Disclaimer by Masashi Kishimoto

Pairing : NaruSaku

Genre : Romance & Friendship

Rated : T semi M

Warning : OOC, Typo, Mainstream, Gaje, Karangan sendiri, DLDR etc.

Happy reading^_^

Story by NamiKura10

...

...

...

"Prince & Princess Campus"

...

...

...

"Tak kusangka, padahal baru seminggu yang lalu kau pindah, kau langsung tenar di kalangan mahasiswa" ujar Ino sambil mengerucutkan bibirnya, sebal.

"Ya..bahkan dalam seminggu ini ada 3 cowok yang sudah nembak kamu" timpal Tenten juga tampak kesal.

"Apalagi cowok-cowok yang ngejar kamu itu keren-keren plus tampan-tampan" Hinata ikut menimpali. Ino dan Tenten manggut-manggut menyetujui perkataan Hinata.

Sakura nama gadis yang saat ini tenar di kalangan mahasiswa, padahal baru seminggu ia pindah di Tokyo International University dan mengambil jurusan Fashion.

Bahkan ia berada di urutan pertama sebagai mahasiswi most wanted di kampus itu.

Sakura memang berbeda dari kebanyakan mahasiswi, ia memiliki surai merah muda yang jarang dimiliki oleh kebanyakan orang, ia cantik dan memiliki body yang proposional.

Dan ia juga terlahir di keluarga koglomerat. Setiap hari selalu di antar jemput oleh mobil van mewah plus sopir keren ber jas hitam.

Mungkin karena itu banyak pemuda yang menginginkan ia untuk jadi tabatan hatinya.

"Tapi kenapa kau menolak mereka?, jika aku jadi kau, sudah pasti aku akan menggaet mereka semua" ya jika Ino yang berada di posisi Sakura sudah pasti ia tidak akan menolak mereka.

"Pig..kau sadar dengan apa yang kau katakan?, bagaimana kalau Sai tau, kalau ka-.."

"Ish..aku kan mengatakan jika" potong Ino sambil mengerucutkan bibir, kesal. Ino memang sudah memiliki kekasih, bahkan ia sudah bertunangan. Sai adalah tunangan Ino.

"Oke-oke..maaf!" Sakura mengatupkan tangannya di depan wajahnya menghadap Ino sambil tersenyum manis.

"…"

Tak mendapat jawaban dari Ino, Sakura menghela nafas. "Hahh~…ok, alasanku tak menerima mereka karena aku-.." Sakura sengaja menghentikan perkataannya, karena melihat ketiga temannya langsung mendekat kearahnya, menghimpitnya.

"A-apa yang kalian lakukan?" Tanyanya kepada ketiga temannya.

"Ayo cepat katakan!" Ino memberi tatapan tajam ke arah Sakura.

"T-tapi jangan seperti ini, lihat! Mereka semua melihat ke arah kita". Saat ini mereka tengah berada di taman kampus. Mereka duduk di atas rumput hijau, Ino berada di sebelah kiri Sakura, Tenten berada di kanan Sakura dan Hinata berada di antara Ino dan Tenten.

Ya memang benar saat ini kebanyakan mahasiswa tengah memerhatikan mereka.

Seketika itu Ino, Tenten dan Hinata menjauhkan diri dari Sakura, kembali duduk ke tempat semula.

"Jadi?" Tanya Tenten

"Itu karena aku tidak menyukai seseorang yang tidak tulus menyukaiku" tutur Sakura sambil bersedekap angkuh. Perkataan Sakura sukses membuat ketiga sahabatnya saling pandang, keheranan.

'Tidak tulus bagaimana?,jelas terlihat mereka melakukan semuanya untuk Sakura, mereka rela kehabisan tenaga maupun uang hanya untuk Sakura, lalu di mana letak tidak tulusnya?' Pikir mereka bertiga.

"Hahh~...begini ya teman-teman, apa kalian tidak berfikir, bagaimana bisa seseorang menyatakan cintanya kepada orang yang belum di kenalnya?. Bahkan mereka hanya tahu bahwa orang itu terkenal, aku sudah menduga kalau mereka menyatakan cinta padaku karena aku cantik, menarik dan anak orang kaya. Dan pastinya mereka akan memanfaatkan kelebihanku itu, jadi aku tidak akan memilih cowok sembarangan" ujar Sakura angkuh, Setelah melihat ketiga temannya keheranan.

Perkataan Sakura sukses membuat ketiga temannya sweetdrop.

Sakura memang seperti itu, mereka sudah mengenal Sakura sejak mereka Junior High School. Sakura terlahir dari keluarga konglomerat, dan ia selalu di manja oleh kedua orang tuanya. Jadi mereka tidak heran melihat sifat Sakura yang sombong dan cerewet.

Saat kuliah, mereka berpisah, lebih tepatnya Sakura yang memisahkan diri dari mereka. Sakura memilih untuk kuliah di kampus yang berbeda dengan mereka. Itu karena Sakura ikut dengan neneknya pindah ke kota lain dan kuliah di sana. Tapi pada saat semester akhir, mereka sempat kaget melihat Sakura berada dalam kelas mereka. Sakura mengatakan bahwa ia dan neneknya akan tinggal di kota ini.

