.

Created by : Yuki /2014/

Disclaimer : Bleach and all of characters by Tite Kubo

Mohon maaf ini hanya imajinasi belaka. Semua nama tokoh, alur cerita, dan lokasi hanya fiktif. Kecuali kalau ada beberapa hal yang penulis jelaskan di catatan akhir. Kalau ada yang penasaran dengan latar belakang cerita, kisah ini berawal dari 100 tahun setelah berakhirnya perang shinigami melawan quincy.

Genre : Adventure/Mistery/Romance

Rate T, typo, OOC, OC, AU & Canon campuran

(Segalanya bisa saja berubah)

.

.

.

Aku. Bukan lah siapa-siapa. Tidak ada yang pernah dengan sengaja untuk datang menemui ku. Mungkin tidak ada yang butuh. Karena aku memang bukan siapa-siapa.

Aku. Tidak tau apa-apa. Tidak ada yang benar-benar aku tau apa yang selama ini telah ku lakukan. Atau yang ayah dan ibu ku lakukan selama ini. Aku sadar aku terlalu tidak peduli. Itu sebabnya aku tidak tau apapun.

Aku. Tidak pernah melakukan apa-apa. Tidak ada satu pun dalam hidup yang telah ku capai. Setauku. Aku tidak pernah meraih atau memiliki sesuatu apa pun dalam hidup ku untuk terus membuat nya berarti. Aku tidak pernah mengerjakan sesuatu dengan benar. Jelas saja karena aku tidak pernah melakukan apa pun.

Aku. Tidak memiliki siapapun. Orang-orang terdekat ku yang hanya segelintir orang itu telah pergi satu persatu. Bahkan ada yang pergi secara bersamaan. Kompak sekali mereka. Karena itulah aku sendirian.

Dan aku. Tidak pernah menyelamatkan siapapun. Sama sekali tidak ada. Aku terlalu dalam dengan diriku sendiri. Aku terlalu tidak peduli. Bahkan dengan mereka yang telah pergi. Mungkin karena itu saat ini tidak ada siapapun yang datang untuk menyelamatkanku. Heh,, untuk itu jangan pernah berharap lebih dariku.


.

.

Telah 4 jam lamanya aku di sini. Itupun kusadari setelah melihat arloji di pergelangan tangan kiri ku. 1 jam lebih lama sejak terakhir kali aku ke sini setahun yang lalu atau sejak 5 kali kedatangan ku ke sini, pikirku. Dan lihat bekas rumput yang telah ku duduki selama kurang lebih 4 jam jadi rata dengan tanah. Hampir 5 detik aku menatap rumput itu lalu tersenyum. Tidak, itu hanya senyum sekilas yang terlihat hampa. Aku heran kenapa sekarang aku jadi sering terpaku memperhatikan hal-hal kecil. Hanya saja dulu aku tidak sendiri duduk di atas rumput itu.

Tak lama pun aku beranjak meninggalkan perayaan itu. Perayaan yang selalu diadakan setiap tahunnya dan di musim yang sama. Musim panas. Hanabi.

Tak beda dengan orang lain. Aku juga tak pernah melewatkan perayaan yang identik dengan ribuan kembang api ini. Setiap tahunnya aku selalu ikut dan turut memeriahkan perayaan ini di kotaku. Perayaan yang selalu diadakan dengan meriah di pinggiran sungai Hozu di pinggiran barat kota ku. Kyoto. Tidak terlalu jauh dari kediaman ku di Kyoto. Hanya perlu 15 menit dari stasiun Kyoto melalui JR Sagano Line ke Stasiun Saga-Arashiyama dengan biaya 230Yen. Lalu berjalan kaki sekitar 5-10 menit dari Stasiun Saga-Arashiyama ke pusat Arashiyama.

Sama sekali tak ada yang berbeda. Kereta yang sama. Musim yang sama. Perayaan yang sama. Udara sejuk pegunungan yang sama. Gaya berpakaian yang sama, heh, yang satu ini mungkin terdengar aneh, disaat semua orang mengenakan yukata dan geta. Aku hanya tampil ala kadarnya dengan atasan kaos putih polos dirangkap dengan kemeja kotak-kotak biru lengan panjang yang tidak di kancingkan dan bawahan jeans biru pucat ditambah sepatu kets andalan ku. Dan alasan ku sederhana, karena ini musim panas.

