Naruto menatap Obito dengan nafas tersenggal-senggal. Di belakangnya terdapat Kakashi, Sakura, Sasuke, dan Hinata yang juga dalam keadaan sama.

"Hmm … tidak kusangka kalian bisa sehebat ini," gumam Obito sambil menyeringai sinis pada mereka semua.

"Kau menyerah saja," kata Kakashi sambil memandang tajam mantan rekan satu timnya dulu itu.

"Oh ya? Jangan kira kalian masih bisa mengalahkanku," kata Obito.

"Cih, mau apa kau sebenarnya?" tanya Sasuke sambil memandang tidak suka ke arah Obito.

"Kekeke …," tawa Obito begitu membuat bulu kunduk Sakura dan Hinata sempat merinding. "Aku menginginkan keabadian dan menguasai dunia."

"Jangan harap itu bakal terjadi!" kata Naruto. "Di dunia ini, tidak ada yang namanya ke abadian!"

"Oya? Sepertinya aku juga harus membawa kalian untuk membuktikan ucapanku," kata Obito. "Jikan no Jutsu!"

.

.

.

Future!

Genre: Adventure, and Friendship

Naruto © Masashi Kishimoto

Author: Oceana Queen

Warning: OOC, OC, OOT, Bad, and Miss Typo

.

.

.

Chapter 1: Prologue

.

.

.

Naruto memandang ke segala penjuru. Yang ia lihat adalah banyak sekali gedung pencakar langit yang sangat besar sekali.

"K-kita ada dimana?" tanya Hinata yang tepat berada di samping Naruto.

"Aku juga tidak tahu," jawab Naruto lirih.

"Hmm …," Kakashi sepertinya nampak sedang berpikir keras.

Sasuke menghela nafasnya sejenak. Sementara Sakura memandang sekeliling tempat dia berpijak dengan pandangan tidak percaya –atau lebih tepatnya pandangan tidak yakin.

"Kalian sedang cosplay?" tanya seorang lelaki berambut pirang sambil memandang satu per satu dari mulai Naruto sampai Kakashi.

Mata Naruto membulat begitu saja. Sementara yang lainnya juga melakukan hal yang sama seperti Naruto. Mereka kini tidak percaya dengan apa yang mereka lihat untuk saat ini.

"Tou-san?" Naruto memandang lirih kearah lelaki itu. Beberapa detik kemudian, dia langsung memeluk laki-laki itu dengan sangat erat. "A-aku rindu sekali dengan tou-san."

"E-eh, aku bukan tou-san kamu," balas lelaki itu sambil melepaskan pelukan Naruto secara perlahan. "Namaku Namikaze Minato, selain itu aku belum menikah dan tidak mungkin mempunyai anak yang usianya terlihat sama sepertiku."

Kali ini, semuanya kembali menatap lelaki itu tidak percaya. Namikaze Minato? Bukankah itu adalah Yondaime Hokage yang merupakan ayah dari Uzumaki Naruto? Oh, setidaknya tidak mungkin ada orang lain yang rupanya sama persis dengan Yondaime Hokage dan memiliki nama yang sama kecuali ….

"Bolehkah kami tahu sekarang tanggal berapa?" tanya Kakashi.

"Sekarang tanggal 18 Maret," jawab Minato singkat.

"Ehm, maksudku tahunnya, Namikaze-san," kata Kakashi.

"Sekarang tanggal 2030, memangnya ada apa?"

"Minna-san, sepertinya kita terlempar ke masa depan," kata Kakashi.

"Apa? Itu tidak mungkinkan, Kakashi-sensei?" tanya Sakura.

"Kita memang benar-benar terlempar ke masa depan, Sakura," jawab Kakashi.

Dalam hati Sasuke, dia mengiyakan pernyataan Kakashi. Pasalnya, mana mungkin medan perang memiliki gedung pencakar langit yang sangat tinggi? Yang ada justru malah hancur begitu saja jika gedung itu benar-benar ada di medan perang.

"Itu benar, Sakura," kata Sasuke menyetujui pernyataan Kakashi.

"Jadi, kalian dari masa lalu?" tanya lelaki bernama Minato itu.

"I-iya, Yon- maksudku Namikaze-san," jawab Hinata.

"Jadi, dia bukan tou-san?" tanya Naruto lirih. Mata blue sapphire-nya tampak begitu berkaca-kaca.

"Oh ayolah, Dobe! Kau terlihat seperti hewan yang tidak diberi makan oleh majikannya," ejek Sasuke.

"Apa maksudmu, Teme?" tanya Naruto yang tidak terima diejek seperti itu oleh Sasuke.

"Sudahlah kalian berdua," kata Kakashi sambil mencoba melerai mereka berdua.

Minato hanya terdiam melihat Naruto. Memang, dia tidak dapat memungkiri kalau rambut dan mata mereka sama. Tapi sifatnya … mirip dengan gadis yang selama ini ia sukai.