"Hei..bukankah itu Naruto-kun?" Di sebuah bangku taman, terletak tak jauh dari empat sahabat itu, terlihat seorang pemuda bersurai pirang tengah duduk di bangku itu membelakangi mereka.

"Iya..itu Naruto-kun, tadi aku melihatnya pakek kemeja itu" tadi Tenten sempat melihatnya saat dia turun dari mobilnya.

"Wahh...meskipun dari belakang, dia terlihat keren ya?" Ujar Ino sambil berbinar.

"Hei Sakura,,kau tau? Naruto-kun itu sulit banget di dapatkan loh" terang Tenten yang langsung mendapat anggukan dari Ino dan Hinata.

"Masa sih?, kelihatannya dia biasa aja tuh" remeh Sakura.

"Heii...kau belum mengenal Naruto-kun, dia itu cowok paling sempurna di kampus ini, sudah tampan, keren, jenius plus kaya raya, apa coba kalau tidak disebut sempurna?" Jelas Ino.

"Betull.." Tenten mengacungkan jempolnya di depan wajah Sakura sambil nyengir.

"Kami ingin menantangmu Sakura!" Ujar Ino menatap tajam Sakura.

"Menantangku?" Tanya Sakura

"Yap...kau selalu menganggap semua cowok suka sama kamu kan?, tapi ada cowok yang sangat sulit untuk di dapatkan, bahkan sudah banyak cewek yang nembak dia, tapi sayang tak ada satu cewek pun yang beruntung. Hinata pernah merasakannya" mereka bertiga memandang Hinata prihatin.

"K-kenapa?" Tanya Hinata bingung karena di pandang seperti itu.

"Memangnya siapa dia?" Tanya Sakura

"Namikaze Naruto" Ino, Tenten dan Hinata menjawab dengan serentak.

"Jadi dia?" Ujar Sakura sambil menunjuk pemuda pirang yang sedang duduk manis di bangku taman.

"Ya..tantangannya kamu harus bisa menjadikan dia sebagai pacarmu!" Ujar Ino

"Itu tak masalah, aku yakin pasti dia akan langsung menerimaku" ujar Sakura angkuh.

"Eits..jangan sombong dulu, kau belum mengenal Naruto-kun, dia itu sulit di dekati tau" seru Tenten. Ya pemuda itu memang sangat sulit di dekati, dia akan bersikap dingin dengan gadis yang tidak dikenalnya.

"Baiklah, aku menerima tantangan kalian, tapi jika aku berhasil kalian akan memberiku apa?" Tanya Sakura. Sakura tidak akan mau kalau tantangan ini tidak ada untungnya untuk dia.

"Jika kamu berhasil, kami akan mentraktirmu belanja, bagaimana?" Tawar Ino. Ide yang tepat, Sakura memang suka belanja. Mungkin itu hadiah yang tepat untuknya.

"Emm..baiklah, jika benar tantangan kalian sulit, aku minta hadiahnya lebih besar" pinta Sakura, jika memang dia sulit di dapatkan ia tidak mau dong kalau hadiahnya kecil.

"Baiklah-baiklah" jika tidak segera di tanggapi pasti Sakura tidak akan berhenti.

"Ok..aku akan mencobanya" Sakura beranjak dari rumput dan melangkahkan kakinya menuju bangku taman yang terdapat pemuda pirang. Sebelum beranjak Sakura sempat mendengar seruan temannya.

"Semoga berhasil" ujar mereka bertiga sambil mengacungkan jempol ke arah Sakura. Sakura menanggapinya dengan senyum manis.

Memang benar kata temannya, bahwa pemuda ini sangat tampan. Dia terlihat sangat cocok dengan gaya rambut spike, dia terlihat sangat maskulin. Jika di perhatikan dia seperti orang bule.

"Ada apa?" Terdengar suara baritone dari pemuda pirang yang sedang asik duduk di bangku taman sambil membaca buku saat ia tiba di dekat bangku.

"Emm...halo?!" Saat mendengar suara sang pemuda, tiba-tiba ia merasa gugup. Bahkan bibirnya sulit untuk berucap, malahan yang keluar adalah kata itu.

"Hn" Sakura hampir saja terjungkal saat mendengar jawaban dingin dari pemuda ini. Ternyata memang benar, dia sulit untuk di dekati.

"emm.. sedang membaca apa?" Tanya Sakura berbasa-basi.

Pemuda itu tak berkata apa-apa, tapi ia menunjukkan judul bukunya kepada Sakura.

Sakura hanya ber'oh'ria setelah membaca judul bukunya.

Beberapa detik tak ada yang bersuara, hanyut dalam pikiran sendiri-sendiri.

"Ehm..ada apa kau mendatangiku?" Naruto menunup bukunya, dan mengalihkan pandangannya kepada Sakura.