Tak ada yang berbeda kecuali dua hal. Perbedaan yang cukup mencolok sejak 5 tahun lalu.

Yang pertama adalah dengan siapa aku datang, dan yang kedua adalah kenapa aku datang.

Dulu aku datang ke sini dengan ayah, ibu, dan adik perempuan ku, tapi sekarang aku hanya datang sendiri. Dan kenapa aku datang? dulu karena terpaksa, lebih tepat dipaksa ikut oleh ayah dan ibu ku. Aku tidak suka musim panas. Dan sekarang ini kulakukan karena niat, niat untuk menjaga kebiasaan keluargaku.

Lalu, apa yang sedang kulakukan di sini?

Tidak, aku tidak sedang melamun, meratap, atau menyalahkan diriku tentang kejadian 5 tahun lalu. Tantang kematian kedua orang tua ku dan adik perempuan ku. Aku juga tidak sedang mengenang masa lalu dengan keluarga ku. Dan aku juga tidak sedang meratapi nasib ku yang sebatang kara. Aku hanya sedang melaksanakan kewajiban ku. Kewajiban yang setiap tahun nya harus terpenuhi, yaitu menyaksikan detik-detik pelepasan kembang api di langit Arashiyama walaupun dengan terpaksa dan penuh paksaan. Tapi kali ini sama sekali tidak ada paksaan. Aku datang dengan kemauanku sendiri. Toh, tidak ada lagi yang memaksa ku.

.

.


Berjalan perlahan di jembatan Tokugetsukyo. Jembatan penyeberangan di sungai Hozu. Di sini aku bisa melihat seluruh pemandangan pegunungan Arashiyama dan juga rerumputan di pinggiran sungai Hozu. Indah. Suasana malam ditambah lampu-lampu lampion yang di gantung di pinggiran sungai. Semakin menambah cantik tempat ini. Apalagi di musim gugur. Ku dengar kau bisa melihat cantiknya warna warni daun di gunung dari jembatan ini. Lalu kenapa setiap tahunnya ayah selalu saja memaksa ku untuk ikut ke sini. Entahlah. Tapi aku selalu merasa tidak nyaman jika berada di sini. Aku selalu merasa tidak tenang. Seperti ada sesuatu di gunung itu, di sungai itu, di lorong jalan yang diapit rumpun bambu hijau itu, dan di kuil-kuil itu. Sesuatu yang selalu membuat ku menarik napas lebih dalam. Padahal tempat ini terkenal sebagai tempat suci. Aku tidak tahu, yang kurasa seperti udara di sini terasa lebih berat.

Itulah sebabnya, 4 jam adalah batas ku. Sebenarnya ini 1 jam lebih lama dari sebelumnya. Ada progress tenyata. Walaupun yang kulakukan hanya duduk santai direrumputan, memandang sungai, dan mengenali diriku. Hehe.. lucu. 4 jam yang kulakukan tadi hanya belajar mengenali siapa aku. And now, you see that! That's WOW. Ternyata aku sangat mengenali diriku. Yah, walaupun tempat ini sedikit mengintimidasi ku, tapi sejujurnya tempat ini juga seolah membantu ku mengenali diriku. Memikirkan tentang ini, membuat ku tersenyum sendiri sambil berjalan. Diiringi bunyi ledakan kembang api berwarna-warni di langit Arashiyama dan teriakan ramai "Tamaya" oleh para pengunjung . Puncak perayaan hanabi. Sekaligus menandai berakhirnya kewajiban ku di tahun ini.

Aku segera mempercepat langkah ku menuju stasiun. Perayaan sudah selesai dan aku harus segera kembali ke Kyoto. Kembali pada rutinitas ku yang semula. Sebagai karyawan di sebuah perusahaan media cetak di Kyoto. Yang sebenarnya memang tidak pernah ada libur. Namun, bukan hanya karena aku harus segera kembali ke stasiun. Ini juga karena udara di sini terasa lebih dingin. Hembusan angin yang baru saja datang dari arah belakang ku terasa begitu dingin menerpa tubuh ku. Terasa semakin dingin karena aku tidak memakai jaket. Aku sempat menoleh ke belakang melihat dari mana arah angin datang. Karena setauku, walaupun udara pegunungan sejuk bahkan saat musim panas.

