Puisi langit telah menggema.
Gema nan menggetarkan kalbu.
Kemudian… langit menangis.
Tangis yang melukai relung.
Setelahnya… langit masih berduka.
Duka yang merusak jiwa.
..
Daddy
MinYoon.
Park Jimin x Min Yoongi.
Older Jimin x Younger Yoongi.
Dominant Jimin x Clueless Yoongi.
Pedo Jimin x Pedo-able Yoongi.
BL, yaoi, M for sexual activity, chaptered (maybe), pwp (maybe), OOC.
..
..
..
..
MiniMiniMinYoon
..
Langkah kaki kecil itu masih saja berlanjut, meski lelah tak terperi telah mendera kaki mungil itu sejak lama. Tubuh kecil itu semakin bergetar untuk kemudian sepasang tangan putih yang mencoba merangkul perutnya, menahan sakit… menahan lapar. Tetesan air mata kembali mengalir kala ia mengingat dirinya kini hanya sendiri dan ia tak punya siapapun di dunia ini. Kedua orang tua dan hyung terkasihnya telah meninggalkannya sebulan yang lalu, itu kalau jemari lentiknya tak salah menghitung hari. Dan selama sebulan pula ia hidup di panti sosial yang menampung anak-anak sepertinya. Namun, dua hari yang lalu ia memutuskan keluar dari panti sosial itu. Ia benci terkekang, ia benci dikasihani, ia benci terbebani dan ia benci perlakuan kasar dan sinis anak-anak sepertinya yang lebih tua setahun atau dua tahun darinya.
Perlahan… matanya kembali berkunang-kunang. Penglihatannya terasa buram hanya sedetik kemudian untuk ia menyadari, tubuh kecilnya sudah tak kuat lagi.
..
MiniMiniMinYoon
..
Pria dewasa itu masih saja duduk angkuh di mobil mewahnya. Sama sekali tak mempedulikan supirnya, toh supirnya dibayar untuk mengendarai mobil mewahnya sebaik mungkin dan bukan untuk beramah-tamah dengannya. Mata elang itu beralih ke jendela mobil sekedar melihat-lihat keadaan di sekitar perumahannya untuk menyadari perumahan mewah yang berdiri megah dan mewah itu terasa membosankan di penglihatannya. Ia menyibak rambut halusnya yang ditata apik itu dan kemudian penglihatannya menangkap sosok mungil yang terbaring begitu saja di salah satu dinding kokoh rumah mewah yang berada di perumahannya.
"Hentikan mobilnya."
Sang sopir yang sudah lama bekerja dengan pria angkuh itu mengerti untuk segera menghentikan mobil majikannya tanpa banyak tanya apa mau dari majikannya menghentikan mobil di tengah jalan. Dan si sopir hanya bisa mengeryit bingung saat majikannya turun dari mobil, lalu ia hanya bisa ikut turun dan mengikuti majikannya.
"Tuan?" tanyanya tak mengerti saat melihat majikan menghampiri satu sosok yang terbaring di atas jalanan. Tak berhenti di sana, tangan indah tuannya mulai menyentuh sosok kecil itu di titik-titik tertentu.
"Anak ini masih hidup." Ujar pria angkuh itu setelah ia selesai memeriksa denyut nadi sosok mungil itu. "Buka pintu mobil, aku akan membawanya ke rumah." Lanjut sang tuan yang hanya bisa disanggupinya dengan membukakan pintu mobil dan kemudian ia melihatnya sendiri sang tuan membawa tubuh mungil itu untuk masuk ke mobil mewahnya.
"Segera ke rumahku dalam dua puluh menit, aku tak menerima alasan apapun untuk terlambat Jung seonsaeng." Dan si pria angkuh itu segera saja menutup ponselnya setelah menghubungi dokter keluarganya yang kini kalang kabut membereskan peralatannya dan berlari terengah-engah menuju pelataran parkir.
..
MiniMiniMinYoon
..
Jung seonsaeng itu kini menatap salah satu pasiennya dengan tatapan kasihan. Bagaimana tidak, bocah kecil ini terlihat rapuh baginya. "Syukur tak ada yang serius dengannya, anak ini hanya kelelahan dan sedikit dehidrasi. Aku sudah menulis resep obat untuknya, tubuh kecil ini perlu banyak asupan gizi dan vitamin." Ujar dokter itu sembari memastikan kembali infus yang dipasangnya sudah terpasang dengan baik.
"Hm, terima kasih Hoseok hyung."
