :') saranghamnida, Kim Heechul.. We are going to wait for you, even if it last forever.. :) nothing's gonna change our love for you 3

Yaah, sudah cukup kurasa melow2annya.. :) ini ff comeback sekaligus YunJae pertamaku, moga semuax suka yah :D mian kalo jelek..

Enjoy! ^^

.

.

"Bohong!" jeritan itu memecah diantara hujan deras yang mendera kota Seoul.

Chagaun neoui geu han madiga naui maeume dahge dwaesseul ddae—

"Kau berjanji takkan pernah menyembunyikan semuanya dariku!" jerit seorang namja sambil tangannya menggaruk tanah makam yang masih basah itu.

Nae nundongjaen nado moreuneun chokchokhan iseul bangul—

"Hiks.. Hiks.. Kau sudah berjanji padaku, kan? Kenapa malah mengingkarinya?" jeritnya sambil kini meletakkan kepalanya diatas nisan namja yang dicintainya. Seolah berharap sosoknya yang asli akan muncul dari belakang dan memeluknya seperti yang biasa dilakukannya.

Eodiseo eoddeohge jagguman maethineunji nado moreujyo—

"Yunho!" jeritnya untuk yang terakhir kali, sebelum semuanya gelap dipandangan namja itu.

.

o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o

.

=flashback=

.

Jaejoong tampak berdiri resah di pinggir coffee shop tempatnya bekerja. Jam kerjanya sudah usai, dan sekarang namja itu sedang menunggu kekasihnya. Jaejoong melirik jam tangannya separuh sebal.

"Ukh.. Mana Yunnie? Bukannya dia berjanji akan datang jam empat?" omelnya tidak pada siapa-siapa sambil menengadah menatap langit yang bersih tak berawan. Bola mata coklatnya tersembunyi di balik kelopaknya, sementara kulitnya menikmati sentuhan angin sore yang semilir menerpanya.

"Joongie!" seru seseorang membuat Jaejoong terpaksa membuka matanya. Dilihatnya Yunho melambai-lambaikan tangannya di seberang jalan. "BooJae!" panggil Yunho lagi, sementara Jaejoong mengerucutkan bibirnya sebal.

"Ya! Cepat menyeberang! Aku sudah menunggumu daritadi tahu!" Jaejoong berteriak keras, membuat Yunho terkekeh.

"Ne, ne! Aku kesana sekarang!" kata Yunho sembari melangkahkan kakinya terburu-buru tanpa melihat ke kiri dan ke kanan. Namja itu tak menyadari sebuah truk besar berjalan kearahnya dengan kecepatan tinggi. Mata Jaejoong membulat panic.

"Yunho! Awas!" serunya, namun terlambat. Tubuh Yunho terlempar jauh ke depan sesaat setelah truk itu menabraknya. Jaejoong membeku di tempat. Otot-ototnya terasa kaku, tapi badannya gemetar hebat.

Bagaikan sebuah film yang di-rewind, momen-momen saat Yunho tertabrak terus berputar dikepala Jaejoong. Setelah beberapa detik, Jaejoong berlari menuju tubuh Yunho, dan berseru keras, "YUNHOOO!"

Jaejoong panic. Wajahnya seputih salju dan tangannya masih gemetar saat mengelus kepala Yunho yang berlumur darah.

Yunho menggeliat lemah. "Joongie.. BooJae.. Ukh!" lirihnya sambil membuka matanya sebagian. Tangannya terangkat lemah meraih tangan kekasihnya.

Jaejoong mulai menangis. "Hiks.. Hiks.. Yun.. Yunho.. Hiks.." tangisnya sambil memeluk kepala Yunho. Yunho mengangkat tangannya, mengelus rambut coklat Jaejoong perlahan. Mulut Yunho mengeluarkan darah cukup banyak.

"Uljima, Jae.. Uhuk! Uljima.." hibur Yunho sambil tetap membelai rambut Jaejoong. "Aku pasti akan kembali untukmu, Jae.." ucap Yunho sementara Jaejoong memeluk kepala Yunho makin erat.

"Aniyo.. Yun! Yunho, jangan bilang begitu! Kau akan bertahan! Hiks.. Hiks.." tangisnya tetap menggema. Yunho sendiri sudah mulai kehilangan kesadarannya. Jaejoong makin panik.