"Emm...cuma ingin berkenalan saja, ngomong-ngomong kamu ngambil fakultas apa?" Sakura tersenyum simpul sambil meremat tangannya yang berada di belakang tubuh untuk menghilangkan rasa gugupnya.

Naruto menaikkan sebelah alisnya, heran dengan pertanyaan Sakura. Tapi ia langsung menjawab "fakultas bisnis".

"Owh..." Sakura manggut mengerti setelah mendengar jawaban Naruto.

"Kau tak capek?" Tanya Naruto, ia melihat Sakura yang sejak tadi berdiri di samping bangku.

Sakura menunjukkan cengirannya "sedikit sih,,ehehe" jawabnya.

Naruto bergeser, memberikan tempat untuk Sakura duduk. "Duduklah!" Titahnya kepada Sakura.

Ino, Tenten dan Hinata hampir pingsan melihat kejadian di sana, tak biasanya bahkan tak pernah ada seorang cewek asing yang mendapat perlakuan istimewa dari Naruto. Baru kali ini mereka melihat Naruto menawarkan duduk untuk gadis asing yang baru di kenalnya. Sebenarnya apa yang di miliki Sakura?, sehingga membuat semua pemuda luluh padanya. Bahkan Naruto yang terkenal dingin dengan gadis yang tak di kenalnya.

Sakura sendiri sempat kaget karena hal itu. Tapi ia mencoba untuk tenang dan menerima ajakan itu.

Ia pun mendudukan dirinya di samping Naruto. Melihat hal itu, banyak mahasiswi bahkan mahasiswa iri, marah bahkan cemburu melihat prince dan princess kampus duduk bersandingan.

"Jadi..kau menemuiku hanya untuk itu?" Tanya Naruto setelah Sakura duduk di sampingnya.

Sakura menggelengkan kepala membantah pertanyaan Naruto, "tidak,,aku kesini ingin meminta bantuanmu, kamu mau membantuku kan?" tanya Sakura dengan senyum manis yang bisa membuat semua pemuda bertekuk lutut kepadanya.

"Bantuan apa?" Tanya Naruto dingin. Begitulah ia, jika berhadapan dengan gadis 'asing'.

"Bantu aku mengerjakan makalah, sejak kemarin aku belum mengerjakannya, kamu bisa kan?" lagi-lagi Sakura menunjukkan senyum manisnya kepada Naruto.

"Hah~…baiklah" Naruto mendesah lelah, sebenarnya ia ingin menolaknya, tapi saat melihat senyuman Sakura ia tidak bisa.

"Kyaa..terima kasih banyak" tanpa sadar, Sakura menerjang tubuh Naruto dengan berteriak kegirangan.

Kejadian itu membuat mereka menjadi pusat perhatian.

Naruto sedikit melotot saat Sakura menerjangnya, memeluknya dengan tiba-tiba. "Ehm..bisa kau hentikan ini!" Naruto berdehem untuk menyadarkan Sakura.

"Eh..m-maaf!,aku terlalu bahagia karena ada yang mau membantuku" Ujar Sakura sambil melepaskan pelukannya.

"Emm..terima kasih sudah mau membantuku, besok aku tunggu di cafe Nami, sekali lagi arigatou" dengan semburat merah tipis yang menghiasi pipinya, ia berujar sambil membungkukan badannya sedikit.

"Hn, tak masalah" ujar Naruto.

"Baiklah aku permisi dulu" ujar Sakura sambil bangkit dari duduknya dan berlalu dari hadapan Naruto.

Tanpa Sakura sadari, Naruto tersenyum tipis. Tipis sekali sampai tidak ada yang menyadarinya.

...

"Bagaimana?" Tanya Ino penasaran. Tak hanya Ino, tapi Tenten dan Hinata juga.

"Nanti saja aku jelaskan, sudah waktunya pelajaran, ayo pergi!" Setelah memberesi buku dan laptopnya, Sakura menyampirkan tasnya di bahu, dan mengajak teman-temannya pergi meninggalkan taman.

...

...

"wah..kau hebat Sakura" seru Tenten.

Saat ini mereka berada di kelas. Setelah pelajaran hari ini berakhir, mereka memutuskan untuk tidak pulang dahulu. Demi mendengarkan cerita Sakura.

"Yah,,kurasa dia tidak sulit untuk di dapatkan" ujar Sakura angkuh.

"Itu bagimu, tapi bagi kami itu sulit tau. Sebenarnya kau memakai apa sih?, kok semua cowok luluh padamu" seru Ino.

"Aku tidak pakai apa-apa, sudah takdirku untuk selalu di puja oleh cowok" sebenarnya Sakura juga kurang mengerti, kenapa semua pemuda tertarik padanya. Tapi kalau Naruto berbeda, Sakura rasa ada sesuatu yang membuat Naruto menuruti permintaannya. Ya Sakura tahu 'sesuatu' itu.

"Ok..ok..kau memang ahlinya, aku pulang dulu, Sai sedang menungguku di parkiran,bye" setelah memberesi semua barangnya, Ino bergegas pergi meninggalkan ketiga sahabatnya yang masih berada di dalam kelas.

