Dear
SUMMARY: Chapter 1: Siapa?. Mereka semua tampaknya terkejut. Hilang ingatan? Aku?. Hinata's POV.
A Naruto fic, presented by LIL-ECCHAN
DISCLAIMER: Naruto is not mine. But this fic's mine.
MAIN CHARACTER: Uzumaki Naruto and Hyuuga Hinata.
PAIRINGS: NarutoHinata, SasukeSakura, Saino, etc (I'll add more pairings soon).
RATING: T
GENRE: Romance/Tragedy
LANGUAGE: Indonesian
1st Memory: Siapa?
Aku membuka mataku. Terbangun di sebuah ruangan putih.
Ini… "Rumah Sakit?" tanyaku pelan.
Krieet. Pintu ruangan ini dibuka. Seorang pria berambut biru tua mengenakan jas putih dan kacamata masuk. Serta seorang wanita berambut pink, mengenakan pakaian serba putih. Dokter dan suster?
"Hinata-chan, kau sudah bangun?" tanya suster yang kelihatannya terkejut itu, sambil menyentuh pipiku.
"Erm…" ujarku mengiyakan. Aku ingat, namaku Hinata.
"Sakura, telepon Naruto sekarang juga. Dia pasti tidak sabar menanti kabar baik ini." ujar dokter itu tersenyum.
"Baiklah, Sasuke-kun!" ujar suster bernama Sakura itu bersemangat dan keluar ruangan.
"Nah, Hinata," dokter yang bernama Sasuke itu duduk di samping tempatku tidur. "Bagaimana? Sudah baikan? Pasti kau merindukan Naruto, ya…" ujarnya. Naruto?
"Em…" suaraku masih lemah, aku berusaha untuk duduk. Tapi Sasuke-san mencegahku. "Jangan, jangan duduk dulu, kau masih lemah. Tidurlah, sebentar lagi Naruto pasti akan datang, tidurlah, tapi jangan pejamkan matamu dulu."
"Erm…" masih terngiang dalam benakku, Naruto?
BRAK! Pintu ruangan ini dibanting. Muncul seorang pria berambut kuning yang acak-acakan, mengenakan pakaian kerja yang tidak rapih.
"Hinata-chan!?" ujar pria itu terengah-engah. Sasuke-san tersenyum padanya.
"Hei! Tunggu! Naruto! Jangan berlari di koridor!" ujar Sakura-san terengah-engah, mengejarnya dan memukulnya. Naruto?
"Maaf…" ujarnya. Dia mendekat, duduk di kursi sebelah kasur tempatku tidur, dan menggenggam tanganku.
"Hinata-chan… Akhirnya kau bangun, kau tidak apa, 'kan?" tanyanya.
"Em," suaraku tidak keluar, bagaimana ini?
"A… Ano… Kau… Siapa?" tanyaku terbata-bata. Pria itu kelihatannya terkejut.
"Hinata-chan?" tanyanya, lalu dia menoleh ke arah Sasuke-san. "Sasuke, apa maksud semua ini!?" bentaknya. Aku masih bingung…
"…Maaf, Naruto, aku tidak menyangka, dia… Hilang ingatan…" ujarnya.
Mereka semua tampaknya terkejut. Hilang ingatan? Aku?
Naruto-san melihat ke arahku, tatapannya menunjukkan kalau dia kecewa.
"Sasuke, aku mau bicara dulu denganmu. Sakura, boleh aku minta tolong? Tolong jaga Hinata-chan." ujar Naruto-san.
"Baik." ujar Sakura-san. Naruto-san menyeret Sasuke-san keluar.
BLAM! Pintu ruangan ini ditutup dengan bantingan. Kenapa?
"Hinata-chan," Sakura-san mulai bicara.
"Ya?" aku mulai duduk. Rasanya tidak enak kalau berbicara pada orang lain sambil tidur.
"Kau benar-benar lupa tentang semuanya?"
"Eh?"
"Semuanya, Hinata, semuanya!"
"Semuanya… Yang mana?" tanyaku, entah kenapa, aku takut.
Sakura-san hanya diam.
"Kau… Ingat aku?" aku menggeleng.
"Kau ingat Sasuke-kun?" aku menggeleng lagi.
"Kau ingat… Naruto?" lagi, aku menggeleng.
Sakura-san duduk di kursi sebelah kasurku. Dia menyentuh dahiku.
"…Begitukah…?" ujarnya. Aku masih bingung.
"A… Ano, Sakura-san, sebenarnya, kenapa aku bisa ada di Rumah Sakit? Apa aku benar-benar hilang ingatan?" Sakura tersenyum.