"Yun! Yunho! Yun! Jangan tidur dulu, Yun! Jebal!" teriaknya sambil mengguncang tubuh Yunho sedikit keras. Airmatanya meleleh makin deras di kedua sisi pipi putihnya saat mata Yunho menutup sempurna.

"Yun.. Yunho! Yunho ~ Hiks.. Hiks.." Jaejoong menjeritkan nama Yunho saat dirinya mendapati jantung namja yang dicintainya sudah tak berdetak lagi.

.

=flashback off=

.

Jaejoong membuka matanya perlahan. Sejenak, dirinya mengira dia sedang tertidur diatas makam Yunho. Tapi dugaan itu ditepisnya kuat-kuat saat mencium bau obat yang lumayan menyengat dari meja disebelahnya.

Sahabatnya, Kim Junsu, melongokkan kepalanya dari pintu. "Annyeong, hyung! Sudah sadar rupanya.." sapa Junsu sambil menggamit lengan Park Yoochun, dokter yang menangani kondisi Jaejoong, sekaligus kekasih Junsu. Jaejoong tersenyum terpaksa.

"Ne, aku sudah disini.. Waeyo, Su-ie?" tanya Jaejoong lemah sambil melirik resah kearah jendela. Menatap pepohonan diluar yang berdansa lembut mengikuti irama angin.

"Hyung, kau masih suka datang ke makam Yunho-hyung?" tanya Junsu tiba-tiba. Yoochun mengangguk menjawab pertanyaan kekasihnya.

"Ne, chagi.. Tadi malam Jae-hyung kutemukan pingsan diatas makam Yunho-hyung.. " Yoochun berpaling kearah Jaejoong, "Hyung, kau harus berusaha melupakan Yunho-hyung.. Jika tidak, bisa berdampak buruk pada kesehatan jiwamu.." Jaejoong menatap kosong pada mata Yoochun. Bibirnya tersenyum miris.

"Tak bisakah kaubayangkan bagaimana sulitnya melupakan orang yang sudah kaucintai sejak lama? Mudah bagimu untuk bicara, Chunnie.. Bayangkan kalau kau kehilangan Junsu dengan cara yang sama sepertiku.." ucap Jaejoong nyaris berbisik. Airmatanya sudah menggenang di pelupuk matanya. Otaknya menolak untuk memutar memori menyedihkan saat dirinya kehilangan Yunho.

Hening sejenak, tak ada yang bicara selama beberapa saat. Jaejoong sudah menangis tanpa suara. Sementara Junsu sudah melingkupkan lengannya ke sekeliling tubuh Jaejoong. Yoochun mendesah berat. "Ne, hyung.. Benar katamu.. Memang mudah bagiku untuk bicara. Tapi setidaknya berusahalah melupakannya, hyung.. Yunho-hyung sudah pergi.." kata Yoochun sebelum berlalu. Junsu beranjak mengikuti kekasihnya sembari melambai pada Jaejoong. Jaejoong membalas lambaian Junsu dengan lemah.

Jaejoong menegakkan tubuhnya dan bangkit dari ranjang. "Sebaiknya aku jalan-jalan sebentar.."

.

Sementara, di tempat lain—

.

"Eottokhae, Max? Sudah kautemukan targetnya?" tanya seorang namja tegap melalui ponselnya. Matanya yang tertutup kacamata hitam membidik melalui lubang target di senapannya. Di tempat lain, Max mengangguk.

"Ne, hyung.. Perhatiannya sudah kualihkan sehingga kau bisa mudah menembaknya.." jawab Max dengan lugas, kemudian pembicaraan selesai. Namja itu membidik targetnya dengan hati-hati, dan kemudian menarik pelatuk senapannya.

DOR!

"KWEK! KWEEK!"

Namja itu berteriak girang. "Max! Cepat ambil bebeknya yang tertembak!" Max yag diberi perintah segera menangkap seekor bebek yang terlihat luka parah. Dan kini keduanya tengah sibuk menyiapkan api untuk membakar bebek itu.

"Tampaknya malam ini kita akan makan enak, Max.." gumam namja itu riang, disambut anggukan Max. *plakplokduaghbuagh#ditendang, ditabok, dikuliti (?)