"Kalau begitu, bolehkah aku tahu nama kalian?" tanya Minato.

"Uzumaki Naruto."

"Uchiha Sasuke."

"Haruno Sakura."

"Hyuuga Hinata."

"Hatake Kakashi."

Minato membulatkan matanya begitu mengetahui nama Kakashi.

"Namamu Hatake Kakashi?" tanya Minato. "Bagaimana bisa rekan satu timku dalam kepolisian bisa terlihat jauh lebih tua sepuluh tahun dariku?"

Oke, kini tidak hanya Kakashi yang terkejut dengan omongan Minato, melainkan 4 anak yang juga terkejut akan hal itu. 'Bagaimana mungkin Kakashi-sensei bisa ada di zaman ini?' pikir keempat anak itu.

"Em … maksudmu, sensei?" tanya Kakashi bingung.

"Begini, di masa ini atau lebih tepatnya pada masaku, aku memiliki teman yang bernama 'Hatake Kakashi' yang umurnya berbeda 10 tahun dariku dan merupakan rekan satu timku di kepolisian," jelas Minato. "Yah, hari ini aku memang sedang mengambil cuti dari pekerjaanku sih."

"Ah, mungkin itu Kakashi-sensei di masa depan!" celetuk Naruto bersemangat.

"Iya, pasti perkataan Dobe benar," kata Sasuke mengiyakan celetukan Naruto itu.

Kali ini, Kakashi masih bimbang. Jika berarti dia menemukan dirinya di masa depan, apakah dia juga akan bertemu dengan Rin dan Obito? Eh, tunggu dulu! Apakah Obito akan sejahat seperti di masanya?

"Ngomong-ngomong, nanti kita akan tinggal dimana?" tanya Sakura. "Tidak mungkinkan kita menginap di jalanan?"

"Oh soal itu … bagaimana kalau kalian menginap di rumahku? Aku yakin, Otou-san dan Okaa-san tidak keberatan," tanya Minato menawarkan.

"Eh? Jadi Minato-san memiliki orang tua?" tanya Sasuke.

Bletak! Minato menjitak kepala Sasuke karena menurutnya kurang sopan itu.

"Tentu saja," jawab Minato. "Tou-san adalah jendral kepolisian Tokyo yang terkenal dan hebat, selain itu Okaa-san adalah dokter yang sudah banyak menyembuhkan banyak pasien."

"A-ano, Minato-san. Dokter itu apa?" tanya Hinata.

Kini, Minato sepertinya menyadari kalau dia berhadapan dengan orang-orang dari masa lalu yang nyasar ke masanya dan memiliki pengetahuan yang bisa di anggap 'jadul' mungkin?

"Memangnya kalian itu apa?" tanya Minato yang menyadari kalau pakaian mereka sangat aneh.

"Kami adalah shinobi dari desa Konoha -dattebayo," jawab Naruto bersemangat.

"Ehm, kalau begitu mungkin 'dokter' yang dimaksud pada zaman kami bisa kalian sebut sebagai 'orang yang mengobati shinobi yang sedang sakit parah atau terluka' sepertinya," kata Minato menjawab pertanyaan Hinata.

Kakashi mengangguk mengerti. Rupanya, bertemu dengan sensei-nya di masa depan tidak begitu buruk juga. Tapi, apakah pemikiran Kakashi akan selalu merasa tidak buruk jika kenyataan mereka berada di masa depan?

"Oya, karena kalian memakai pakaian yang sangat berbeda dengan zaman ini, bagaimana kalau kalian aku belikan pakaian? Otou-san dan Okaa-san pasti tidak akan setuju dan mengira aku membawa sekelompok Otaku ke dalam rumahku," kata Minato. "Sebaiknya kita bergegas pergi karena hari semakin sore dan jangan tunjukkan hal-hal yang berbau ninja disini atau kalian akan membuat heboh satu kota."

"Hai," kata semuanya patuh.

"Oya, sebaiknya kau tidak menggunakan nama 'Hatake Kakashi' pada zaman ini, Kakashi-san," kata Minato sambil menoleh ke arah Kakashi.

"Lalu namaku apa?" tanya Kakashi.

"Konoha Shi," jawab Minato. "Menurutku itu tidak terlalu buruk karena kau berasal dari Konoha di zamanmu bukan?"

"Hmm … ya. Nama itu tidak terlalu buruk," jawab Kakashi sambil tersenyum dibalik maskernya.

"Lalu, kenapa kau memanggilku 'sensei'?" tanya Minato.

"Karena pada zamanku, Namikaze Minato adalah orang yang mengajarkanku jurus-jurus ninja," jawab Kakashi.

"Sepertinya di zamanmu itu aku termasuk orang yang penting ya?" gumam Minato pelan yang terdengar seperti menggunakan bahasa elien.

