Ramadhan with Mekakushi-Dan!
[[ Ramadhan!AU
Ini telat. Dan apakah ada author lain yang sudah posting tentang AU ini? ;;
Drabble, dan mencoba menyelesaikan sebelum ramadhan berakhir.]]
Chapter 01. First Tarawih
"Kalian ini lama banget sih! Mending aku duluan—aduh!" Kano meringis, tengkuknya baru saja ditendang oleh Kido.
"Di mana solidaritasmu hah? Tidak boleh duluan!" seru Kido, sepasang mukena dan sajadah disampirkan di kedua lengannya.
Kano malah tertawa, "Kau kalau terus pukul aku, nanti wudhumu batal lho!" dia menyinggung bahwa mereka bukan muhrim.
Kido, tetap dengan wajah tidak peduli, kembali menendang Kano. "Tidak terkena kulitmu, jadi tidak batal!"
"Sudahlah kalian ini, mau sholat kok berantem!" Seto akhirnya terlihat batang hidungnya di ruang tamu.
"Haha, siapa sebenarnya yang bakalan membuat kita telat?"
"Maaf, maaf! Mary akhirnya mau wudhu!"
Tepat saat Seto mengatakan itu, Mary datang ke ruang tamu. Sepasang mukena dan sajadah terlipat di lengannya sama seperti Kido. Akan tetapi, wajahnya tidak terlihat mengenakkan.
"Harus ya kita tarawih di luar?" tanya Mary dengan nada malas.
"Tidak harus. Tapi ini malam pertama tarawih. Setidaknya tunjukan sama tuhan bahwa kita semangat menyambut ramadhan dan melaksanakan sholat tarawih!" jawab Seto dengan sabar.
Mary masih terlihat tidak ikhlas. Dia menatap Seto lamat-lamat, sebelum akhirnya mengangguk. Sepanjang maghrib itu Seto terus membujuknya untuk ikut shalat tarawih dengan yang lain di masjid. Sampai sekarang, membuat yang lain telat untuk sholat. Ahh ya, Mary seharusnya merasa bersalah.
"Kalau begitu gendong aku!"
"Tidak bisa, Mary! Kita bukan muhrim!"
(**********)
"Aku bukannya manja atau apa, aku hanya malas sekali!" curhat Mary saat dia hanya berjalan bersama Kido. Kano dan Seto sudah berpisah dengan mereka ke bagian laki-laki di masjid.
Kido tersenyum maklum. Mary memang tidak terlalu suka pergi keluar meninggalkan base. "Kalau kau memang malas jalan, aku bisa gendong kamu kok sekarang!"
Mary terkejut, dia cepat-cepat mengggerakkan tangannya tanda menolak. "Tidak, tidak, Ketua! Tidak perlu!"
Beberapa langkah kemudian mereka sampai di selasar masjid.
(**********)
"Ramai sekali, Ketua!" seru Mary dengan bergidik. Dia menatap banyaknya orang yang sudah mengambil shaf untuk duduk dan juga mereka yang baru datang seperti dirinya. Dia memegang lengan jaket Kido dengan reflek.
"Tenang saja, Mary! Aku aktifkan kekuatan sehingga kita dapat mudah mengambil shaf!"
Mary masih gemetar, tetapi dia mengangguk. Dia melepaskan lengan jaket tersebut dan membiarkan Kido menggunakan kekuatannya.
Mereka dengan mudah mendapatkan shaf. Mary dengan antusias meletakkan mukena dan menggeler sajadah. Tiba-tiba ada seseorang yang berteriak di sebelahnya.
"Ma-maaf! Aku tidak melihatmu tadi! Benar deh kukira tempat ini kosong!"
Mary terkejut melihat Kido yang telah duduk di lantai dan seorang gadis lain yang meminta maaf di hadapannya.
"T-tidak apa-apa!" Kido tersenyum, tetapi badannya terlihat gemetaran.
Mary sangat bingung. Dia duduk di sebelah Kido, kemudian bertanya. Gadis yang lain itu sudah pergi. "Ada apa?"
"Orang itu baru saja mendudukiku!" Kido menjawab dengan rintihan.
"Eh?"
"Aku hanya telat sedikit menghilangkan kekuatanku! Jangan katakan ini pada Kano!"
Mary masih tidak mengerti. Dia mengusap pundak Kido sebagai respon.
(*************)
"Pakai kekuatan untuk mendapatkan shaf, jadinya malah diduduki!" Kano tertawa terbahak-bahak.
Kido tertunduk malu. Sementara Mary berseru minta maaf berkali-kali karena keceplosan. Jadilah mereka berjalan pulang dengan tawa Kano.
Seto berada di belakang mereka, hanya nyengir. Dia tidak sampai hati untuk menertawakan musibah saudari angkatnya. Dia kemudian mengalihkan perhatiannya pada Mary. Gadis itu tidak meminta untuk digendong. Padahal karena sudah sholat, mereka tidak punya wudhu untuk dipertahankan. Dia setuju saja kalau Mary meminta untuk digendong.
"Jadi bagaimana tarawih pertama?" tanya Seto.
"Menyenangkan! Aku tadi sempat tidur sebentar!" jawab Mary.
"Kok bisa? Memangnya tidak sholat?"
"Hmm.. aku tidur pas pemimpin sholatnya tidak sholat dan lagi ngomong-ngomong!"
Seto menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Itu namanya dia sedang khutbah, Mary. Kau seharusnya mendengarkan, daripada tidur!"
"Tapi aku capek sekali, Seto!"
"Seto..Seto. Kau mengatakan itu tapi dirimu sendiri sempat tidur kok!"
"Heh?! Kata siapa?!" Seto kaget karena Kano sekarang sudah berada di sebelahnya, tangannya melingkari bahunya.
"Kata aku dong!" seru Kano dengan wajah yakin.
"Itu namanya ketiduran, bukan sengaja tidur,"
"Seto.. Seto. Kalau capek, mending tidur saja! Jangan memaksakan diri!" Mary berkata dengan telunjuk yang digerakkan.
Seto tersenyum kecil, kenapa jadi dia yang diejek. Dia menatap Kido, meminta pertolongan.
"Sudah! Sudah! Jalannya dipercepat! Kita harus cepat sampai base lalu tidur! Besok kita harus bangun pagi untuk sahur!" Kido menuruti keinginan Seto. Akan tetapi kenapa kedua orang yang lain malah menatapnya dengan aneh.
"Baiklah, ibu Kido!" seru Mary.
"Apa jadinya kita tanpamu, Ibu!" timpal Kano.
(***********)
[[gimana menurut kalian? Tolong sampaikan pendapat kalian di review ya.
Misal: apa nih sampah. Gak cocok mekakushi-dan jadi orang islam!
Ya pokoknya apapun yang buat saya berhenti/melanjutkan seri drabble ini! ; v ;
Thanks for reading!]]