*Mianhae, readers :D cuma bercanda :D huehehe :p sekali-kali pengen ngerjain readers #yeoja babbo cari mati# Ne, sebelum aku ditimpukin readers lebih lanjut, mending aku lanjutin ceritanya.. :D*

"Eottokhae, Max? Sudah kautemukan targetnya?" tanya seorang namja tegap melalui ponselnya. Matanya yang tertutup kacamata hitam membidik melalui lubang target di senapannya. Di tempat lain, Max mengangguk.

"Ne, hyung.. Perhatiannya sudah kualihkan sehingga kau bisa mudah membunuhnya.." jawab Max dengan lugas, kemudian pembicaraan selesai. Namja itu membidik targetnya dengan hati-hati, dan kemudian menarik pelatuk senapannya dengan cepat.

DOR!

PRANG!

Suara peluru yang memecahkan kaca jendela dan kemudian menembus dada sang target menjadi hiburan tersendiri baginya. Kemudian, secepat kilat, sebelum ada orang yang tahu, namja itu membereskan perlengkapannya dan segera kabur dari tempatnya sekarang. Namun, tepat saat berdiri dan hendak berjalan ke belakang, namja itu menabrak namja lain yang lebih pendek. Labih tepatnya, namja itu menabrak Jaejoong.

"Aish! Mianhamnida.." bisik namja sambil membungkuk kecil itu sebelum benar-benar berlalu meninggalkan Jaejoong sendirian diatap rumah sakit. Jaejoong terpaku selama beberapa detik.

"Yun-Yunho?" bisik Jaejoong pelan. Tapi, saat dilihatnya kebelakang, namja misterius itu sudah menghilang.

.

"Mwo? Aniyo, kau pasti berhalusinasi, hyung.." kata Yoochun sambil menyeruput cappucinno yang dipesannya. Jaejoong merengut marah pada YooSu.

"Ani! Aku yakin sekali kalau dia memang Yunho!" Jaejoong memaksa sambil tangannya tetap mengelap gelas yang baru saja dicucinya.

Junsu mengerucutkan bibirnya. "Ya! Hyung, kenapa aku ikut dimarahi? Bukannya cuma Yoochunnie yang nggak percaya?" Junsu protes, dan kemudian mereguk habis susu hangat yang dipesannya. Jaejoong menyambar gelas Junsu yang sudah kosong.

"Mwo? Jadi kau percaya?" tanya Jaejoong sambil membulatkan matanya excited. Junsu melirik kearah lain.

"Yaah, bisa iya bisa nggak.." jawab Junsu santai sambil mencomot sepotong cookies yang dipesan Yoochun. Jaejoong menggembungkan pipinya dengan lucu. Yoochun terkikik pelan.

"Hati-hati, hyung.. Bisa-bisa Yunho-hyung melayang turun dari surga karena nggak tahan melihatmu seperti itu.." goda Yoochun, kemudian tertawa kecil. Jaejoong hanya menjulurkan lidahnya.

"Tapi, aku harap sih begitu.. Dia bilang, dia akan kembali untukku. Inikah yang dimaksudkannya?" gumam Jaejoong sambil meletakkan gelas ditempatnya. Junsu mengangkat bahu.

"Jangan terlalu percaya dulu dengan ucapan seperti itu, hyung.." bisik Junsu. Yoochun menggeser kursinya mendekat kearah Junsu.

"Jadi, kalau misalnya aku yang mengatakan seperti itu padamu, kau takkan percaya, hm?" tanya Yoochun sambil mendekatkan wajahnya ke leher Junsu, menghembuskan nafasnya yang hangat ke leher kekasihnya.

Junsu merona. "Ya! Apa-apaan kau Park Yoochun? Lepaskan akuu.." kata Junsu sambil menangkupkan kedua tangannya ke pipi Yoochun., kemudian mendorong wajah namja itu menjauh dari lehernya. Pandangan Junsu kembali terfokus pada Jaejoong.

"Coba ceritakan lagi dimana hyung bertemu dengannya.." pinta Junsu. Jaejoong tersenyum.

"Ne, aku bertemu dengannya kemarin.. Dia memakai pakaian serba hitam dan kacamata hitam. Tapi aku sangat yakin kalau itu memang Yunho! Wajahnya… Tubuhnya yang tegap… Benar-benar Yunho!" kata Jaejoong. Junsu menggaruk dagunya berpikir.