"Suruh segera salah satu pelayanmu untuk menebus resepnya dan suruh pelayan lainnya menyediakan makanan hangat untuk dimakan anak ini begitu ia tersadar nantinya. Aku pulang, Jimin ah." Jung Hoseok hanya bisa tersenyum kecil saat melihat Park Jimin, si pria angkuh itu mengibaskan tangannya menyuruh pelayannya untuk segera melaksanakan apa yang diucapkan oleh Hoseok tadi. "Jangan memandang anak itu seperti kau akan menyantapnya sekarang juga, setidaknya berbelas-kasihan sedikit pada anak itu." Tambah Hoseok sebelum berlalu dari kamar itu setelah sempat menangkap sinar gelap kecil di mata Park Jimin.
Park Jimin, pria dewasa nan angkuh yang tanpa diketahui oleh banyak orang… menyukai anak lelaki yang kini sedang berbaring lelap di atas ranjang Park Jimin, pria dewasa tampan dan incaran seluruh gadis lajang di Korea.
..
MiniMiniMinYoon
..
"Uuh…" sosok kecil itu melenguh pelan kala retina matanya menangkap seberkas cahaya yang menyilaukan. Dan kemudian telinganya mendengar langkah kaki mendekat lalu ia turut merasakan tempat ia berbaring bertambah turun seiring dengan pemilik langkah kaki itu yang duduk di atas tempatnya berbaring.
"Kau sudah bangun?"
Dan suara itu membuat sosok kecil itu memaksakan untuk membuka kedua matanya dan kemudian mata mungil itu hanya bisa mendapati sosok paling rupawan di hadapannya.
"Uh… sudah." Jawabnya payah dikarenakan kerongkongannya yang sakit.
Segera saja sosok rupawan dihadapannya itu bergerak untuk mengambil sebotol air mineral yang telah dilengkapi pipet untuk memudahkannya minum. Sosok rupawan itu dengan hati-hati membantunya minum dan bahkan mengelap tetesan air yang tak sengaja mengalir.
"Apa… apa ahjussi yang menolongku?" Tanya sosok mungil itu kemudian.
"Ya." Dan jawaban singkat sosok rupawan itu membuatnya tersenyum lalu kemudian mengucapkan rasa terima kasihnya dengan tulus. "Kau… kau ingat namamu? Identitasmu? Usiamu?" Tanya sosok rupawan itu.
"Aku, Min Yoongi. Usiaku sebelas tahun." Jawab sosok mungil itu, Min Yoongi.
"Keluargamu? Saudaramu? Dimana mereka? Kenapa kau bisa pingsan di jalanan seperti tadi?" Tanya sosok rupawan itu sembari menyeka dahi Yoongi yang tertutup poninya.
Yoongi hanya bisa terdiam sebelum ia menceritakan semuanya termasuk kenapa ia bisa berakhir pingsan di jalanan.
"Baiklah, kita takkan membahas ini lagi. Untuk sekarang yang kau perlukan adalah makan." Ujar Park Jimin, si pria angkuh itu sebelum menekan tombol entah apa untuk memanggil pelayannya yang sudah diperintahkannya untuk segera mengantarkan makanan.
..
MiniMiniMinYoon
..
Yoongi kecil itu hanya bisa tersenyum senang melihat deretan makanan yang tertata di meja kecil di atas ranjang tempat ia berbaring. Setelah dibantu oleh salah satu pelayan, Yoongi akhirnya bisa duduk nyaman bersandar pada kepala ranjang. Tangan mungil itu mencoba meraih sumpit sebelum tangan kecil nan bergetar itu kembali menjatuhkan sumpitnya.
"Apa yang kukatakan untuk menungguku sebelum kau makan?" Park Jimin yang baru saja kembali dari luar entah untuk alasan apa itu mengernyit tak suka saat melihat tangan kecil itu bergetar menandakan sosok Yoongi yang masih lelah dan belum sembuh.
"Aku… aku hanya mencoba untuk memegangnya. Maafkan aku ahjussi…" Yoongi terdiam dan menundukkan kepalanya kala mendapati tatapan dingin sosok rupawan di hadapannya.
"Keluar." Titah Park Jimin mengusir pelayan yang berada di dalam kamarnya. Setelah pelayan-pelayan itu keluar, Jimin duduk di samping Yoongi. "Lihat aku," Park Jimin menarik dagu Yoongi agar anak itu bisa menatapnya untuk kemudian tertegun saat melihat sirat takut yang terpancar di mata mungil itu. "Kau tak perlu takut padaku." Lanjut Park Jimin sebelum mengulas lembut pipi pucat itu.