Tapi tidak sedingin ini.

Aneh.


Aku kembali berjalan sambil merapatkan kemeja dan bersedekap di dada. Mengurangi hawa dingin yang tiba-tiba datang. Sekitar 10 menit berjalan sampailah aku di stasiun Saga-Arashiyama. Stasiun yang cukup ramai. Malah sangat ramai. Kulihat banyak sekali penumpang yang menunggu kedatangan kereta. Apa mereka juga harus bekerja besok? Pikirku. Aku segera menuju mesin karcis untuk kepulangan ku ke Kyoto. Dan saat itu pula aku langsung berpikir untuk segera menghubungi atasan ku.

Ya. Di saat yang sama aku melihat papan pengumuman yang memberitahukan bahwa keberangkatan kereta dari stasiun Kyoto ke Saga-Arashiyama di tunda. Di sana tertulis akan ditunda sampai besok atau lusa. Yang benar saja!

Tanpa menunggu lama segera kuraih ponsel yang ada di saku kanan celana jeans ku. Mencari salah satu nama di daftar kontak lalu menekan tombol call. Ku dekatkan ponsel itu ke telinga kiri ku dan terdengar nada tersambung. Tak sampai nada tersambung ke-4, panggilan ku dijawab.

"halo" suara di seberang sana menyapa ku.

"HAH, yang benar saja? Kau tau dari mana?" suara seseorang di sebelah kanan ku menginterupsiku. Diikuti suara seseorang yang berada di sebelah orang tersebut. Sepertinya mereka sedang membicarakan sesuatu.

"Teman ku yang menghubungi ku barusan. Dia bilang sudah melihatnya di belakang pegunungan. Gundukan es itu sangat besar. Sangking besarnya hampir menutupi sebagian pegunungan. Jelas saja jalur kereta ikut terkubur di bawahnya"

Es ?

Tanpa sadar aku melebarkan mata ku. Terkejut. Bagaimana bisa? Aku mulai mendengarkan dengan saksama percakapan mereka. Tidak terlalu sulit karena mereka berbicara tepat di sebelah kanan ku.

"aneh sekali, ini kan musim panas, kenapa bisa ada gundukan es yang sangat besar?"

"halo... halooo?"

Benar sekali. Ini aneh. Es hanya ada di musim dingin. Sedangkan ini masih musim panas. Sangat tidak mungkin bisa terbentuk di musim ini. Apalagi dengan ukuran yang sangat besar. Aku masih setia mendengarkan percakapan mereka.

"Entahlah, teman ku bilang itu bukan seperti salju yang longsor dari atas pegunungan. Itu lebih seperti bongkahan es raksasa yang membeku. Seperti merambat dari atas pegunungan ke bawah. Dan tidak ada yang tahu dari mana asalnya."

"halo... apa kau bisa mendengar ku? Kenapa tidak menjawab?"

Apa maksudnya, ini seperti kejadian yang di sengaja. Kejadian yang tidak alami. Tapi mana mungkin hal seperti itu bisa terjadi.

"Wah, itu pasti menakjubkan bisa melihat secara langsung. Kalau ukuran es nya sangat besar, butuh waktu lama untuk menyingkirkan nya. Sangat kecil kemungkinan kereta akan sampai ke sini lusa "

"Benar, sepertinya kita harus mencari penginapan"

"Halo! ada apa? Hey…apa terjadi sesuatu?"

Ada sesuatu yang terjadi. Ini bukan kejadian biasa. Aku harus menyelidiki nya. Aku harus ke tempat kejadian sekarang. Ah, benar juga ini bisa jadi berita bagus. Kalau aku bisa mengungkap kejadian misterius ini.

"Yosh!" Ucapku mantap sambil mengepalkan tangan kanan ku seperti memberi semangat.

Tanpa sadar aku tersenyum. Ini seperti menemukan harta karun saat sedang terdampar di pulau. Tidak bisa kubayang kan bagaimana reaksinya saat mendengar kabar ini. Dia pasti akan-

"HALOOOOO..." Berteriak?