"Mungkinkah itu… Cuma namja lain yang mirip dengan Yunho-hyung?" gumam Junsu. Junsu menggeleng sebentar, kemudian menghabiskan cappucinno Yoochun dalam sekali teguk. "Ne, sudah dulu ya hyung? Aku masih ada urusan.." kata Junsu sambil mengambil jaketnya dan menunggu Yoochun. Yoochun juga berdiri, membayar pesanan mereka.

"Hyung, kukira kau harus benar-benar mempertimbangkan terapi yang kutawarkan itu.." kata Yoochun sambil menyerahkan uang seribu won. Jaejoong menggeleng.

"Aniyo, Chun.. Aku rasa aku bisa mengatasi masalahku sendiri.." kata Jaejoong sambil menyerahkan uang kembalian. "Ne, datanglah lagi kalau ada waktu, Chun, Su.." kata Jaejoong sambil melambai pada Yoochun dan Junsu yang berjalan beriringan kearah mobil Yoochun.

Yoocchun menghela nafasnya. "Su-ie, kau kira Jae-hyung bisa bertahan?" tanya Yoochun meminta pendapat kekasihnya. Junsu mengangkat bahu. "Molla yo, Chunnie-ah.."

.

o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o

.

Jaejoong mengunci coffee shop-nya sore itu. Ditatapnya seberang jalan tempat Yunho biasa menemuinya disana dulu. Jaejoong tersenyum kecil.

'Tidak banyak yang berubah, Yun, kau tahu? Bangku-bangkunya masih sama.. Pepohonannya juga.. Hanya satu yang berubah, Yun.. Eksistensimu.. Diriku yang dulu kukira akan selamanya bersamamu.. Tapi bahkan sekarang, menyentuhmu saja aku tak bisa..' Jaejoong terjebak dalam pikirannya sendiri. Air matanya mulai berkumpul di satu titik diujung kelopak matanya. Sekuat tenaga, ditahannya airmatanya supaya tidak tumpah.

Tes!

Setetes butiran bening itu lolos begitu saja dari kelopak mata Jaejoong. Jaejoong menunduk, menghapus airmatanya sambil berjalan menembus keramaian sore kawasan Myeondong. Kepalanya tetap tertunduk begitu saja sampai kepalanya menabrak sesuatu.

DUK—

"Aish! Appo.." gumam Jaejoong sambil memegangi kepalanya yang terasa sakit. Badannya limbung, tapi dirasakannya seseorang menahan lengannya agar tidak terjatuh. Jaejoong mendongakkan kepala menatapnya. Matanya membulat sempurna saat melihat wajah orang yang ditabraknya.

"K-Kau…" Jaejoong menahan nafas kaget. "Kau… Kau Yunho, kan?" tanya Jaejoong sambil menangkupkan tangannya di kedua pipi namja itu. Namja tampan itu menggeleng pelan. "Mianhamnida.. Kurasa kau salah orang.." katanya sambil melepas tangkupan tangan Jaejoong dipipinya. "Namaku bukan Yunho.." kata namja itu sambil mengulurkan tangannya. "U-Know imnida.."

Jaejoong bingung. Namja ini malah memperkenalkan dirinya seperti itu. Namanya juga… Aneh!

Tapi akhirnya Jaejoong tersenyum kecil. "Ne, choneun Kim Jaejoong. Bangapta, Yunho!" kata Jaejoong sambil tersenyum manis. U-Know merengut.

"Aku bukan Yunho.. Aku U-Know.." koreksi U-Know. Jaejoong menggeleng.

"Aniyo, kau pasti Yunho.." kata Jaejoong polos. U-Know mulai sebal.

"Aku. U-Know. Dan. Bukannya. Yunho." Kata Yunho penuh penekanan di tiap kata. Namun Jaejoong tetap menggeleng memaksa.

"Ani! Kau itu Yunho.." ujar Jaejoong sambil menudingkan jarinya kearah dada U-Know. Jaejoong mendekat kearah U-Know dan menempelkan telinganya didada U-Know yang sedikit kaget dengan perlakuannya.

"Ya! Apa yang kau—"

"Sssh.. Tolong diamlah sebentar, U-Know-sshi.. Aku ingin mendengar detak jantungmu.. Sebentar saja.." Jaejoong memotong begitu saja kalimat U-Know.

