Salam..

ketemu lagi dengan saya author baru yang sebenarnya masih belajar. berhubung fict saya yang pertama masih dalam pengerjaan, jadi pengen publish fict-fict yang sebelumnya udah aku buat. hehe...

yasudah kalau begitu langsung saja baca, maaf kalau agak aneh, soalnya aku buat fict ini dengan pairing yang jarang muncul yaitu Sanji x Robin. hehe...

"Selamat Membaca"


Title : Takdir atau Kebetulan?

Author : Kurniawan Faiz (AiztSiTopiJerami di ganti : KeMondKeMoN) shishishi

Genre : Romance, Drama.

Pairing : SanRob.

Ranted : Bisa K bisa T (terserah pembaca ajalah, kalian yang memutuskan). Shishishi

Warning : Second Fic, Gaje, OOC (mungkin), masih ada kata yang tidak baku, plot bunny, non-canon dll :v


Disclaimer : Eiichiro Oda

Chapter 1

Takdir atau Kebetulan?

Part I

"Pandangan Pertama"

Cinta Pandangan Pertama.
apa yang kalian ketahui tentang tiga kata Tersebut? Banyak yang mengatakan bila cinta pandangan pertama adalah sebuah cinta sejati. Namun ada pula yang mengatakan, kalau itu hanyalah sebuah cinta fatamorgana. Cinta semu, yang hanya datang sesaat yang kemudian pergi begitu saja. Tapi walau bagaimana pun, bila takdir sudah menentukan seseorang berjodoh, kita takan bisa melakukan apapun, kecuali mengikuti takdir itu.

Kriinggg...

Bunyi jam weker membangunkan tidur nyenyak pemuda berambut blonde yang kita ketahui bernama Sanji. Matanya terlihat cukup berat untuk dibuka. Tangan yang digerakan untuk mematikan bunyi alarmnya pun terlihat lemas. Wajar saja, karena hampir setiap hari dia pulang jam 11 malam. Sedangkan sekarang, jam menunjukan pukul 04.15. Sebenarnya Masih terlalu pagi untuk bangun. Tapi mau bagaimana lagi, kalau tidak segera bangun pemuda itu bisa terlambat masuk sekolah. Sanji bergegas ke kamar mandi membasuh mukanya, yang Setelah itu dilanjutkan melakukan aktivitas kesehariannya.

Sanji tinggal sendirian di sebuah apartemen di kota Shabondy. Sudah dari kelas 1 SMA dia hidup sendirian, karena kedua orangtuanya tinggal dikota lain akibat sibuknya pekerjaan. Orangtuanya hanya sesekali menelpon dia, itu pun bila ada urusan penting. Sama hal nya dengan Sanji pun demikian.

Terlihat jam menunjukan pukul 5.49. Sudah waktunya dia untuk mandi dan bersiap ke sekolah. Jam 6.15 dia harus sudah berangkat. Hal ini karena letak sekolahnya, tidak dekat dengan apartemen yang di tempatinya. Dia bersekolah di SMA Revolusioner, Yaitu sekolah yang memiliki nama di Shabondy. Walaupun sebagian besar muridnya berangkat menaiki kendaraan pribadi bermesin. Dia tidak malu, yang berangkat menggunakan sebuah sepeda federal. Walaupun sebenarnya, dia bisa meminta motor pada orangtuanya. Baginya, menggunakan sepeda lebih nyaman dan hemat biaya daripada memakai motor atau pun mobil.

"Ah, seperti biasa. Jalanan selalu macet." Gumam pemuda itu.

Pemuda itu masih terus mengayuh pedal sepedanya, menyusuri sela-sela mobil yang sedang berhenti. Dia terlihat tidak khawatir akan kemacetan itu, mungkin karena dia menggunakan sepeda yang tentu saja memudahkan nya melewati rute lain yaitu memasuki gang gang kecil. Jadi, dengan itu dia takan terlambat karena jalanan macet. Tak berapa lama kemudian, Sanji berbelok ke jalan Grove 9. Yaa, jalan yang selalu dilewati Sanji setiap hari. Walaupun jalan nya banyak genang air, tapi ini adalah jalan tercepat menuju sekolahnya.

Mbremmm..! Tittt!

Bunyi klakson mobil yang terdengar tiba-tiba mengagetkan Sanji. Sepertinya mobil itu sedang terburu buru. Sanji yang kehilangan konsentrasinya karena klason mobil yang mengagetkan, otomatis sepeda yang ditumpanginya jadi oleng. Akibatnya dia terjatuh dari sepeda yang naasnya, seragam sekolahnya jadi kotor karena selain jatuh tubuhnya terkena cipratan air mobil tadi.

