...Setiap ku buka mata, hanya kau yang ingin aku lihat

Kau begitu sempurna

Ingin ku memilikimu, selamanya...


Just a fic for Yukio Hisa. Enjoy it, dear :)


Disclaimer : Masashi Kishimoto

Rated : T

Pair : U. Sasuke – H. Hinata

Warning : Abalisme, gajenisme, OOC etc


:..:


Empat tahun sudah Hinata menjalani hari-harinya sebagai guru TK—cita-citanya sejak kecil. Piawainya yang lemah lembut dan keibuan menjadikannya guru favorit di TK. Selain itu, dia juga menjadi incaran para pemuda yang—dengan sengaja—mengantarkan keponakan ataupun anak tetangga yang bersekolah di TK tempat Hinata mengajar.

Tak terkecuali pemuda beriris hitam, Uchiha Sasuke. Bungsu Uchiha yang menyukai—coret, tergila-gila—dengan Heiress Hyuuga itu sejak di sekolah dasar. Apapun telah dia lakukan untuk bisa dekat dengan Hinata. Dengan tekad yang kuat dan usaha yang gigih, dua tahun lalu Sasuke dan Hinata sudah resmi menjadi sepasang kekasih.

Masih segar dalam ingatan, ketika itu Sasuke yang tengah mengurus cabang Uchiha Corp di Amerika, tiba-tiba ditelepon Mama Mikoto. Dengan suara yang lantang menggebu-gebu, Mama Mikoto menyuruh—memerintah—Sasuke untuk segera pulang ke rumah. Sang mama tidak menerima penolakan dalam bentuk apapun. Mau tak mau, Sasuke pulang ke Jepang juga. Saat itu, posisi Sasuke yang sedang menata hatinya harus menyiapkan tameng besar di hatinya agar tidak kembali gundah gulana karena seorang gadis yang digilainya.

Demi Jasin-sama yang agung. Seumur-umur, baru kali ini Uchiha junior itu dilecehkan. Pasalnya, alasan Mama Mikoto menyuruhnya pulang ke Jepang hanya untuk merayakan ulang tahun setan kecil yang sudah 5 tahun menjadi keponakannya itu. Setan kecil yang merupakan anak dari Uchiha Itachi—yang merupakan setan dewasa.

Demi apapun yang ada di langit dan di bumi dan sebagainya juga, Sasuke tidak pernah dan tidak akan suka dengan yang namanya anak kecil. Lebih baik dia lari telanjang kaki di atas bara api, daripada harus merayakan-entah-perayaan-macam-apa-itu.

Namun, apa boleh buat. Di keluarganya, Mama Mikoto adalah pemegang kekuasaan tertinggi. Jadi, apapun kemauannya, semua anggota keluarga harus memenuhi, tak terkecuali Papa Fugaku. Ohh, adakah keluarga yang lebih unik daripada keluarga ini?


:..:


Ternyata, ide Mama Mikoto kali itu memberi keuntungan tersendiri untuk Sasuke. Ulang tahun cucu pertama keluarga Uchiha tidak dirayakan sederhana. Undangan ulang tahun telah disebar ke semua saudara, teman, kolega dan lain sebagainya.

Semua teman sekolah Hikaru, Uchiha Hikaru, setan kecil berwajah imut itu—kata Sasuke, telah mendapat undangan dari Mikoto. Bahkan guru dan kepala sekolahnya pun tak luput dari sebaran undangan Mikoto. Tunggu, apakah ada yang bilang 'guru'? Bukankah Hinata juga seorang guru?

Di sinilah awal pertemuan mereka sejak Sasuke memutuskan menata hatinya kala cinta sepihaknya tak dibalas sang pujaan hati. Hinata yang saat itu menghadiri acara ulang tahun Hikaru—yang merupakan anak didiknya—tidak sengaja bertabrakan dengan Uchiha bungsu itu. Mungkin terlihat klise atau mengada-ada, tetapi memang begitulah kejadiannya. Kala itu, Hinata yang baru saja keluar dari kamar mandi di ujung ruangan, tak sengaja bertabrakan dengan Sasuke yang berbelok dari ruang tengah menuju tangga di dekat kamar mandi.

Mungkin terlalu berlebihan jika dikatakan Sasuke terpesona pada sulung Hyuuga itu, tetapi sejak dia mengulurkan tangannya untuk membantu Hinata berdiri—dan sejak mata hitamnya tak berkedip menatap wajah ayu itu—, sejak itulah pemilik rambut spike itu menganggap Kami-sama sedang bahagia ketika menciptakan sosok indah di depannya itu. Kulit putih, rambut gelap, mata sayu, bibir tipis kemerahan— Ahh, imajinasi liar Sasuke mulai merajai otaknya. Sasuke, kau tak ingin dianggap pria tak normal, bukan? Jadi, hentikan imajinasi liarmu itu atau kau akan kehilangan bidadari cantik di depanmu itu..


:..:


"A-ano... Gomenasai, aku tidak sengaja..." kata Hinata sembari membungkukkan badan.

"Ahh, tidak apa-apa. Aku yang seharusnya minta maaf." Oh siapapun, tolong sadarkan aku! Benarkah ini seorang Uchiha Sasuke yang berbicara? Err... Ini benar-benar bukan seperti Sasuke yang ku kenal. Bukankah Uchiha Sasuke itu terkenal dengan sikapnya yang dingin? Ah, mungkin saat ini di sekeliling Uchiha itu sedang ada cupid yang menari-nari dan memainkan panahnya. Siapa yang tahu?