"Kau kecelakaan, dan koma selama tiga bulan. Hilang ingatan? Yah… Sepertinya begitu. Tapi, syukurlah, kau masih hidup!" aku terdiam. Sakura-san… Nyaman sekali berbicara dengannya. Namanya sudah tidak terlalu asing di benakku.
"Sakura-san," panggilku.
"Ya?" lirihnya.
"Apa nama lengkapmu Haruno... Sakura…?" ujarku pelan, menelusuri ruangan-ruangan kecil dalam otakku, mencari-cari ingatanku.
Terbesit senyum dalam bibirnya, Sakura memelukku. "Hinata-chan, kau ingat aku!" ujarnya berteriak.
BRAK! "Hinata-chan, kau sudah ingat semuanya!?" tanya Naruto.
"Ah…" aku… Apa aku ingat dia? Sebenarnya, aku ingin sekali bertanya, apa aku mengenalnya? Seperti tadi, aku menggeleng.
"Maaf, aku… Aku hanya mengingat nama kepanjangan Sakura-san saja…" ujarku.
Terlihat lagi, wajah kecewa itu. Wajah kecewa Naruto-san. Wajah kecewa yang menyebalkan, membuatku ingin menangis.
"Hinata-chan?" Sakura menatapku serius.
"Ya?"
"Kenapa menangis?"
Menangis?
Aku? Yang benar?
Aku menyentuh mataku. Basah. Pantas saja, sedari tadi, mataku terasa buram. Ternyata ini sebabnya. Air mata…
Aku segera menghapus air mata yang mengalir dari mataku.
"Tak apa, kelilipan, mungkin…" yah, mungkin saja kelilipan. Tapi… Naruto-san, kenapa kau menunjukkan raut wajah kecewa seperti itu? Aku jadi ingin menangis karenanya…
"Oh, ya, Sakura-san, dulu, kita selalu pergi ke sekolah bersama-sama sewaktu kita berumur delapan, apa benar?" ujarku membaca secarik kertas yang muncul di dalam otakku.
Kini, giliran Sakura-san yang menangis. Dia memelukku untuk yang kedua kalinya.
"Hinata-chan! Benar! Benar sekali! Kau ingat! Syu… Syukurlah…" ujarnya melepaskan pelukan itu.
"Sakura, baka. Jangan menangis, nanti aku malah ikut menangis." ujar Sasuke-san yang ikut bahagia.
"Biarlah, lagipula, para suster-suster genit itu pasti ingin melihatmu menangis. Hehe." ujarnya sambil menjulurkan lidah.
"Dasar baka." ujar Sasuke menghembuskan nafasnya dan tersenyum.
"Hinata-chan," ujar Naruto-san mendekat.
"Ya?"
"Kau masih merasa sakit?"
"Tidak, agak pusing, sih… Tapi rasanya lebih baik daripada saat-saat ketika aku koma." Naruto-san menghembuskan nafas lega.
"Syukurlah, kita pulang sekarang, ya?" eh? Kita?
"Erm…" ujarku pelan, hanya mengangguk, masih bingung. Apa Naruto-san itu keluargaku?
Setelah berganti pakaian dengan pakaian Sakura-san yang kupinjam dulu, kami segera berpamitan pada Sasuke-san dan Sakura-san.
"Sasuke, terima kasih, aku sudah diberitahukan kalau Hinata-chan sudah bangun. Sakura, terima kasih, sudah menghubungiku." ujar Naruto-san.
"Sama-sama," ujar mereka berdua kompak.
"Ah, ano… Sasuke-san, terima kasih, Sakura-san, terima kasih untuk pakaiannya…" ujarku.
"Sama-sama, hei, Hinata-chan, jangan panggil aku dengan Sakura-san, panggil Sakura biasa saja, atau tambahkan –chan, kita 'kan sudah kenal sejak lama."
"Ah, i-iya, Sakura-chan…" ujarku menurut.
"Nah, begitu, dong!" ujar Sakura-chan.
"Ya sudah, kami pulang dulu, ya. Ja matta!" ujar Naruto-san yang membukakan pintu taksi.
"Ja-" ujarku pendek.
"Ja matta!" ujar Sasuke-san dan Sakura-chan.
Aku menaiki taksi, dengan Naruto-san disampingku. Pak supir? Tentu saja, dia duduk di kursi depan.
"Pak, mau diantar sampai mana?" tanya si supir.
"Sampai perumahan Hime no Michi, jalan Yume, nomor dua."
"Baiklah," ujar supir itu.
To Be Continued
Yay! Fic NaruHina baru dari saya! XD -digeplak-
Oh iya, maaf, buat fic Bersamamu Ecchan tunda dulu sebentar, tapi chap3 pasti update, kok!
Mind to review?
:lil-ecchan:
