Discalimer : Tite Kubo
Rate : T semi M
Genre : Romance & Hurt/Comfort
.
.
.
Jika ada yang tidak menyukai cerita ini, baik jalan ceritanya, pair atau apapun Inoue mohon dengan sangat jangan baca Fic ini. Langsung tekan tombol BACK saja dari pada membuat anda kesal, marah dan merusak mata anda karna membaca Fic ini.
WARNING : Typo bertebaran dimana-mana, EYD yang amburaul, Penempatan tanda baca yang tidak sesuai, OOC, Gaje dan masih banyak kekurangannya. Disini Aizen sedikit Pervet dan sangat OOC banget, jadi jangan kaget ya saat membacanya nanti.
Inoue sudah memperingatkan dengan jelas. Jika tidak menyukai cerita ini, dimohon untuk tidak membacanya dan langung tekan tombol BACK. Dari pada anda kesal, marah, dongkol, benci sama Inoue karna membaca Fic ini.
Jika masih nekat, Inoue mohon dengan sangat jangan marah sama Inoue, setelah membaca Fic ini. Kan Inoue sudah memperingatkannya berulang-ulang kali. Kalau anda tetap nekat juga tanggung deh akibatnya.
PLEASE IF YOU DON'T LIKE DON'T READ
DON'T LIKE DON'T READ
DON'T LIKE DON'T READ
DON'T LIKE DON'T READ
X0X0X0X0X0X0X0X
Hueco Mundo sebuah tempat gersang, tandus juga sebuah padang pasir yang sangat luas sekali, tumbuhan disini hanya ada pohon-pohon mati. Tempat ini benar-benar seperti tak ada kehidupan sama sekali. Disini juga selalu malam hari, tak ada sinar matahari yang menerangi tempat ini. Hanya ada sebuah bulan yang menerangi Hueco Mundo yang gelap.
Hujan ataupun salju tak akan pernah bisa turun ditempat ini, karna memang tempat ini disebut juga sebagai tempat kegelapan dan neraka bagi sebagian Shinigami saat mendatanginya. Karna tempat ini adalah rumah dari para Hollow, Menos/Gillian, Arrancar, Adjuchas, Vasto Lorde / Espada. Musuh dari para Shinigami.
Adjuchas adalah evolusi kedua dari Gillian bentuk tubunya lebih kecil dari pada Gillian, tingkat kecerdasannya tinggi dan kekuatannya beberapa kali lipat dari Gillian. Sedangkan Vasto Lorde adalah sebuah evolusi tertinggi dari para Menos. Sebagai Hollow tubuhnya sama seperti manusia. Dan kekuatan tempurnya sebanding atau melebihi Komandan Shinigami. Karna mereka memiliki Zanpakuto seperti para Shinigami. Yang merupakan para dewa kematian, musuh dari penghuni Hueco Mundo atau biasa disebut dengan Las Noches. Rumah dan tempat dari pengusa Hueco Mundo.
Sudah lama sekali, Hueco Mundo dan Soul Society tempat dimana para dewa kematian dan juga para arwah tinggal. Selalu berperang dan saling bermusuh satu sama lainnya. Entah dari mana permusahan ini berasal. Namun satu sama lain dari mereka, saling menyakiti bahkan membunuh.
Sousuke Aizen, ia adalah penguasa tempat ini. Ia adalah Raja di Hueco Mundo dan pemimpin para Espada. Jika bertanya bagaimana ia bisa menjadi penguasa tempat ini, itu semua karna kekuatan yang dimilikinya. Karna dulu ia adalah seorang Shinigami, namun sesuatu membuatnya harus berada disini dan menguasai tempat ini.
Dulunya tak ada istana semegah dan seluas ini. Hanya ada tanah gersang dan tandus yang terlihat. Dulu sebelum ia datang ketempat ini. Hueco Mundo dikuasai oleh seorang Hollow yang kuat bernama Baraggan. Sosoknya besar, hitam dan memegang senjata yang cukup besar. Namun dengan mudahnya Aizen mengalahkannya dan menjadikannya sebagai anak buahnya. Ia bersama dengan Tia Harribel, Aaroniero menjaga gerbang selatan.
"Bulan yang indah" Azien menengadah wajahnya menatap bulan purnama sempurna dari balik jendela kamarnya.
Entah apa yang tengah dipikirkannya saat ini. Wajahnya terihat seperti tengah memikirkan sesuatu. Namun tak ada yang tahu sama sekali, apa yang tengah mengusik pikirannya malam ini.
Aizen menghela nafasnya dengan perlahan. Dan sesekali bergumam sesuatu dengan sangat pelan. Namun kegiatannya sedikit terusik, ketika ia mendengar pintu kamarnya diketok oleh seseorang.
Tok...Tok...Tok...
"Siapa?" Tanya Aizen dengan dingin, tanpa menolehkan pandanganya dari jendela.
"Ini saya Tuan, Ggio Vega" Jawab seorang pria tampan bernama Ggio Vega dengan lantang dari balik pintu. Ia tidak berani membuka pintu ruangan sang Tuan. Yang merupakan penguasa tempat ini, Raja dari Hueco Mundo.
"Masuklah" Sahut Aizen dengan datar.
Saat di ijinkan masuk oleh Tuannya, Ggio membuka pintu kamar sang Tuan dengan perlahan. Saat ia melangkahkan kakinya masuk, dirinya melihat sang Tuan tengah berdiri didepan jendela kamarnya sambil menengadah menatap bulan purnama saat ini.
Ggio langsung duduk berlutut dan menundukkan kepalanya kepada Tuannya. Penguasa tempat kegelapan ini. Ggio merupakan kapten pasukannya juga orang kepercayaan dari Baraggan. Yang merupakan Jenderal perangnya yang menjaga wilayah selatan bersama dengan Tia Halibel, Aaroniero.
Bukankah seharusnya Ggio tengah berada diperbatasan dan menjaga posnya. Jika tak ada hal yang penting untuknya, pria ini berjanji akan menghukum bahkan membunuh Ggio. Karna meninggalkan tugasnya untuk menjaga perbatasan.
"Ada hal penting apa? Sehingga kau pergi menemuiku, Ggio Vega?" Tanya pria itu dengan dingin sambil mengeluarkan aura yang sangat kelam dan kuat, membuat tubuh Ggio terasa sangat berat sekali. Bahkan bernafas pun saja Ggio merasa sangat susah. Benar-benar kekuatan yang dimiliki oleh Tuannya ini sangat dasyat sekali.
"Maafkan saya Tuan, karna menggagu anda. Saya menemukan Orihime Inoue, yang merupakan teman dari Ichigo Kurosaki. Teman dari para Shinigami diperbatasan" Jawab Ggio Vega dengan takut-takut. Keringat dingin perlahan mulai keluar dari tubuhnya. Bahkan hanya berbicara dengan Tuannya, sudah membuatnya setakut ini.
Aizen hanya diam tak beraksi sama sekali. Bahkan menoleh kearah Ggio pun tidak.
'Deg deg deg deg'
Jantung Ggio berdetak dengan sangat cepatnya. Jika saja pesannya ini tidak penting dan berharga bagi Tuannya. Bersiap-siap saja dirinya akan menjadi abu ditangan sang penguasa tempat ini.
"Dimana gadis itu?!" Aizen membalikkan tubuhnya dan menatap Ggio yang terlihat duduk berlulut dihdapannya.
"Diruangan tahanan Tuan. Saya mengurungnya disana" Ggio terlihat bernafas lega sekali setelah mendengar pertanyaan dari Aizen.
Setelah Tuannya hanya diam dan tak bersuara mendengar berita darinya. Akhirnya ia tertarik dan menayakan keberadaan gadis manusia itu. Salah satu teman dari Ichigo Kurosaki, musuh mereka.
Aizen langsung bergegas pergi untuk melihat keadaan gadis manusia itu, Orihime Inoue. Sebuah nama yang selama ini selalu mengusik hati dan pikirannya.
Tap...Tap...Tap
Ggio berjalan dibelakang mengikuti setiap langkah sang Tuan menuju ruang tahanan yang sangat gelap dan menyeramkan tentunya. Setelah berjalan cukup lama akhirnya Aizen tiba juga didepan penjara Orihime.
"Buka pintu penjara ini" Perintahnya dengan dingin.
Ggio langsung membukakan pintunya, Tuannya langsung masuk dan menghampiri Orihime yang tak sadarkan dirinya. Ia duduk berjongkok memandangi wajah gadis manusia ini dengan seksama. Raut wajahnya terlihat sangat begitu datar dan tanpa ekspresi sama sekali.
Aizen melihat tangan dan kaki gadis manusia ini dirantai dinding. Bisa ia lihat dengan jelas banyak luka-luka ditubuh Orihime, bahkan darah segar masih mengalir dipelipisnya. Bajunya juga terlihat compang-camping sekali. Entah apa yang sebenarnya terjadi dengannya sehingga membuatnya terluka parah seperti ini.
Entah mengapa penguasa Hueco Mundo ini terlihat angat khawatir dan cemas melihat keadaan Orihime. Tiba-tiba saja Aizen membuka rantai yang membelenggu tangan dan kaki Orihime.
"Tuan apa yang anda lakukan? Meng..." Ucapan Ggio langsung terhenti begitu saja saat ditatap tajam dan membunuh dari Aizen.
Ggio langsung menundukkan wajahnya dan tak berani melihat kearah Tuannya. "Mafkan saya Tuan" Ia langsung menutup mulutnya rapat-rapat.
Aizen menggendong Orihime dengan ala putri. Ggio hanya bisa diam dan mengikuti sang Tuan keluar dari ruangan tahanan. Tanpa banyak bertanya pada Aizen.
"Panggilkan Lolly dan Menolly untuk datang kekamarku dan mengobati luka gadis ini" Aizen berbalik dan menatap Ggio. Ia masih terlihat setia mengendong tubuh Orihime.
"Baik Tuan" Ggio membungkukkan tubuhnya setelah itu ia bergegas pergi dari hadapan Tuanya dan menjalankan perintahnya. Ggio sedikit bertanya-tanya dalam hatinya, mengapa Tuannya itu malah menolong dan mengobati tubuh gadis manusia itu. Padahal Orihime adalah musuh dari Tuannya.
"Argh!" Geram Ggio dengan frustasi.
Ia semakin cepat melangkahkan kakinya untuk menemui Menolly dan Lolly untuk menyampaikan perintah dari Aizen.
Dengan perlahan dan hati-hati Aizen meletakkan tubuh Orihime keatas kasurnya. Yang dilapisi oleh sprei berwarna putih. Sesuai dengan warna cat dinding dikamar ini. Yang semuanya didominasi oleh warna putih.
Tok...Tok...Tok...
Terdengar suara ketukan pelan dipintu kamarnya. Dan Aizen yakin kalau yang mengetuknya adalah kedua gadis Hollow yang ia panggil untuk mengobati dan merawat Orihime.
"Tuan, ini kami. Menolly dan Lolly" Teriak keduanya bersamaan dari balik pintu sambil membawa sesuatu ditangan mereka masing-masing.
"Masuklah" Sahutnya dari dalam.
Keduanya langsung masuk kedalam kamar sang Tuan dan menghampirinya yang tengah duduk dibangkunya menatap mereka berdua dengan tatapan yang sangat dingin.
"Tolong kalian sembuhkan semua lukanya dan bersihkan tubuhnya juga pakaikan ia gaun yang sesuai dengan ukurannya" Pria itu berkata panjang lebar.
Keduanya tertegun sesaat ketika mendengar perintah dari Aizen. Akan tetapi Lolly dan Menolly hanya bisa diam dan menjalankannya. Mereka berdua tidak bisa menolak ataupun melawan semua keinginan dan perintah dari Tuannya.
Padahal mereka berdua terlihat tidak suka sekali dengan kehadiran dari Orihime, yang sebenarnya adalah musuh dari Aizen. Dan yang membuat mereka tambah kesal dan marah, gadis ini berani sekali tidur diatas ranjang milik Aizen-sama.
.
.
.
Drap...Drap...Drap...
Seorang pria bersurai orange terlihat begitu panik sekali. Ia berjalan tegesa-gesa menuju ruangan divisi dua belas. Untuk menayakan tentang keberadaan Orihime, temannya. Yang menghilang begitu saja setelah terjadi ledakan besar dieperbatasan karna bertarung dengan salah satu Espada.
"Yo, Ichigo" Renji melambaikan tangannya pada Ichigo saat berpapasan dengannya dijalan. Namun sepertinya Ichigo tidak memperdulikannya dan terlihat semakin cepat melangkah kakinya dan melewati Renji begitu saja.
Renji terlihat sedikit kesal dengan tingkah Ichigo saat ini. "Huh! Kurasa suasana hatinya sedang tidak bagus hari ini" Dengus Renji. Lalu ia melanjutkan kembali perjalannya ketempat divisinya menemui komandannya Byakuya Kuchiki.
BRAK...
Ichigo membuka pintu ruangan divisi dua belas dengan kasar dan keras. Membuat orang-orang yang berada didalam ruangan langsung menoleh kearah pintu. Perbuatannya sedikit menyita perhatian para anggota divisi dua belas.
"Nemu bagaimana? Apa kau sudah menemukannya?" Cecar Ichigo.
Nemu menghela nafasnya dengan berat. Sudah lebih dari lima jam ia dan anak buahnya mencari informasi keberadaan Orihime. Namun sayangnya Nemu tidak bisa menemukan Orihime dimana-mana. Kemungkinan terburuknya yang bisa ia katakan pada Ichigo, adalah Orihime telah tewas setelah kejadian ledakan waktu itu.
Akan tetapi Ichigo masih percaya dan yakin kalau Orihime masih hidup. Karna ia tidak menemukan jasad Orihime disana. Dan Ichigo masih bisa merasakan Reiatsu dari Orihime dengan samar-samar, yang menandakan kalau Orihime masih hidup dan entah kini berada dimana.
"Kita berdoa saja, semoga ia baik-baik saja Kurosaki-san" Nemu menepuk pelan pundak Ichigo memberikannya semangat pada Ichigo. Secara tak langsung Nemu juga meyakini kalau Orihime Inoue masih hidup.
"Terima kasih Nemu" Ichigo tersenyum kecil menanggapinya.