Aku tersentak sangking kagetnya. Ku jauhkan handphone yang masih setia melekat di telinga kiri ku. Lalu ku dekatkan lagi ke telingaku untuk menjawab teriakannya barusan.

"Astaga, kau tidak perlu berteriak. Kau tahu, kau hampir membuat telingaku tuli!" jawab ku tanpa jeda.

"Hey, Kau yang membuat ku berteriak. Untuk apa kau menghubungiku tapi kau malah diam saja, hah? " jawabnya juga tanpa jeda.

Ah, iya aku lupa. Tadi aku yang menghubungi nya. Pimpinan divisi ku. Asano Kengo.

"Ah, aku minta maaf Asano-san. Aku hanya ingin memberitahumu bahwa sekarang aku sedang berada di Arashiyama dan kereta ke Kyoto ditunda sampai besok atau lusa. Dan ada yang ingin aku selidiki di sini. Jadi kau tidak akan menemui ku besok di kantor" Jelas ku langsung tanpa basa-basi.

"Apa yang mau kau selidiki?" Tanyanya seperti sedang penasaran.

"Aku belum tahu" jawab ku singkat.

"Hah, apa maksudmu? Kau mau menyelidiki sesuatu yang kau belum tau apa. Begitu?" Tanyanya lagi. Kali ini dengan intonasi yang sedikit meninggi.

"Begitulah. Aku mendapat sesuatu yang bagus disini. Kau akan terkejut nanti setelah mengetahuinya. "

"Baiklah! Jika memang itu hal bagus, akan kujadikan itu referensi untuk mempromosikanmu" Katanya sedikit terdengar meremehkan. Tapi aku tersenyum mendengarnya.

"Tapi ingat … Berhati-hatilah Kurosaki!" lanjutnya memperingatiku.

"Ah, kau ini terlalu berlebihan. Aku kan hanya meliput berita disini" jawab ku sekenanya. Aku tidak suka sikapnya yang terlalu berlebihan itu.

"Kau tahu maksudku Kurosaki-"

"Ah, iya baiklah. Aku harus segera mencari penginapan. Sudah dulu ya Asano-san"

Klik. Sambungan terputus. Dan aku yang memutuskannya. Karena ku pikir kalau diteruskan, pembicaraan ini tidak akan menyenangkan. Walaupun aku tahu si Kengo itu bermaksud baik, aku hanya tidak suka sikapnya yang terlalu berlebihan. Lebih tepatnya, dia berlebihan dalam segala hal. Menyapa dengan berlebihan, terkejut dengan berlebihan, takut dengan berlebihan, menangis dengan berlebihan, semuanya berlebihan. Dan kenapa aku bisa tahu? Selain karena dia pimpinan divisi ku. Dia juga teman ku. Teman yang ku kenal sejak di bangku SMA.

Pertemanan yang cukup lama sekitar 6 tahun yang lalu. Dia juga mengetahui segala hal yang terjadi dalam hidupku. Mungkin dialah orang yang paling memahami ku saat ini.

Awalnya aku merasa terganggu karena kehadirannya, itu karena dia berisik. Tapi kelamaan aku malah merasa iri dengannya. Dia punya banyak teman padahal dia menyebalkan. Dia cukup pintar untuk orang yang bertampang bodoh. Dan dia terlihat sangat jujur padahal sering menangis dan ketakutan saat berhadapan dengan berandalan. Heh, itu karena dia jujur terhadap dirinya sendiri.

Tidak seperti diriku yang selalu terlihat sok kuat dan seperti mampu melakukan segalanya.

Menyedihkan.


Lamunan ku tentang Kengo telah membawa ku kembali ke pusat perayaan. Ternyata di sini masih ramai. Orang-orang masih berlalu-lalang menikmati hiburan yang tersedia. Kulirik jam tangan di pergelangan tangan kiriku. Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam waktu setempat. Ini sudah malam. Tidak mungkin aku pergi ke tempat kejadian sekarang. Lagi pula aku tidak terlalu mengenal daerah ini. Sebaiknya ku tunda saja sampai besok pagi dan mencari penginapan sekarang.