"Yun.." bisik kecil Jaejoong mendengarkan detak jantung U-Know. Tapi, beberapa detik kemudian, Jaejoong tersadar dan melepaskan kepalanya dari dada U-Know. "Ah, mianhamnida, U-Know-sshi.. Aku mendadak teringat dengannya.." lirih Jaejoong sembari berdiri menjauh dari U-Know.

U-Know merengut bingung. "Dengannya?" tanyanya. Jaejoong mengangguk. Matanya melihat jam besar yang berada di tengah taman. Matanya membulat kaget.

"Omo! Aku harus segera pergi.. Annyeong, U-Know-sshi.. Senang bisa kenalan denganmu.." kata Jaejoong sambil berlari menjauh menuju escalator yang akan membawanya menuju kereta bawah tanah. Meninggalkan U-Know yang masih terpaku ditempatnya berdiri.

"Hero.." bisik U-Know sambil berbalik dan memandangi punggung Jaejoong yang makin menjauh. Tangannya mengambil sesuatu dari saku celananya. Ponselnya.

Dicarinya kontak bernama 'Max' dengan tidak sabar. Kemudian, ditekannya tombol dial.

"Yeobseyo, hyung? Waeyo?" tanya Max dari seberang telepon. U-Know menghela nafas sejenak sebelum mengatakannya.

"Aku baru saja bertemu Hero.." bisik U-Know.

.

o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o

.

"Bagaimana kau bisa bertemu dengannya, hyung? Bukankah Hero-hyung… Sudah… Sudah…" Max tampak kebingungan mencari kata yang tepat. U-Know mengangguk pelan.

"Ne, aku tahu, Max.. Tapi… Aku benar-benar yakin itu adalah Hero.." gumam U-Know sambil meraba dada bagian kirinya, tempat tadi Jaejoong menempelkan kepalanya disana dan menikmati (?) suara detak jantungnya.

"Aku yakin itu nyata, Max.." U-Know berdiri. "Aku tahu itu pasti nyata.." gumam U-Know. "Dan aku harus bertemu dengannya lagi.." tambah U-Know. Max berdecak dan menggeleng.

"Babbo hyungie! Takkah kau sadar, hyung? Kita banyak pekerjaan bulan ini.. Banyak orang yang harus diantarkan ke neraka.. Ingat julukanmu, hyung!" Max setengah berseru. Mencoba menyadarkan hyung-nya itu kembali.

U-Know terdiam. Teringat pada teman-teman di akademi yang menjulukinya 'Lucifer' karena kepiawaiannya melaksanakan tugas sebagai sniper handal. Sekarang, setelah hengkang dari akademi, dirinya memutuskan menjadi pembunuh bayaran. Max, adiknya, ikut membantu hyung-nya melaksanakan tugasnya sebagai seorang sniper yang bertugas mengantarkan orang-orang brengsek ke neraka—setidaknya begitu pendapat U-Know.

"Ne, Max.." U-Know mencoba membangkitkan lagi semangatnya. Setelah melihat Jaejoong tadi, entah kenapa ia malah teringat mantan kekasihnya.

Hero..

Namja cantik yang selalu mewarnai hari-hari U-Know. Namja yang cantik, manis dan penuh semangat. U-Know seperti melihat Hero lagi untuk kedua kalinya setelah dua tahun lalu U-Know harus kehilangan Hero pada kecelakaan mobil yang mengenaskan.

U-Know seperti melihat kembali sosok Hero saat matanya bertemu dengan sosok Jaejoong. Yang membedakan Hero dengan Jaejoong hanya satu.

Mata Jaejoong… Tampak lebih kosong.

"Ya! Hyung! Besok kau ada tugas kan pagi-pagi? Ayo tidurlah, hyung.." ajak Max sambil beranjak berdiri dan memasuki kamarnya. Meninggalkan U-Know sendirian di ruang tamu apartemen mereka yang lumayan luas. U-Know akhirnya mengerang dan berdiri, beranjak kekamar mandi, mencuci mukanya yang ia yakin pasti terlihat kusut, kemudian beranjak kekamar dan menyelipkan dirinya diantara ranjang dan selimutnya.

Manik matanya masih memandang langit malam yang sudah gelap dari balik jendelanya. Senyum kecil terkembang dibibirnya.

"Good night, Hero.."

=TBC=

.

.

At least, adakah yang sudi meninggalkan review? :) gomawo ^^