Three Things
A Pandora Hearts Fanfiction
Disclaimer : Pandora Hearts © Jun Mochizuki
Tiga hal dalam hidup yang tidak akan pernah kembali, waktu, perkataan,dan kesempatan.
Oz duduk di balik kaca jendela, memandangi hujan badai yang tengah berlangsung di luar sana. Pikiran pemilik mata hijau itu tertuju pada kejadian 10 tahun yang lalu, ketika para shinigami merah mengirimnya menuju Abyss. Dia terus berpikir andai dia bisa kembali ke waktu itu, dia ingin sekali mengulang kejadian itu, tepatnya sih dia ingin menghapus kejadian itu.
Dari cerita Break, dia tahu bahwa waktu bisa diulang, sejarah bisa diubah, tapi hasilnya bukanlah hasil yang kita inginkan. Jadi, kesimpulannya, waktu memang tak bisa kembali.
Tok, Tok, Tok.
Lamunan Oz terbuyarkan oleh suara ketukan pintu. "Masuklah," kata Oz.
Dan tampak seorang gadis berambut hitam dan bermata violet mengintip dari celah pintu.
"Oh, Alice, ada apa?" Tanya Oz, sebuah senyum palsu terukir di bibirnya.
Alice memandang orang yang dia anggap 'pelayan' itu dengan intens, cukup intens hingga bisa membuat senyum palsu Oz luntur, digantikan wajah salah tingkah.
"A,.. ada yang aneh dengan wajahku?"
Alice menggeleng. "Kalau kau sedih lagi, kau bisa memintaku menggigit pipimu," kata Alice sebelum menutup pintu kamar itu lagi.
Dan sebelum pintu itu tertutup sepenuhnya, Oz berseru, "Tunggu, Alice!"
Pintu kembali terbuka. "Ya?"
"Kau mau tidur disini? Bersamaku?" Tanya Oz, kali ini senyum tuluslah yang terukir di bibirnya.
Dengan wajah sumringah dan senang atau mungkin bahagia, Alice mendatangi Oz, menyampirkan sebuah selimut putih ke sekeliling tubuhnya. "Sudah kuduga, kau pasti kesepian kalau aku tidak ada," kata Alice percaya diri.
Oz terkekeh pelan. "Ya, aku memang kesepian kalau kau tak ada, apa lagi jika kilat sedang menyambar-nyambar seperti sekarang," kata Oz.
"Ingat ya, Oz, perkataan itu tak bisa di hapus lho," kata Alice sambil menggoyang-goyangkan tangannya ke depan wajah Oz, membuat pemuda pirang itu tertawa.
Dan sepanjang malam itu, pandangan mata Oz tak pernah luput dari Alice yang tertidur pulas.
x x x
Keesokan paginya Alice terbangun di ranjang Oz, dengan Oz yang duduk di kursi di kamar itu, berpakaian lengkap dan rapi.
"Pagi begini kau sudah rapi, mau kemana?" tanya Alice sambil mengucek-ucek matanya.
Oz tersenyum. "Mandilah kemudian pakailah pakaian yang sudah kusiapkan, kita akan pergi ke Sabrie," jawabnya.
Alice mengangguk, kemudian bertanya, "Apa si Raven juga ikut?"
"Tentu saja," jawab Oz. "Kalau dia tidak diikutkan, dia tak akan mengijinkan kita ke Sabrie."
Alice beranjak dari kasur, menuju kamar mandi dengan wajah tertekuk.
Oz yang melihatnya menahan tawa.
"Kau ingin tertawa, manservant?" tanya Alice garang.
Dan Oz pun tertawa. "Segitu tidak sukanya ya kau pada Gil?"
Alice merinding dan langsung masuk ke kamar mandi di kamar itu disertai suara gebarakan pintu.
x x x
Kereta kuda meluncur di sepanjang jalan menuju Sabrie. Dari jendela kereta tersebut tergambar jelas potret kehidupan manusia yang tertinggal, selama bertahun-tahun hanya bisa tinggal di reruntuhan puing bekas kota Sabrie.
"Kasihan ya," ucap Oz.
Alice dan Gil yang sedari tadi diam saja sambil memandang keluar jendela menoleh memandang Oz.
"Mereka tak pantas dikasihani," ujar Gil dan Alice bersamaan.
Mata Oz melebar kaget. Alice memandang Gil sebal, begitu juga sebaliknya, dan detik berikutnya, Alice sudah menggigit pipi Oz.
"Aku menang, Raven," kata Alice senang setelah melepaskan gigitannya.
Wajah Oz merah padam, wajah Gil pucat pasi.
"Apa yang kau lakukan, Baka Usagi?" teriak Gil kencang sampai-sampai kereta yang mereka tumpangi bergoyang.
"Apa? Aku hanya menghibur Oz tahu," kata Alice. "Sharon yang bilang padaku."
Gil langsung menunjukkan ekspresi seperti mau pingsan dan dia pun tumbang dengan tatapan kosong dan merana.
"Kenapa harus nona Sharon?" batin Gil menangis.
Alice dan Oz yang sedari tadi hanya melihat hanya bisa berkata, "Dasar aneh."
"Dan Oz?" tiba-tiba Alice mengalihkan pandangan ke Oz.
"Eh, ya?" Oz bingung.
"Kenapa kau kasihan pada orang-orang itu?"
Oz langsung mengerti arah pembicaraan itu. "Karena mereka tak berpikir untuk meninggalkan tempat itu," jawabnya.
"Iya sih," kata Alice, melipat tangannya di depan dada. "Orang yang bertahun-tahun terjebak dalam waktu yang telah lewat dan sama sekali tak ingin melangkah maju memang menyedihkan," tambahnya. "Padahal semua yang terjebak di Abyss berharap mereka bisa keluar dari waktu yang tetap dan tak bergerak, kembali emnjalani hidup dengan melangkah maju ke depan."
"Makanya, kasihan kan?" kata Oz.
Alice merenung sejenak, kemudian mengangguk.
"Mereka hanya butuh kesempatan," kata Oz.
"Mereka sudah mendapatkannya Oz, mereka hanya tak mau mengambilnya."
"Ada tiga hal dalam hidup ini yang tak bisa kembali," kata Gil yang tiba-tiba sudah kembali menjadi Raven yang cool dan sok bijak. "Waktu, perkataan, dan kesempatan," sebutnya. "Makanya, manfaatkanlah waktu untuk hal-hal yang berguna. Jangan mengatakan hal yang akan kau sesali kelak. Dan jangan lewatkan kesempatan di depan mata."
"Darimana dapatkan kata-kata begitu?"
Gil tersenyum. "Seseorang," katanya penuh rahasia. "Ya, seseorang," ulangnya sambil menatap pemandangan di luar kereta kuda yang seolah seperti berjalan.
O W A R I
Short Fic GJ dari saya untuk para readers sekalian.
Semoga anda sekalian menyukainya
REVIEW?