Lalu jemari indah Park Jimin itu maraih sumpit untuk menyuapi Min Yoongi yang hanya bisa menerima semua yang dilakukan oleh Jimin.
"Makan yang banyak, setelah makan kau akan dimandikan dan kita akan kembali berbicara."
..
MiniMiniMinYoon
..
Sosok mungil Yoongi kini sudah duduk dengan nyaman di sebuah sofa yang tersedia di kamar Jimin, badannya sudah terasa lebih baik bahkan selang infuspun telah ditanggalkan. Yoongi yang sudah mandi dan bersih itu makin terlihat bagaikan porselen antik dengan segala keindahan dan kerapuhannya. Badan Yoongi kini dibalut pakaian yang cocok sekali dibadannya, pakaian yang telah disiapkan sendiri oleh Park Jimin setelah menyuruh salah satu rumah busana langganannya untuk mengirimkan pakaian ke rumahnya.
Park Jimin yang tadi kembali keluar dari kamarnya itu hanya bisa tertegun kala melihat sosok Yoongi yang sedang duduk menunggunya. Dipikirannya kini, sosok Yoongi terlihat bagaikan boneka hidup nan indah. Bahkan tanpa sadar kaki Jimin sudah melangkah untuk menghampiri Yoongi sebelum otaknya bisa memerintahkan.
"Kau cantik…" desah Jimin penuh puja pada sosok Yoongi yang kini memandanginya bingung. Tatapan penuh tanya itu menyadarkan Jimin dengan cepat. "Min Yoongi…" panggil Jimin dengan tangan yang tak henti-hentinya memainkan surai hitam halus milik Yoongi.
"Nde ahjussi?" tanggap Yoongi.
"Mulai sekarang kau akan tinggal denganku, kau akan ku sekolahkan, seluruh biaya hidupmu akan kutanggung. Kau mengerti?"
"Apa boleh ahjussi?" Tanya Yoongi.
"Tentu saja, siapa yang bisa menentangku?" aura dominan yang keluar dari tubuh Jimin itu membuat Yoongi bergidik merasakan jika ia takkan bisa membantah perkataan Jimin. "Sebagai ganti biaya yang akan ku keluarkan, kau akan mematuhiku, menuruti seluruh perkataanku," Kali ini tangan Jimin merengkuh tubuh mungil Yoongi untuk duduk dipangkuannya dan menatapnya. "Karena… sekali aku telah menetapkan, takkan ada seorangpun yang boleh menentang, kau mengerti?"
Yoongi yang ditatap seintens itu hanya bisa menganggukkan kepalanya.
"Dan berhenti memanggilku ahjussi. Mulai sekarang kau harus memanggilku, daddy." Tangan Jimin kini menarik tubuh Yoongi untuk merapat padanya.
"Dad… daddy?" gumam Yoongi ragu.
"Yes." Tanggap Jimin, dan tangan Jimin kini naik dan merambati muka Yoongi. "Dan satu lagi, Yoongiku sayang… kau hanya akan melayaniku, karena kau adalah milikku." Tepat diakhir kalimat itu Jimin meraup bibir polos Yoongi.
Yoongi kecil hanya bisa tergagap menerima ciuman panas itu. Otak kecilnya tak bisa mengerti kenapa sosok rupawan yang kini menjadi Daddynya itu menciumnya sepanas ini.
Daddynya meraup kedua belah bibirnya, menginvansi mulutnya sedalam-dalamnya dan daddynya… menyesap keras lidah mungilnya.
"Asshh… daddyyh?" hanya itu yang bisa Yoongi ucapkan saat daddynya melepaskan kecupan itu sementara ia masih kesulitan mengatur nafasnya.
"Yes, sweetheart?" bibir panas Jimin itu tak berhenti disana, Jimin kembali mengecupi pipi putih yang sudah menggodanya sedari tadi.
"Itu… tadi… itu… itu adalah ciuman pertamaku…" ujar Yoongi dengan mata berkaca-kaca saat ia akhirnya merasakan apa itu berciuman.
..
..
TBC
..
..
Yolo!
My kembali dengan ff MinYoon lainnya, walau terkesan mainstream, my datang dengan Pedo Jimin~ serta sub Yoongi~ siapa yang suka ayo angkat tangannya!
Ciao di chap selanjutnya MinYoonMin trash~