"Maaf, karena telah merepotkanmu" Sambung Ichigo.
"Sama-sama Kurosakin-san. Itulah gunanya teman" Ujar Nemu menanggapinya.
Ichigo berjalan keluar ruangan divisi dua belas. Namun ia tak lantas langsung pergi dari sana. Ichigo berdiri sebentar melihat pepohonan yang tengah bergoyang karna tertiup angin.
Pandangan matanya lurus kedepan menatap langit biru di Soul Society, "Aku akan menemukanmu Orihime" Ujar Ichigo dengan mantap. Ia lalu merogoh sesuatu dari balik hakama hitamnya. Ia mengambil sebuah jimat berwarna merah yang bertuliskan "beruntung". Ichigo tersenyum kecil saat melihat jimat ini. Karna benda ini pemberian dari Orihime ketika, ia tengah mengikuti ujian masuk SMA.
Setelah puas memandangi jimat pemberian dari Orihime. Ichigo memasukkan kembali jimat itu kedalam hakama hitamnya. Kemudian ia melakukan Shunpo untuk menemui Rukia dan yang lainnya.
X0X0X0X0X0X0X0X0
Sudah lebih dari satu hari Orihime tidak sadarkan diri. Semua luka ditubuhnya telah sembuh semuanya dengan cepat sekali. Akan tetapi Orihime belum juga terbangun. Aizen terus saja duduk menyenderkan kepalanya pada tangan kanannya. Ia terdiam melihat Orihime, menunggunya untuk membuka matanya. Entah mengapa ia mau melakukan hal ini. Namun jujur saja ia tidak bisa pergi meninggalkan Orihime dan ingin selalu menjaganya.
"Ngh!" Lenguh Orihime dengan pelan, ia juga terlihat sedikit menggeliatkan tubuhnya dengan pelan.
Tak lama mata Orihime terbuka dan menampilkan bola matanya yang berwarna abu-abu. Pandangan matanya sayu dan ia terlihat sangat lemah sekali. Dengan sekuat tenaga sambil memegangi kepalanya yang terasa sangat sakit sekali, Orihime beranjak bangun dan duduk menyandar.
Aizen hanya diam melihat semuanya tanpa berniat membantunya sama sekali. Pandangan matanya lurus menatap Orihime dengan penuh arti.
"Aku ada dimana?" Orihime mulai memperhatikan seisi ruangan ini. Saat ia menengok kekanan, ia melihat Aizen tengah duduk diam menatapnya.
"Siapa anda? Dan aku sedang ada dimana!?" Tanya Orihime dengan bingung pada Aizen.
Aizen mengerinyitkan dahinya sedikit saat mendengar pertanyaan dari Orihime. "Kau tak mengenaliku?" Tanya Aizen penasaran.
Dengan pelan Orihime menggelengkan kepalanya menanggapi pertanyaan dari Azien. "Memangnya siapa anda?" Tanya balik Orihime dengan polosnya. Ia terlihat mengamati dan melihat Aizen dengan seksama. Namun sayangnya Orihime tidak bisa mengingat apapun.
Aizen berjalan menghampiri Orihime dan duduk disampingnya. Ia memegangi wajah Orihime dan tersenyum tipis menatapnya. "Aku adalah suamimu dan kau, Orihime adalah istriku" Ujar Aizen dengan dusta.
Orihime terlihat sangat kaget dan bingung. Ia mengedipkan matanya berulang kali, wajah kagetnya sangat lucu sekali menurut Aizen.
"Benarkah itu?!" Tanya Orihime dengan wajah innocent.
"Ya" Jawab Aizen dengan singkat. Ia masih memegangi wajah Orihime dan memandangi wajah cantiknya.
Saat Orihime hendak bertanya lagi pada Aizen. Tiba-tiba ia merasakan sebuah benda lembut dan dingin menyentuh permukaan bibirnya. Orihime membelakkan kedua matanya karna kaget. Tiba-tiba saja Aizen menciumnya dengan cepat juga sangat lembut. Awalnya kedua mata Orihime membulat sempurna, tapi kini ia menutup kedua matanya. Menikmati kecupan hangat dan lembut dari Aizen.
Hampir lima menit Aizen mencium dan memagut bibir Orihime dengan panas. Sekuat dan sebesar apapun kekuatan yang dimiliki oleh Aizen, tetap saja ia membutuhkan udara untuk bernafas. Ia melepaskan pagutannya dari Orihime, namun tidak menjauhkan wajahnya dari Orihime.
Bisa Aizen lihat dengan jelas wajah Orihime yang kehabisan nafas, wajahnya juga memerah karna malu. Benang-benang tipis saliva atas permainanya tadi masih menempel disekitar bibir Orihime.