"Sensei mengatakan sesuatu?" tanya Kakashi.

"Ah, tidak. Aku tidak mengucapkan apapun," jawab Minato. "Sebaiknya, kau memanggilku dengan nama depanku agar tidak terkesan aneh pada semua orang yang ada di zaman ini."

Kakashi mengangguk setuju. Mengingat umurnya memang lebih tua dibandingkan Minato pada masa depan ini. Tidak mungkin kan, kalau dirinya memanggil Minato pada masa ini dengan sebutan 'sensei'? Pasti orang-orang akan curiga.

"Baiklah," jawab Kakashi menyetujui.

Setelah sekian lama berjalan, akhirnya mereka berhadapan dengan sebuah gedung bertingkat dan memiliki pintu yang dapat terbuka secara otomatis. Kalian bisa menebaknya? Yap, itulah Mall!

"K-kita ada dimana, Minato-san?" tanya Hinata.

"Ini yang disebut Mall," jawab Minato.

"Mall? Apa itu Mall?" tanya Sakura.

"Sebuah tempat yang di dalamnya terdapat toko-toko, dan beberapa restoran," jawab Minato santai. "Ayo, kita masuk ke sana dan membeli baju untuk kalian!"

Mereka semua pada akhirnya mengikuti Minato untuk masuk ke dalam tempat tidak dikenal itu –bagi Naruto Cs dan Kakashi. Ketika kaki Minato berpijak pada karpet merat yang bertuliskan 'WELCOME', pintu terbuka secara otomatis.

"Wah, keren sekali pintu ini," kata Naruto dengan berbinar-binar menatap pintu masuk yang otomatis itu.

"Huh, kau norak sekali, Dobe," ledek Sasuke dengan wajah datar khas Uchiha.

"Biarlah, Teme! Kau kan juga belum pernah mendapati pintu seperti ini," balas Naruto.

"Dobe bodoh!"

"Teme yang lebih bodoh!"

"Kalian berdua hentikan," kata Kakashi sambil menjitak kedua anak tersebut. "Gomen ne atas tingkah laku kekanakan mereka, Minato-san."

"Hahaha …. Tidak apa-apa, Shi-san," kata Minato sambil tertawa.

"Shi-san?" Sakura menaikkan sebelah alisnya.

"Ehm, kira-kira itulah nama panggilanku disini," jelas Kakashi. "Yah, untuk menghindari kecurigaan karena di zaman ini ada yang bernama 'Hatake Kakashi' kan?"

"Kalau begitu nama lengkapmu apa?" tanya Naruto.

"Konoha Shi," jawab Kakashi singkat.

Pada akhirnya, mereka menuju sebuah toko pakaian di lantai 1. Sebuah toko yang bertuliskan 'Welcome to Dress Up Shop' di sebuah papan bercat putih.

"Wah, besar sekali!" kata Naruto kagum.

"Sudah kubilang untuk kesekian kalinya, Dobe. Janganlah bersikap norak!" kata Sasuke datar.

"Aku tidak norak, hanya kagum," sahut Naruto.

"Pada dasarnya itu memiliki arti yang sama, Dobe," balas Sasuke.

"Itu beda, Teme!"

"Sama."

"Beda."

"Sama."

"Kalian berdua, jangan bertengkat disini," kata Kakashi sambil menjitak kepala kedua anak yang pernah berada dibawah bimbingannya itu. "Sekali lagi, aku minta maaf atas kekanak-kanakan mereka yang terlihat memalukan."

"Hahaha …. Sudahlah tak apa-apa," balas Minato. "Mereka semua lucu, terutama Naruto."

Naruto yang mendengar hal itu hanya tersenyum kikuk. Dalam hati dia merasa kalau Tou-san nya yang telah bereinkarnasi terlihat memiliki sifat yang sama dengan kehidupan Tou-san nya saat menjadi Yondaime Hokage.

Sementara itu, Sakura dan Hinata sudah masuk ke dalam toko dan mencari-cari pakaian. Terutama Sakura yang tampak sangat bersemangat dalam mencari pakaian, sementara Hinata bersikap tenang-tenang saja.

"Kyaa! Baju ini sangat manis, oh tidak hanya itu! Yang ini juga manis," kata Sakura sambil menunjukan dua buah pakaian terusan. "Kira-kira yang mana yang bagus? Yang warnanya hitam atau merah muda?"

"Sepertinya kau lebih bagus dengan yang itu, Sakura-san," jawab Hinata sambil menunjuk pakaian yang berwarna merah muda.

"Arigato, Hinata," kata Sakura sambil tersenyum.

"Y-ya," balas Hinata kecil.

"Rupanya kalian sudah mencari pakaian ya?" tanya Kakahi.

"Ya, sensei," jawab Sakura bersemangat walaupun dihatinya dia bermaksud ingin memborong baju lebih banyak karna baju-baju disana banyak sekali yang lucu-lucu dan imut-imut.

"Katanya Minato-sensei, kalian sebaiknya mencari dua atau tiga baju," kata Kakashi. "Cobalah untuk mencari yang lain."

"Senangnya," pekik Sakura dengan mata berbinar-binar. "Iya kan, Hinata?"

"I-iya," jawab Hinata.

Kini, setelah mendapatkan semua pakaian baru untuk mereka, mereka akan pergi ke rumah kediaman Namikaze. Di depan rumah Minato memang terlihat besar dan luas halamannya. Sudah pasti dapat diperkirakan kalau rumah Minato juga pasti luas dan mewah.

"Jadi rumah Tou– eh Minato-san sebesar itu?" tanya Naruto sambil menunjuk sebuah rumah di depan matanya. "Bahkan aku tidak pernah berpikir untuk mempunyai rumah sebesar ini."

"Kau terlalu berlebihan, Naruto," ucap Minato sambil tersenyum. "Itu rumah ke dua orang tuaku, bukan rumahku."

"Tapi … ini seperti mimpi bisa tinggal di rumah seluas ini selama beberapa hari –dattebayo," kata Naruto.

"Kalau begitu, ayo masuk dulu!" ajak Minato.

Semuanya tampak masuk satu per satu ke dalam rumah Minato. Terlihat di ruang tamu seorang pria berambut perak jabrik dan seorang wanita berambut pirang panjang sedang menonton televisi.

"Tadaima," kata Minato.

"Okaerinasai, Minato-kun," balas wanita berambut pirang itu sambil menoleh ke arah Minato.

Semuanya, ehm maksudku Naruto, Kakashi, Sasuke, Sakura, dan Hinata tampak sedikit tercenggang. Karna sosok yang disebut-sebut orang tua Minato itu mirip sekali dengan Jiraiya si Ero-sannin dan Tsunade si Hokage ke lima.

"Mereka siapa?" tanya Jiraiya.

"Teman-temanku dan mereka adalah korban dari kasus pembakaran sebuah perumahan kemarin," jawab Minato dengan berbohong dalam kata 'korban dari kasus pembakaran sebuah perumahan kemarin'.

"Begitukah?" tanya Jiraiya sedikit curiga.

"Ya," jawab Minato.

"Kalau begitu perkenalkan, namaku Namikaze Tsunade," kata Tsunade sambil tersenyum. "Suamiku ini bernama Jiraiya Namikaze."

Naruto berjalan mendekati Minato. Kemudian berbisik ….

"Apakah dulu orang tua Minato-san memiliki kisah cinta yang rumit?" tanya Naruto berbisik.

"Ya," jawab Minato pelan. "Bagaimana kau tahu?"

"Soalnya di zamanku tidak mungkin Tsunade-baa chan menikah dengan seorang Ero-sannin yang sangat mesum," jawab Naruto sambil berbisik.

Minato sweatdrop sedikit mendengar perkataan Naruto. Sementara kini Naruto mengetahui sebuah kenyataan bahwa tidak selamanya yang ada di zaman mereka ada di masa depan ini.

"Bagaimana kalau kalian masuk ke dalam kepolisian? Sepertinya kalian memiliki skill yang bagus," tanya Jiraiya menawarkan.

"Boleh juga," jawab Kakashi. "Kalian setuju kan, anak-anak?"

"Terserah sensei saja," jawab Sakura.

"Kalau begitu, kalian harus bersiap-siap besok," kata Tsunade.

"Sebaiknya, rahasia kalian dari masa lalu cukup aku saja yang tahu," bisik Minato ke Naruto.

"Ya," jawab Naruto. "Kami juga akan berusaha hidup normal dan tidak menggunakan jurus ninja di zaman ini."

Minato tersenyum lembut melihat Naruto yang menurutnya kemungkinan anaknya di kehidupannya sebelumnya. Kemudian, dia mengantarkan mereka semua ke kamar mereka masing-masing.

"Jangan harap kalian bisa menang melawanku," ucap seseorang di salah satu tempat di Tokyo.

.

.

.

To Be Continue

#Next Chapter: Jembatan Penghubung Masa Lalu

"Hey, Kyuubi! Kalau semuanya sudah bereinkarnasi, kau ada dimana?"

"Aku sendiri juga tidak tahu."

.

"Sebaiknya kalian harus belajar pelajaran dari SD sampai SMA."

.

"Mulai hari ini, kalian juga harus berlatih menembak!"

.

"Tak kusangka misi pertama kita adalah itu."

.

"Aku mulai berpikiran kalau yang diincar oleh Obito adalah dirinya sendiri."

.

"Jadi itukah reinkarnasi mereka semua? Menarik sekali."