"Ok,,aku juga harus pergi, kurasa sopirku sudah datang, Tenten jaga baik-baik calon adik iparmu ya!, bye" Sakura memberikan senyuman manis kepada Tenten dan Hinata yang saat ini tengah terpaku karena ejekkannya.

"Sakuraaa...awaass...kauuu.." teriak Tenten baru menyadari ejekkan Sakura saat gadis itu sudah berada jauh dari kelas.

Sakura tahu jika Tenten tengah menjalin hubungan dengan sepupu Hinata.

...

...

...

...

"Sakura..bagaimana kemarin?" Baru saja Sakura memasuki kelas, ia sudah di berondong dengan pertanyaan oleh Ino.

"Apanya?" Sungguh Sakura tidak mengerti dengan pertanyaan Ino.

Ino berdecak mendengar Sakura balik bertanya, "ck,,tentu saja Naruto dan makalahmu?" Ujar Ino kesal.

"Owh,,biasa aja" kemarin sore ia menyuruh Naruto untuk datang ke rumahnya, untuk membantunya mengerjakan makalahnya. Kemarin tidak terjadi apa-apa antara ia dan Naruto, Naruto hanya menunjukkan caranya membuat makalah, sedangkan isinya ia sendiri yang membuat.

"Benarkah?, tidak terjadi sesuatu di antara kalian?" Tanya Ino curiga.

"Sudahlah..pig, nanti kalau terjadi sesuatu akan ku ceritakan" ujar Sakura sedikit kesal.

"Baiklah..baiklah.." Ino pun meninggalkan Sakura dan kembali ke bangkunya.

...

"Sakura-chan"

Mendengar ada seseorang yang memanggilnya dari belakang, ia pun menoleh ke asal suara, "Gaara-kun" panggilnya kepada pemuda berambut merah dan bertato di dahi yang memanggilnya tadi.

"Sakura-chan..aku mencarimu tadi, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan denganmu", tadi Gaara sempat mencari Sakura di kelasnya, tapi kata temannya Sakura baru saja keluar dari kelasnya hendak menuju kantin.

Saat ini Gaara dan Sakura tengah berada di koridor sejalan menuju kantin. "Bicara apa?", dalam benak Sakura sedikit menebak arah pembicaraan Gaara.

Gaara mengambil tangan kanan Sakura yang bebas, sedangkan tangan kiri Sakura tengah mendekap sebuah laptop, dan memaksa Sakura mengikutinya. "Eh..kita mau kemana?" Tanya Sakura di sela tangannya di tarik Gaara untuk mengikutinya.

"Kita akan berbicara di suatu tempat, tenang saja! Tidak akan terjadi sesuatu" Gaara mengerti karena Sakura sempat kaget tiba-tiba ia menariknya.

Melihat senyum Gaara, Sakura menjadi sedikit tenang dan menurut ajakan Gaara.

Tanpa Gaara dan Sakura sadari, ada seseorang yang sejak tadi memerhatikan mereka. Dan sekarang orang itu mengikuti kemana perginya Gaara dan Sakura.

...

"Kenapa kita bicara di sini?" Tanya Sakura kepada Gaara setelah sampai di tempat tujuan.

Saat ini mereka berdua tengah berada di taman belakang kampus. Gaara memilih tempat ini karena tempat ini sangat pas untuk membicarakan 'masalah' ini dengan Sakura.

Taman belakang kampus memang sangat cocok, tempatnya tak kalah bagus dengan taman depan, dan tempatnya lebih sepi.

"Karena tempat ini sangat pas" ujar Gaara sambil tersenyum manis kepada Sakura. Tak ayal senyum itu sedikit membuat Sakura tersipu.

Tiba-tiba ekspresi Gaara berubah menjadi serius, "Sakura..memang kita baru mengenal dua minggu yang lalu, tapi perasaan ini sudah ada semenjak kita pertama kali bertemu, aku tidak ingin menyesal dengan tidak mengungkapkannya secepatnya" Gaara terlihat menghela nafas sejenak untuk menetralkan kegugupannya.

Gaara melangkah perlahan mendekati Sakura, ia menggambil tangan Sakura yang bebas, dan mengenggamnya dengan lembut. "Sakura..aku mencintaimu" bisik Gaara yang saat ini wajahnya tepat berada di hadapan wajah Sakura, bahkan hidung mereka hampir bersentuhan.

Sakura sempat membulatkan matanya mendengar bisikan Gaara, ia pun mendorong dada Gaara dengan perlahan. "Maaf" Sakura menutup matanya saat mengatakannya, ia tidak tega melihat ekspresi Gaara.

Gaara merasakan ada berjuta pisau yang menghujam hatinya saat mendengar kata itu terucap dari bibir Sakura. "Kenapa..kenapa kau menolakku?" ia butuh alasan, kenapa Sakura menolaknya, padahal ia benar-benar tulus mencintainya. "KENAPA SAKURA?" Gaara menyentuh bahu Sakura dan menguncangnya dengan keras, ia meluapkan amarahnya kepada Sakura.