Entang mengapa ia bisa berbuat seperti ini pada Orihime, padahal dulu ia merasa tidak tertarik pada hal-hal yang berbau percintaan. Juga dekat ataupun menjalin hubungan lebih dalam dengan seorang perempuan, tak perduli secantik, semenarik dan sexy apapun wanita itu. Dirinya sama sekali tidak tertarik ataupun tergoda.
Akan tetapi berbeda dengan gadis yang saat ini terlihat tengah terengah-engah kehabisan nafas karna ciuman panasnya. Ia merasa hatinya bergetar dan jantung selalu berdetak dengan sangat cepat sekali jika dekat ataupun melihat Orihime. Sebuah perasaan yang baru pertama kali ia rasakan dan alami dengan seorang wanita.
Bagaimana perasaan ini bisa muncul dan ada dihatinya, Aizen sendiri tidak tahu. Perasaan ini datang tiba-tiba saja. Bukannya ia tak pernah melawan dan berusaha menghilangkan perasaan ini. Akan tetapi ia tidak bisa dan sanggup. Kini setelah ada kesempatan dan kejadian ini, ia sengaja mengambil keuntungan dengan mengatakan kalau ia adalah suaminya. Dan Orihime percaya begitu saja dengannya.
"Tu-tuan" Seru Orihime.
"Panggil aku Aizen-kun, Hime" Aizen mulai menciumi wajah Orihime.
"A-Aizen-kun" Panggil Orihime dengan gugup, karna Aizen masih saja menciuminya.
"Apa Hime?" Aizen masih melanjutkan aktifitasnya menciumi dan menelusuri wajah Orihime dengan bibirnya yang tipis dan basah.
"A-aku h-haus"
Aizen menghentikan aktifitasnya dan menatap wajah Orihime. Ia tersenyum tipis dan setelah itu ia beranjak dari kasur untuk mengambilkan air untuknya. Namun bukanya memberikan gelas putih yang berisikan air itu pada Orihime, ia malah meminumnya hingga habis.
"Aizen-kun! Mengapa kau meminumnya?" Protes Orihime dengan sedikit memajukan bibirnya.
'GREP'
Aizen menarik kepala Orihime untuk mendekat dan menciumnya. Saat mereka berciuman ada sedikit air yang keluar dari mulut Orihime. Ternyata Aizen tengah memberikan minum untuk Orihime, setelah air didalam mulutnya habis tertelan semuanya. Aizen menjauhkan wajahnya sedikit.
"Haah...Haah" Orihime terlihat terengah-engah. Bibirnya terlihat sangat basah dan itu sangat menggoda Aizen. Ia terlihat menatap Aizen penuh tanda Tanya.
Aizen menyadari tatapan mata Orihime, "Bukankah tadi kau bilang kau haus?".
Orihime memalingkan wajahnya dari Aizen sambil memegangi bibirnya yang terasa basah karna ciuman mereka tadi.
KRUYUKKK...
Aizen dan Orihime tertegun sesaat ketika mendengar suara perut tersebut.
Blush...
Wajah Orihime merah padam. Karna barusan adalah suara dari dalam perutnya. Ia tidak mengira kalau suara perutnya akan sekeras itu.
"Ma-maaf" Orihime menundukkan wajahnya, menyembunyikan wajah malunya dari Aizen.
Tiba-tiba saja Aizen menggendong tubuh Orihime ala bridal style. Digendong seperti ini membuat Orihime sangat malu sekali.
"Tu-turun aku Aizen-kun. Ki-kita m-mau kemana?!" Tanya Orihime dengan gelagapan.
Aizen hanya diam dan membawa Orihime keluar dari kamar. Ia membawa Orihime kemeja makan, ia mendudukkan Orihime disebelah bangkunya. Tak lama para pelayan datang membawakan makanan tanpa perlu Aizen minta dan perintahkan.
"Sepertinya lezat" Air liur Orihime sedikit menetes saat melihat berbagai hidangan makanan mewah yang disajikan dimeja makan.
"A-apa aku boleh memakannya?" Orihime masih memandangi makanan yang terhidang didepannya.
"Kau boleh menghabiskan semuanya Hime" Ujar Aizen dengan lembut.
Dengan cepat Orihime langsung memakan semua makanan yang ada. Pelayan yang melayani Aizen. Terlihat sedikit kaget saat melihat nafsu makan Orhime yang sangat besar sekali.
"Apakah enak!?" Tanya Aizen yang saat ini tengah menikmati hidangannya dengan santai.
"Hhmm" Orihime mengganggukkan kepalanya dengan cepat. Mulutnya sudah penuh dengan makanan. Sampai ada sebutir nasi (memangnya di Hueco Mundo ada nasi!?) yang menempel dibawah bibir Orihime. Dengan cepat Aizen langsung mengambil butiran nasi itu dan memakannya.
"Ekh!" Seru Orihime dengan kaget. Ia sedikit malu dengan perlakuan Aizen padanya.