"T-tidak apa-apa. Permisi..." pamit Hinata.

Sejak kecil, Sasuke telah diajarkan untuk selalu berusaha dan pantang menyerah dalam meraih apapun. Uchiha tidak mengenal kata gagal. Dan hari ini, dengan posisi dan kesempatan sedekat ini, Sasuke tidak akan melewatkannya begitu saja. Apalagi dia sudah cukup lama menunggu saat-saat untuk dekat dengan Hinata. Hei! Lihat saja seringai mesum yang tampak di wajah tampan itu. Bukankah akan menarik jika Sasuke bertingkah seperti pria mesum?

"Tunggu..." Uchiha itu mulai melancarkan aksinya,"Kau tidak ingat padaku, Hinata?" to the point, tanpa basa-basi.

Hinata yang sedari tadi menunduk, kini mulai mendongakkan wajahnya menatap pria tampan itu. Sejenak dia memandangnya dalam diam sembari mengernyitkan dahi. Oh, apakah ini tanda-tanda Hinata tidak ingat pada pria tertampan seantero Konoha ini? Poor Sasuke.

"K-kau..." telunjuk kanan Hinata mengarah ke pria itu,"...siapa?"

Snatch!

Dahi Sasuke membentuk siku-siku. Jika seorang Uchiha boleh berkelakuan tidak wajar, maka saat itu juga dia akan berguling-guling frustasi sambil mengacak rambut bermodel ekor ayam kebanggaannya itu.

Demi Jasin-sama yang agung, sejak sekolah dasar, Sasuke adalah kakak kelas Hinata. Dia merupakan teman sekaligus rival dari Hyuuga Neji. Perbedaan umur 4 tahun, yang menyebabkan Sasuke dan Hinata tidak satu sekolah lagi ketika sekolah menengah. Apa ini yang menyebabkan Hinata—gadis yang paling dipujanya—melupakannya.

Tidak!

Tidak mungkin Hinata melupakannya hanya karena masalah sepele seperti itu. Uchiha. Apakah dia lupa dengan nama besar keluarga 'Uchiha'? Ayolah, tak ada yang tak kenal siapa Uchiha. Lalu apa yang menyebabkan gadis mungil itu tidak mengingatnya?

"Kau benar-benar tidak ingat padaku, Hinata?" Sasuke masih belum menyerah bertanya. Hanya untuk memastikan.

"Be-benar... A-aku benar-benar tidak tahu siapa Anda, Tuan."

"Uchiha. Namaku Uchiha Sasuke."

Deg!

Bola mata beriris ungu itu membulat tak percaya. "Se-senpai... A-anda Uchiha-senpai teman Neji-nii?"

"Hn. Sekarang kau sudah ingat padaku?" seringai tipis terulas di bibir Uchiha itu.

"I-iya. Go-gomenasai, senpai..."

"Tak apa, Hinata. Sudah lama kita tidak bertemu, mungkin kau sudah lupa padaku," ujar Sasuke merendah. Hinata semakin tak enak hati atas kejadian ini.

"Apa kabarmu, Hinata?" Sasuke mencoba mencairkan suasana yang sedikit canggung itu.

"Ba-baik, senpai."

"Kau mau ke mana?"

"A-aku mau kembali ke pe-pesta," jawab Hinata sembari menyematkan anak rambutnya ke belakang telinga. Sungguh, jika waktu dapat berhenti sejenak, maka saat-saat seperti inilah yang ingin dihentikan Sasuke.

Saking terpananya dengan tindakan kecil Hinata, tanpa sadar tangan Sasuke terulur menyentuh helaian indigo itu untuk membenarkan jepit rambut yang dipakai Hinata. Tubuh Hinata menegang mendapat perlakuan tiba-tiba dari Sasuke. Dengan jarak yang sedekat ini, dia bisa menghirup aroma jeruk dari sabun yang dipakai Sasuke. Perlahan, wajah Hinata menjadi bersemu merah. Sasuke, kau memang tak salah pilih.

Sadar akan tindakannya, Sasuke segera menarik tangannya dan menjauhkan tubuhnya dari Hinata.

"Maaf, tadi jepit rambutmu hampir jatuh," ujar Sasuke datar. Padahal dalam hatinya merutuki perbuatannya yang lancang memegang surai lembut itu. Detak jantungnya juga tak beraturan ketika tak sengaja dia menghirup aroma lavender yang menguar dari tubuh mungil di hadapannya.

"Ti-tidak a-apa-apa, se-senpai. Ka-kalau begitu, a-aku permisi du-dulu..." Dia ingin segera berlalu dari hadapan senpainya ini.

"Tunggu..." sebelah tangan Sasuke menghentikan gerakan Hinata dengan genggaman lembut di tangan gadis manis itu. " Aku juga mau kembali ke pesta. Ayo kita sama-sama," ajak Sasuke sembari menarik tangan kecil itu.

Entah mengapa suhu sekitar mereka memanas yang berimbas pada suhu tubuh masing-masing hanya karena sentuhan—bisa dibilang genggaman tangan itu. Tak hanya itu, koridor tempat mereka bertemu pun seakan menjadi jalan setapak di tengah taman bunga yang sedang bermekaran.

Hm, setelah ini pasti akan ada cerita menarik di antara mereka berdua...


*Owari (?)*


Fic abal dariku lagi :p

Rencana pengin dibuat two shoot. Tapi ntar deh. Cukup segini dulu aja *ditimpuk*

Mind to review :) ?