"…"

Sakura bergeming, tak dapat lagi menjawab pertanyaan itu. Air mata mengalir dari pelupuknya, ia tidak ingin menyakiti pemuda ini. Pemuda ini sudah ia anggap sebagai teman dekatnya, semua perbuatan yang ia lakukan kepadanya selama ini telah di artikan berbeda oleh pemuda ini.

"SAKURA CEPAT JAWAB AKU!" Lagi-lagi Gaara berteriak dan menguncang bahu Sakura dengan keras. Gaara merasa sangat sakit saat ini, ia kira selama ini Sakura juga memiliki perasaan yang sama, tapi ternyata.

"Hentikan!.. Gaara.."

Gaara menoleh ke arah sumber suara "kau" ujar Gaara setelah mengetahui siapa yang mencegahnya.

"Lepaskan Sakura!" titah orang itu dengan santai.

Sakura mendongak ketika mendengar suara yang di kenalnya. "N-Naruto" ia membulatkan matanya ketika melihat seseorang yang di kenalnya.

Naruto berdiri tak jauh dari mereka. Ia berdiri dengan tangan kanannya membawa sebuah buku tebal, dan tangan kirinya tersimpan rapi di dalam saku celana jeansnya. Ia menampilkan ekspresi seperti biasanya, tapi Sakura melihat ada sesuatu dalam ekpresi itu.

"Sedang apa kau di sini?" Tanya Gaara setelah melepaskan Sakura.

"Aku di sini ada kepentingan dengan Sakura, jadi biarkan Sakura pergi denganku!" Jawab Naruto dingin.

"ini bukan urusanmu, jangan ikut campur, dan aku masih ada urusan dengan Sakura" ujar Gaara tak kalah dingin.

Tanpa menghiraukan larangan Gaara, Naruto melangkahkan kakinya mendekati Sakura. Ia pun mengambil tangan Sakura yang bebas dan membawanya pergi menjauh dari Gaara.

Gaara mencekal lengan Sakura yang tengah mendekap laptop, melarangnya pergi,"kau tak bisa pergi begitu saja, urusan kita belum selesai" ujar Gaara.

Terpaksa Naruto menghentikan langkahnya, begitu pula Sakura. "Le-pas-kan Sa-ku-ra" ujar Naruto menatap tajam Gaara.

"Sudahlah Naruto..ayo kita pergi" Sakura melepas genggaman Naruto, ia pun melepaskan cekalan Gaara pada lengannya dengan pelan, ia takut menyakiti Gaara, tapi ia memang telah menyakiti Gaara. Sakura mengambil telapak tangan Naruto dan menariknya pergi dari hadapan Gaara.

Gaara hanya bisa menatap punggung Sakura yang mulai menjauh dengan sendi, 'kurasa inilah takdirku' batin Gaara miris.

...

Sakura pov

Setelah satu minggu lebih aku mendekati Naruto, kini aku dan dia semakin hari semakin dekat, meskipun dia masih bersikap dingin sih.

Aku tidak menyangka, aku bisa dekat dengan prince kampus, yang katanya selalu bersikap dingin.

Bahkan setelah kejadian Gaara tadi, ia malah bersikap lebih dingin dari biasanya kepadaku. Kurasa ia sedang marah saat ini. Entah karena apa, atau karena aku?.

Aku sedikit menyesal dengan perbuatanku pada Gaara tadi, kenapa aku tidak mencoba menjelaskannya pada Gaara, tapi aku tidak cukup kuat untuk mengatakan semuanya, karena aku sudah menganggap Gaara sebagai sahabat baikku.

...

Jujur, aku memang mengakui dia itu sempurna. Tampan, keren, seksi, jenius dan kaya raya. Siapa coba yang tidak menginginkannya?. Sejak aku dekat dengannya, tak sedikit mahasiswi yang membeci aku. Meskipun masih banyak mahasiswa yang masih mengagumiku.

Kerap kali aku juga mendapat ancaman dari fans Naruto, karena telah berani mendekati idolanya. Aku lebih memilih mengabaikannya, untuk apa meladeni mereka? Tidak ada untungnya bagiku.

Saat ini aku dan Naruto tengah berada di kantin kampus, tinggal sedikit lagi makalahku akan selesai.

"Di bagian akhir makalah kau bisa beri catatan khusus atau catatan kosong yang bisa kau tulis sendiri" Jelas Naruto sambil pandangannya tak lepas dari layar datar laptop. Jika sedang serius Naruto terlihat begitu menawan, sampai-sampai aku tidak berkedip memandangnya.

"Baiklah..cepat tulis bagian daft-…" belum selesai Naruto menjelaskan, terdengar sebuah teriakan memanggil nama Naruto.

"Naruto-kuunn...", Teriak seorang gadis berambut pirang pucat berponi rata sambil berjalan cepat ke arah meja yang aku tempati bersama Naruto.

'hahh~…sudah pasti dia', dan semenjak satu minggu lebih aku dekat dengan Naruto, aku jadi tau dia. Ya dia adalah si pirang pucat berponi rata, dia bernama Shion. Dan dia selalu mengejar-ngejar Naruto.