Karna hal ini ia menghentikan sejenak aktifitas makannya. Aizen yang melihatnya merasa sedikit bingung, "Hime mengapa kau tak memakan makananmu lagi? Apakah itu tidak enak?" Aizen melirik makanan Orihime yang hanya dimakan sedikit olehnya. Padahal tadi ia makan dengan sangat lahap sekali.
Orihime menggelengkan kepalanya denga pelan, "Tidak. Ini sangat enak sekali".
X0X0X0X0X0X0X0
Saat ini para Espada tengah duduk berkumpul dimeja pertemuan. Entah mengapa tiba-tiba saja Aizen meminta mereka semua untuk datang dan berkumpul di istana. Menurut berita yang mereka dengar dari Ggio Vega. Kalau sang Raja ingin memberitahukan dan mengumumkan hal penting pada mereka semua.
Pos penjagaan terpaksa mereka serahkan kepada anak buah kepercayaan mereka. Setelah pertemuan ini berakhir mereka akan kembali ke wilayah mereka masing-masing. Bagaimana pun saat ini keadaan tengah genting dan perang tengah bekecambuk tiga bulan belakangan ini.
"Lama tak jumpa. Harribel" Sapa Starrk Espada bernomor satu ini.
Namun Harribel menanggapinya dengan sangat dingin, ia memilih diam dan tak menggubris perkataan dari Starrk yang dianggapnya tidak penting sama sekali.
"Menurutmu ada hal penting apa yang akan disampaikan oleh Aizen-sama!?" Syazel bertanya-berntanya pada teman-temannya ini.
"Entahlah" Nnoitra mengangkat bahunya.
Akhirnya orang yang ditunggu datang, namun ada hal yang sangan membuat mereka semua yang berada diruangan ini sangat kaget luar biasa dan syok tentunya. Mereka melihat Orihime tengah berjalan disamping Aizen, ia juga mengenakan pakaian Las Noches sama seperti yang mereka kenakan saat ini.
"Tuan ada apa ini!? Mengapa gadis manusia ini berada disini?" Tunjuk Yammy dengan kaget sekali. Terlihat jelas sakali dari raut wajahnya kalau Yammy sangat tidak menyukai keberadaan Orihime disini.
"Tenanglah Yammy Riyalgo. Akan kujelaskan semuanya" Ujar Aizen dengan tenang. Ia langsung duduk dibangku kebesarannya. Sedangkan Orihime hanya bisa diam berdiri disamping Aizen. Ia terlihat sangat bingung sekali dan tak mengenali mereka semua. Menurutnya orang-orang ini sangat aneh sekali. Bentuk tubuh dan wajah mereka semua seperti manusia, akan tetapi mereka memiliki topeng diberbagai tubuh mereka.
"Hime. Kemarilah" Aizen menepuk pelan pahanya. Memberikan tanda untuk Orihime agar duduk diatas pahanya.
Awalnya Orihime ragu juga malu. Namun pandangan mata Aizen begitu mengintimidasinya dan dengan berat hati. Ia duduk dipangkuan Aizen. Semua orang yang berada diruangan ini, kaget luar biasa dengan sikap Orihime yang sangat berani dan tidak sopan itu pada Aizen.
"Tuan ada hal apa yang ingin kau sampaikan pada kami semua?" Ulquiorra Sachiffer yang merupakan Espada bernomor empat ini langsung membuka suarannya. Ia tidak begitu tertarik menanyakan tentang bagaimana bisa Orihime berada di istana ini.
"Maaf jika membuat kalian bertanya-tanya" Imbuh Aizen.
Mereka semua terlihat diam dan memasang kuping mereka dengan baik-baik, mendengarkan perintah dan pengumuman penting dari Aizen yang merupakan Raja dan Tuan dari mereka semua.
"Dengarkanlah sambil minum. Aku ingin mempernalkan Ratu di istana ini" Ujar Aizen dengan tenang.
Para Espada yang tengah menikmati minuman mereka terlihat tersedak saat mendengarnya.
PRUUTTT...
Syazel mengeluarkan minumannya kembalim, ia terlihat sangat luar biasa kaget sekali.
"Uhuk...Uhuk...Uhuk" Starrk dan Nnoitra tersedak minumannya ketika mendengar penuturan Aizen.
Reaksi mereka semua pastilah sangat kaget sekali dan bertanya-tanya padanya. Bagaimana ini bisa terjadi.
"Tuan apa maksud dengan perkataan anda?" Tanya Syazel dengan cemas.
Aizen tersenyum menanggapi pertanyaan dari Syazel juga anak buahnya. Namun hal ini memang kenyataan, ia menjadikan Orihime sebagai Ratu di kerajaannya dan didalam hatinya. Ia tidak perduli dan ambil pusing dengan reaksi dan pendapat dari anak buahnya.
KRAAK...
Grimmjow Jaegarjaques yang merupakan Sekta Espada langsung berdiri dari bangkunya dan meninggalkan meja. Menurutnya Aizen sudah gila karna mengangkat seorang gadis manusia menjadi Ratu di Hueco Mundo.
"Mau kemana kau Grimmjow?" Tanya Aizen mencoba menghentikan langkah dari Grimmjow.
"Aku ingin pergi dari sini. Aku muak melihat wajah gadis itu. Sampai kapanpun aku tak akan pernah mengakui ia sebagai Ratu disini" Jawab Grimmjow dengan dingin.
Orihime memalingkan wajahnya dan tak berani menatap atau melihat para Espada yang memandanginya denga tatapan yang berbagai macam. Matanya mulai berkaca-kaca saat mendengar penuturan Grimmjow, mengenai dirinya.
"Grimmjow" Panggil Aizen dengan nada yang sangat dingin.
Namun Grimmjow tidak mendengarkan ataupun menyahut panggilan dari Aizen. Ia tetap berjalan meninggalkan meja makan. Sampai Aizen mengeluarkan Reiatsu miliknya. Tubuh Grimmjow langsung berhenti dan terlihat mematung.
"Aku belum selesai berbicara. Bisa kau kembali kekursimu sekarang" Aizen berkata dengan nada tajam.
Grimmjow masih terdiam dan tubuhnya kaku. Teman-temannya hanya diam melihatnya, tanpa mau terlibat dan berurusan dengan sang Tuan.
"Kenapa. Aku belum mendengar jawabanmu. Grimmjow Jaegarjaques" Aizen meliriknya dengan sangat tajam dan membunuh.
BRAK...
Grimmow langsung jatuh terduduk dilantai setelah menerima dan merasakan Reiatsu yang sangat besar dari Aizen. Dirinya benar-benar tak berdaya dihadapan Aizen saat ini.
"Sepertinya kau sudah paham" Aizen langsung berdiri dari bangkunya. Ia menggengam erat tangan Orihime dan menatap mereka semua dengan pandangan serius.
Para Espada terdiam dan memperhatikan perkataan sang Tuan. Tanpa berniat sedikitpun untuk membatah dan menentang perkataan dari Aizen.
"Para Espada seperti yang kalian lihat saat ini. Mulai saat ini dan seterusnya dia Orihime, menjadi Ratu di istana ini selamanya. Hormati dan lindungi ia seperti yang kalian lakukan padaku" Aizen berkata panjang lebar pada anak buahnya.
"Baik Tuanku" Sahut mereka semua dengan bersamaan.
Aizen melirik kearah Grimmjow yang masih duduk berlutut, tanpa bisa berdiri ataupun sekedar menggerakkan tubuhnya. "Apa kau mengerti. Grimmjow Jaegarjaques".
"A-aku mengerti Tuan" Ujar Grimmjow dengan susah payah.
"Bagus. Jika ada yang berani melukainya seujung rambut pun. Aku tak akan sega-segan membunuhnya" Ancam Aizen tanpa main-main.
Semua Espada menuruti dan mematuhi perintah dari Azien. Kini mereka semua harus bersikap baik, hormat dan melindungi Orihime yang kini telah menjadi Ratu di istana ini.
Sedangkan Orihime terlihat diam membisu tanpa bisa berkata sedikitpun saat ini. Ia merasa sangat bingung dan takut dengan orang-orang yang berada diruangan ini. Dirinya merasa kalau ia berada ditempat yang salah dan tak seharusnya ia berada disini. Terlebih ia mengalami hilang ingatan sehingga ia tidak bisa mengingat apapun mengenai dirinya yang sebenarnya. Juga tentang Aizen yang mengaku sebagai suaminya.
Orihime termenung dikamarnya, ia duduk diatas ranjang sambil melipat keatas kedua kakinya. Ia bersandar pada lulut kakinya. Ia menghela nafasnnya dengan berat. Dirinya sedikit merasa tak percaya dan yakin kalau ia benar-benar istri dari Aizen. Setelah melihat kejadian tadi.
Bisa ia lihat denga jelas wajah terkejut dari mereka semua. Jika memang ia istri dari Aizen, mengapa mereka semua harus terlihat sangat begitu kaget saat mendengarnya.
"Haah! Tuhan, siapa aku sebenarnya" Gumam Orihime dalam hatinya.
Karna saking asiknya melamun dan tengelam dalam pikirannya sendiri, Orihime tidak menyadari kedatangan Aizen. Hingga ia merasakan sebuah lengan kekar memelukknya dari belakang.
"Eh!" Orihime terlonjak kaget. Ia tidak sadar kalau Aizen masuk kedalam kamar.
"Apa yang tengah kau pikirkan, Hime" Ujar Aizen. Seolah-olah ia bisa merasakan kegundahan hati Orihime.
"Tidak ada, Aizen-kun" Sanggah Orihime. Ia tidak mau melihat sang suami khawatir padanya.
"Benarkah itu? Jika ada sesuatu yang menganjal dalam hatimu, ceritakanlah padaku. Jangan kau tutupi dariku" Aizen meletakkan dagunya dibahu kanan Orihime.
"Aku ini adalah suamimu" Tambah Aizen sambil mencium pipi kanan Orihime.
Dengan perlahan Orihime membalikkan tubuhnya dan menatap wajah Aizen dengan serius. Tatapan wajahnya seolah-olah menuntut sesuatu darinya. Orihime berusaha membuka mulutnya dan bertanya pada Aizen. Namun lidahnya terasa kelu dan nafasnya tercekat ditenggorokkan ia tidak bisa dan berani bertanya pada Aizen. Hal hasil ia malah memeluk tubuh Aizen yang kekar juga hangat.
"Ada apa Hime!?" Aizen mengelus pelan rambut Orihime yang panjang. Sesekali ia mencium puncak kepala Orihime.
Orihime hanya menggelengkan kepalanya dalam pelukkan Aizen. Ia memeluk tubuh sang suami dengan sangat erat sekali. Seakan-akan kalau ia melepaskan pelukkannya, dirinya akan berpisah jauh dari Aizen. Tanpa sadar Orihime menitikan air matanya. Merasa kalau bagian depan bajunya basah. Aizen melepaskan pelukkan Orihime dan menatap wajah cantiknya.
"Ada apa Hime? Kenapa kau menangis!?" Aizen mengusap pipi Orihime dengan kedua ibu jarinya.
Namun Orihime masih diam dan menangis membuat Aizen sangat bingung sekali. Ia memeluknya kembali dengan sangat erat sekali dan mencoba menenangkan Orihime. Ia mengelus pelan punggung Orihime dengan lembut dan penuh kasih. Ia benar-benar bersikap sangat baik dan lembut pada Orihime, tak sekalipun ia menunjukkan wajah ataupun tatapan kejamnya pada Orihime. Yang biasa ia berikan dan tunjukkan pada orang lain.
Ia bersikap beda dan memperlakukan Orihime dengan sangat istimewa. Karna Aizen mencintainya dengan tulus dan dari hati. Selamanya ia akan menjaga dan melindungi Orihime dari apapun dan tak akan pernah membiarkan siapapun merebutnya dari tangannya.
"Akan kujadikan kau milikku selamanya, Hime" Aizen mengecup pelan kening Orihime.
TBC
A/N : Hai ketemu lagi sama Inoue. Ini Fic ketiga Inoue difandom Bleach. Padahal masih punya hutang Fic malah bikin cerita baru dan menelantarkan Fic yang lain. (Bungkuk badan) Mohon maaf kalau Inoue belum bisa melanjutkan cerita Inoue yang lainnya. Karna jujur Inoue lagi kehilangan ide dan fellnya.
Fic ini adalah penutup dari Inoue karna setelah ini Inoue berencana akan Hiatus untuk sementara waktu. Mohon maaf ya Inoue belum bisa menepati janji Inoue untuk publish Fic yang lainnya. Tapi Inoue janji akan secepatnya kembali dan melajutkan cerita ini dan yang lainnya.
Kenapa Inoue bikin cerita dengan pair ini adalah, karna Inoue belum pernah membaca dan menemukan Fic berbahasa Indonesia dengan pair ini ( kalau ada tolong kasih tahu Inoue ya). Ide ini Inoue dapet ketika melihat sebuah video klip boyband asal korea. Kalaupun ada persamaan dari cerita ini dengan Fic milik author yang lain. Inoue mohon maaf dengan sebesar-besarnya, karna ini murni dari otak dan pemikirann Inoue sendiri. Dan tidak pernah ada niat/ bermaksud memplagiat dari cerita milik orang lain.
Cerita ini mau diterusin, dihapus atau tidak diteruskan sama sekali. Semua itu tergantung dengan para pembaca dan dari Riview kalian semua yang telah membaca Fic ini.
Inoue mengucapkan banyak-banyak terima kasih, karna mau membaca Fic Inoue. Semoga kalian yang membacanya senang dengan cerita milik Inoue.
Jika ada yang berkenan, mohon Read and Riview. Agar Inoue tahu apakah cerita ini layak diteruskan atau tidak. Saran, krtitikan apapun akan Inoue terima dengan tangan terbuka selama itu baik dan membuat Inoue lebih baik lagi dalam menulis.
Mohon maaf jika masih menemukan banyak sekali kesalahan di Fic ini. Tapi Inoue akan tetap semangat untuk melanjutkan menulis dan membuat cerita.
Sampai jumpa lagi dikelanjutan Fic ini. Juga cerita milik Inoue yang lainnya. Kini Inoue berganti nama dari Inoue Tsukatsa menjadi Inoue Kazeka.
Salam Hangat, Inoue Kazeka
Jakarta, 13 Oktober 2013