Sebenarnya tidak sulit mencari penginapan di sini karena ini memang daerah wisata. Yang membuat ini sulit karena ramainya orang di sini. Astaga ini benar-benar ramai. Apa mereka tidak sadar kalau ini sudah malam? Pertanyaan bodoh itu terlontar di pikiran ku. Tentu saja mereka sadar, tapi ini kan malam festival hanabi. Semakin malam justru semakin ramai.

Aku masih berusaha melihat sekililingku untuk mencari penginapan yang cukup nyaman. Mata ku pun terkadang tak luput melihat berbagai jenis hiburan di pinggir jalan tersebut. Anak-anak yang sedang berusaha memancing ikan kecil di kolam kecil buatan dengan menggunakan saringan ikan yang terbuat dari kertas. Mereka terlihat bahagia dengan didampingi orangtunya. Aku sesekali tersenyum memandangi nya. Ada juga yang menjual balon-balon beraneka rupa dan warna. Bahkan ada pertunjukan aksi akrobatik di pinggir jalan. Meriah sekali, di tambah semua orang memakai yukata berwarna-warni cantik.

Ah, ternyata tidak hanya yang berwarna-warni, ada juga yang memakai kimono berwarna hitam lengkap dengan hakama hitam. Dia bahkan menggunakan tabi dan waraji. Dan tak lupa haori berwarna putih tanpa lengan. Dan apa itu? Dia bahkan membawa sebuah pedang panjang di punggungnya.

Apa? Pedang?

Tunggu dulu.

Aku memperhatikannya lekat dari kaki yang memakai tabi dan waraji. Kimono dan hakama berwarna hitam. Haori putih tanpa lengan yang bercorak hitam di bagian bawah. Sebuah gagang pedang yang terlihat dari balik punggung nya dan ada sebuah rantai dan jepitan melilit di dadanya, seperti penyangga untuk pedangnya. Dengan syal hijau yang melilit lehernya. Serta rambut jabrik berwarna putih keperakan.

Aku benar-benar memandangnya lekat. Dia masih berdiri di sana. Terdiam dengan mata terpejam. Berdiri sekitar 3 meter dariku. Berdiri menghadapku. Orang-orang hanya melewatinya seperti tidak menghiraukannya. Dan aku merasa dia….. aneh.

Aku tersentak. Tiba-tiba dia membuka matanya. Turquoise. Aku masih terpaku menatapnya. Dia mulai melangkah. Kearah ku. Tanpa sadar aku mundur 2 langkah. Dia terus melangkah ke arah ku lalu melewatiku. Melewati di sisi sebelah kanan ku. Mata ku tetap mengekori sosoknya. Sampai dia benar-benar berlalu dari ku. Saat aku menoleh kebelakang, dia menghilang.

Tidak ada.

"Cepat sekali dia. Apa tadi dia berlari. Dasar orang aneh, ini festival hanabi bukannya acara cosplay" aku bergumam sendiri.

Jelas-jelas dia salah kostum. Tapi dengan percaya dirinya dia berkeliaran di sini. Oke, aku juga salah kostum. Kuakui itu. Tapi aku tidak separah dia. Heh, ternyata ada juga orang yang lebih aneh dariku.

Lebih aneh dari seorang Kurosaki Yuki.

.

.

.

TBC


Author note :

Hai, minna-san. Salam kenal.

Aku masih newbi di FFN. Sebenernya aku tau FFN udah lama tapi baru berani publish cerita sekarang, hehe..

Dan fandom yang ku pilih untuk cerita pertama ku adalah Bleach. Aku suka banget pairing ini. Aku beneran jatuh cinta setelah baca beberapa FF tentang mereka.

Oke, ini cerita multi chapter. karena genre nya adventure, jadi ceritanya bakalan panjang. Cerita dimulai 100 tahun setelah perang shinigami melawan quincy berakhir. latar belakangnya kejauhan ya? haha,, karena banyak yang mau aku ceritain disini. seperti butuh pengertian lebih dalam untuk cerita ini. yah pokoknya dinikmati aja dech.

Yah, seperti author-author lain yang mengharapkan review. Aku juga tentunya berharap. dukungan dan kritikan yang bersifat membangun akan aku terima dengan senang hati.

aku berharap semoga minna-san terhibur dengan cerita ku.

sampai jumpa di chapter depan

(kalau ada yang nunggu)