Bisa di bilang Shion termasuk fans fanatik Naruto, dia selalu terobsesi untuk memiliki Naruto. 'Fans fanatik yang lebay' pikirku.

Shion memang cantik sih, bahkan kebanyakan fans Naruto adalah gadis cantik. 'Tapi tidak ada yang lebih cantik dari aku'.

Saat Shion telah tiba, dia langsung memeluk Naruto dengan manja. "Naruto-kun aku merindukanmu" ujarnya.

'Khii..ingin sekali aku menariknya dan melemparkannya ke jurang' geramku. Aku selalu tidak tahan ingin memberi pelajaran Shion agar dia tidak mendekati Naruto, 'tapi apa aku bisa? Aku kan bukan siapa-siapanya Naruto'. Hal itulah yang membuatku lemah, mungkin sebaiknya aku akan 'mengungkapkannya' sekarang.

Bagiku sekarang yang aku pikirkan bukanlah tantangan dari teman-temanku, tapi perasaanku. Sebenarnya aku sudah menyukai Naruto 'sejak lama', bahkan kerap kali aku menolak pernyataan cinta dari banyak pemuda karena 'aku mencintai Naruto'. Kurasa inilah waktunya untuk 'mengungkapkannya', entah apa reaksi Naruto setelah aku 'mengungkapkannya', semoga dia mau menerimanya.

Tapi bagaimana jika Gaara tau?, yang terpenting bagiku sekarang adalah 'mengungkapkan' yang sebenarnya. Aku sudah tidak tahan dengan ini semua, semoga saja Gaara bisa mengerti.

Tujuanku melakukan ini, karena aku sudah tidak tahan dengan kelakuan Shion yang selalu mendekati Naruto, bahkan aku juga membenci mahasiswi yang selalu 'sok manis' di depan Naruto. Memang sih Naruto tidak pernah menanggapinya, ia selalu bersikap dingin kepada mereka. Hal itulah yang membuat aku sedikit senang.

Sakura pov end.

Naruto melirik Sakura yang terlihat geram menahan amarahnya. Naruto tahu sebentar lagi akan terjadi sesuatu, entah apa itu.

"Shion..lepaskan aku!" Geram Naruto menahan amarahnya yang hampir keluar gara-gara Shion.

"Tidak mau" Shion malah mengeratkan pelukannya kepada Naruto.

"Apa kau tuli?, lepaskan Naruto" Sakura berteriak dan bangkit dari duduknya sambil menuding Shion dengan telunjuknya. Ia tidak bisa menahan amarahnya lagi.

"Apa kau bilang?" Shion melepaskan pelukannya dan membalas Sakura tak kalah sengit.

"Selama ini aku telah bersabar, tapi untuk kali ini tidak" ujar Sakura sambil berjalan kaku ke arah Shion.

Shion tak pernah melihat 'princess kampus' semenyeramkan saat ini, sampai-sampai ia bergidik ngeri melihatnya. "M-memangnya kau siapanya Naruto-kun?" Tanya Shion sedikit gugup karena melihat ekspresi Sakura.

"S-Sakura hentikan!, apa kalian tak malu di lihat oleh orang banyak" ujar Naruto sedikit gugup karena melihat Sakura marah. Memang benar, saat ini mereka tengah menjadi pusat perhatian seluruh isi kantin.

...

Begitu pula ketiga sahabat Sakura, mereka memandang kejadian di sana dengan bingung.

"Sebenarnya apa sih masalahnya?, sehingga Sakura semarah itu" tanya Tenten.

"Tadi itu tiba-tiba Shion datang dan langsung memeluk Naruto-kun, dan Sakura marah deh" jelas Hinata yang tadi terus memerhatikan kejadian di sana.

"Apa mungkin Sakura cemburu?" Tanya Ino kepada kedua sahabatnya. Ya gelagat Sakura memang terlihat seperti orang cemburu, melihat Shion dekat-dekat dengan Naruto.

"Kurasa juga begitu, apa Sakura sudah menyukai Naruto-kun ya" pikir Tenten.

...

"Jadi..kau ingin tau aku ini siapanya Naruto?" tanya Sakura ketika sudah berada di depan Shion.

"Memangnya kau siapanya?, pacar bukan, saudara juga bukan" ujar Shion dengan nada mengejek.

Gigi Sakura bergemlutuk dan wajahnya memerah menahan amarah. "Aku adalah ISTRInya Naruto" teriak Sakura dengan kencang, sehingga membuat semua orang yang berada di kantin tersentak kaget karena mendengar apa yang Sakura katakan.

"Apa..Sakura istri Naruto-kun"

"Ini tidak mungkin, Sakura-chan istri Naruto, aku tidak percaya ini"

"Jadi Prince kampus sudah mempunyai istri, sejak kapan?"

"Tak kusangka, prince kampus adalah suami princess kampus"

Terdengar bisikan dan gumaman dari berbagai penjuru kantin, banyak yang tidak percaya dengan apa yang mereka dengar, ada yang menangis tersedu-sedu, ada juga yang terlihat marah mendengar hal ini.

Sedangkan Naruto, ia tampak menghela nafas, Sudah ia duga Sakura akan melakukan hal ini tadi. Entah mengapa hari ini Sakura sering membuatnya kesal.

"Khii...jangan mengaku-ngaku ya, Naruto-kun itu masih single, dan akulah yang akan jadi istrinya bukan kau" Shion tidak percaya dengan apa yang di katakan Sakura.

"Kau tidak percaya, baiklah..Naruto kemarikan tangamu!" Sakura mengangkat tangan kiri Naruto yang terdapat cincin emas dengan permata berlian kecil di bagian tengah cincin, jika di perhatikan di sana terdapat tulisan 'Sakura'. Sakura menyandingkan tangan kirinya dengan tangan kiri Naruto, "sudah percaya?" Tanya Sakura sambil menunjukkan cincin di tangannya dan di tangan Naruto yang tampak sama persis, tapi milik Sakura terdapat tulisan 'Naruto'.

"I-ini tidak mungkin, ini semua bohong kan?, Naruto-kun katakan kalau ini semua bohong!" Air mata mengalir, Shion tidak bisa menahannya lagi ketika tau kebenarannya.

"Hahh~…" Naruto menghela nafas sebelum menjawab "maaf Shion, tapi inilah kenyataannya".

"Ti-tidak mungkin"

Bruukk

Tiba-tiba Shion pingsan, karena tidak kuat dengan kenyataan ini.

...

...

"Sakura..kami butuh penjelasan!" Ino, Tenten dan Hinata menatap tajam Sakura, meminta sebuah kejelasan.

"Hahh~…baiklah" ujar Sakura malas.

FLASBACK

"Jadi kau akan pindah ke kampusku?" Tanya Naruto yang saat ini sedang menyandarkan punggungnya di kepala ranjang sambil serius dengan bukunya.

"Hmm...bukankah sudah jelas" jawab Sakura, ia sedang duduk di depan meja rias sambil menyisir rambut panjangnya yang tergerai.

Naruto mengalihkan padangan dari bukunya menuju istrinya, "hahh~…tapi alasanmu yang tidak jelas" Naruto menghela nafas mengingat alasan istrinya yang ingin pindah kampus dengannya.

Sakura memutar tubuhnya menghadap suaminya yang berada di atas ranjang, "tidak jelas bagaimana?, kan sudah jelas aku tidak ingin suamiku dekat dengan perempuan lain" ujarnya sambil mengerucutkan bibir.

"Jadi..kau tidak percaya dengan suamimu?" Sebenarnya bagi Naruto tak masalah jika istrinya pindah kampus dengannya, tapi alasan Sakuralah yang bermasalah.

Sakura meletakkan sisirnya di atas meja rias, dan beranjak menuju sang suami yang sedang asyik membaca buku. "Sayang..bukannya aku tidak percaya, tapi aku dengar dari temanku kalau kau sering di kejar-kejar banyak gadis cantik, aku kan tidak ingin kalau suamiku terjerat oleh mereka" Sakura menyelipkan lengannya di sekeliling pinggang dan menyandarkan kepalanya di bahu sang suami.

Naruto tersenyum mendengar jawaban sang istri. Ia menutup bukunya dan meletakkannya di meja nakas di samping ranjang, ia lalu balas memeluk sang istri. "Jadi kau takut jika suamimu ini tergaet gadis cantik di kampus?, memang benar gadis-gadis yang mengejarku sangat cantik-cantik, aku pernah berfikir untuk menjalin hubung-…ouch..sakit sayang" ia merasakan sakit di perutnya karena mendapat cubitan dari istrinya.

"Jika itu sampai terjadi, aku tidak akan memaafkanmu" Sakura menatap tajam sang suami sambil terus memberikan cubitan di perut sixpacknya.

"Ouch..hentikan..aku minta maaf, aku hanya bercanda, ouch.." mohon Naruto, ia terus berusaha menghindar dari cubitan sang istri.

"Baiklah, tapi jangan ulangi lagi, itu tidak lucu" Sakura mengambek, ia membelakangi Naruto sambil bersedekap.

Naruto tersenyum melihat tingkah sang istri. Ia bergerak maju, tangannya terjulur melingkar di sekeliling perut sang istri. Ia menurunkan dagunya di pundak sang istri, "baiklah, kamu boleh pindah ke kampusku, tapi dengan satu syarat" bisiknya, ia mengecup perpotongan leher jenjang sang istri dengan mesra.

"A-apa syaratnya?" Tanya Sakura yang sudah terbuai dengan sentuhan Naruto.

"Kamu harus bisa menyembunyikan identitas kita, agar kita bisa belajar dengan tenang,hm?" bisik Naruto sambil mengecup bahu mulus sang istri.

"B-baiklah" ujar Sakura sambil menutup mata karena telah terbuai oleh sentuhan sang suami.

"Bagus..jadi bisa kita mulai!" Pintanya berbisik tepat di telinga Sakura.

Sakura hanya bisa mengangguk pasrah dan menikmati perlakuan dari suami sexynya.

FLASBACK END

"Jadi karena itu kau pindah kampus?" Ino, Tenten dan Hinata hampir saja terjungkal saat mendengar alasan Sakura berpindah kampus.

Sakura dengan polosnya mengangguk.

"Tapi jika aku berada di posisi Sakura, sudah pasti aku juga akan melakukan hal yang sama" ujar Ino.

"Hah..kalian berdua sama saja" seru Tenten. "Jadi kau dan Naruto sudah menikah sejak kapan?".

Sakura memasang pose berfikir, "aku dan Naruto sudah menikah sejak 6 bulan yang lalu".

"Lalu di mana kali pertama kalian bertemu?" Giliran Hinata yang bertanya.

"Sebenarnya aku dan Naruto adalah sahabat sejak kecil, kami satu sekolah saat SD, waktu SMP dan SMA kami tidak pernah lagi satu sekolah. Orang tuaku dan orang tua Naruto adalah teman dekat waktu SMA dan kuliah, mereka menjodohkan kami. Tapi sebelum kami di jodohkan, kami sudah berpacaran sejak kelas 10. Lalu kami menikah 6 bulan yang lalu. Sebenarnya alasanku kuliah disini bukan hanya hal itu, tapi juga karena kampus ini lebih baik dari kampus aku sebelumnya" jelas Sakura panjang lebar.

"Tapi bagaimana kalian bisa berpacaran, padahal kalian beda sekolah?" Tanya Ino.

"Sebenarnya sejak kecil, aku dan dia tidak pernah putus kontak, meskipun kami berbeda sekolah tapi kami sering berhubungan, Karena jarak rumah kami dekat. Kami juga sering bermain bersama, dan jalan-jalan bersam. Saat awal kelas 10 kami memutuskan untuk berpacaran, karena kami merasa cocok dan suka satu sama lain" jelas Sakura.

"Lalu..apakah sifat Naruto-kun sejak dulu seperti itu?" Ino sangat penasaran dengan sifat Naruto saat kecil.

"Ya..begitulah sifatnya, tapi saat bersamaku ia akan menunjukkan sifatnya yang lain" ujar Sakura sambil tersenyum penuh arti.

"Sifat yang lain" tanya serempak Ino, Hinata dan Tenten. "Apa sifatnya yang lain?" Tanya Ino antusias.

"Maaf untuk hal ini aku tidak bisa menjelaskannya, kalian mengerti!" Sakura menampilkan senyum manisnya.

"Ya..ya..baiklah" seru Ino, Tenten dan Hinata serempak.

...

...

...

...

Terlihat seorang wanita bersurai merah muda tengah melangkah bak seorang model yang berlenggak lenggok di atas catwalk. Surai panjangnya yang tergerai bergerak seirama dengan langka anggunnya.

Ia berjalan menuju sebuah mobil sport mewah bermerk Bugatti Veyron berwarna merah. Di sana terlihat seorang pemuda sedang bersandar di bemper mobil sambil bersedekap.

Pemuda itu berpenampilan casual, dengan kemeja polos berwarna biru dengan sedikit variasi, yang terlihat pas sehingga menonjolkan bentuk tubuhnya yang sexy. Kakinya yang panjang di balut dengan celana jins berwarna hitam. Dan kacamata hitam menutupi bola mata dengan manik biru safir yang indah. Ditambah dengan surai pirang cerah bermodel potongan spike terlihat sangat cocok untuknya. 'PERFECT' itulah kata yang pas untuknya.

Naruto berjalan mendekat saat melihat Sakura hampir tiba, ia mengulurkan tangan meminta Sakura. Setelah Sakura menerima ulurannya, ia membawa Sakura ke arah kursi penumpang. Ia membukakan pintu mobil dengan senyum manis yang di tunjukkan untuk Sakura.

Sebelum memasuki mobil, Sakura memberi sekilas kecupan di bibir Naruto.

Saat Sakura telah memasuki mobil ia menutup pintu dan berjalan memutari mobil dan masuk ke bagian pengemudi.

"Aku mencintaimu Naruto" ujar Sakura setelah melihat Naruto selesai memasang sabuk pengamannya.

Naruto tersenyum mendengar kalimat itu dari istrinya, "Aku juga mencintaimu istriku" ujarnya sambil mengusap pucuk kepala Sakura dengan lembut.

Sakura menyandarkan kepalanya di bahu kekar sang suami pirang sambil terus menampilkan senyum cerahnya.

Bugatti Veyron itu berjalan perlahan meninggalkan halaman kampus. Dengan menyisakan pandangan sendu dari mahasiswa dan mahasiswi karena melihat kebahagiaan Prince dan Princess kampus mereka.

"Semoga mereka selalu hidup bahagia"

...

...

...

End

...

...

...

A/N : Gomen...kalau endingnya gaje, semoga menghibur, arigatou...tuk yang sudah mampir membaca..

Arigatou *membungkukkan badan

Salam Dattebayeo by NamiKura10