Sanji hanya menggerutu kesal.
"Oii. Mobil sialan! Kalau jalan pelan-pelan! Jadi kotor bajuku. Ayo tanggung jawab oii!" Teriak Sanji.

Namun sia sia, karena sepertinya mobil itu sudah terlalu jauh. Jadi, tidak ada respon sama sekali. Kala itu waktu menunjukan pukul 6.48. Waktu yang tidak cukup bila Sanji kembali kerumah untuk mengganti pakaiannya.

Akhirnya dia memutuskan untuk tetap ke sekolah tanpa mengganti bajunya.
"Ah. Hari ini benar-benar sial! Gara gara mobil itu bajuku jadi kotor, dan hari pun sudah siang. Hn, Lihat saja, aku ingat betul plat nomornya. Kalau ketemu akan kuminta pertanggung jawaban" Gerutu Sanji.

.oOo.

Di sekolah.
Setelah beberapa menit perjalanan, pemuda itu sampai di sekolah. Karena bel masuk pas berbunyi, Sanji pun bergegas memarkir sepedanya. Tanpa basa basi lagi dia langsung menuju ke kelasnya, 11 IPS 4. Namun, sebelum sampai di kelasnya dia melihat sebuah mobil yang tidak asing lagi, ferrari berwarna ungu dengan plat R 081 N. Sekilas nomor plat itu terlihat cukup aneh, karena seakan nomor tersebut membentuk nama RoBiN.

"Hn, tidak salah lagi. Mobil itu yang membuatku terjatuh tadi. Jadi, dia murid di SMA ini juga yaa. Lihat saja, kalau laki-laki akan ku hajar. Kalau perempuan? Hm.. Enaknya diapakan yaa?" Pikir Sanji.
"Sudahlah akan kubuat perhitungan dengannya saja." Ucap Sanji memutuskan.

Lalu dia pun berlalu, bergegas ke ruangannya. Namun tak diduga, bu Califa wali kelas Sanji sudah berada di kelasnya. Nampaknya beliau sedang berdiri dengan wanita yang tak pernah di jumpai di sekolah. Wanita yang cukup cantik atau bisa dibilang sangat cantik. Benar saja, rambut raven panjang yang berponi sangat cocok dengan wajah yang begitu imut. Bentuk mata yang indah, serta bibir tipis yang terlihat manis, semakin menambah kesempurnaannya saja.

Tok..! Tok..! Tok..!
Diketuknya daun pintu itu.
"Permisi..." Ucap Sanji masih menatap gadis itu.

Semua mata tertuju pada sosok Sanji yang baru datang. Banyak yang heran dengan kedatangan Sanji. Yaa, tentu saja. Sanji adalah anak paling rajin dan pintar di kelasnya. Dia selalu berangkat paling awal. Menjaga kerapian dalam berpakaian adalah ciri khasnya. Namun lain hari ini, Sanji datang terlambat dengan pakaian yang kotor atau bisa dibilang sangat kotor.

"Sanji...? Tumben kau terlambat? Apa yang terjadi denganmu..? Kenapa seragammu kotor?" Tanya bu Califa membuyarkan pandangan Sanji pada gadis itu.

"Ah,. A-anu... Ii-Itu bu.. Hm, apa yaa. Anu.. Aku terkena musibah di jalan.." Jawab Sanji sekenanya karena dia rada kaget dengan pertanyaan bu Califa tiba-tiba.

Lalu semua penghuni kelas terlihat berusaha menahan tawa geli karena sikap Sanji (Termasuk gadis itu walau cuma tersenyum tipis). Bagaimana tidak? Sanji yang selama 2 tahun di SMA Revolusioner tidak pernah cangung saat di tanya. Kali ini dia melakukan hal yang sangat langka yaitu bicara gagap dan bingung saat ditanya. Padahal pertanyaan itu bukanlah pertanyaan sulit soal sejarah atau bahasa prancis.

"Oh, begitu yaa, yasudah lain kali hati-hati di jalan yaa, sekarang kau boleh duduk." Perintah bu Califa halus.

"Baik, terima kasih Bu." Jawab Sanji pelan.

Lalu Sanji menuju tempat duduk di belakang pojok. Biasanya sih, Sanji selalu duduk di depan. Tapi karena hari ini dia datang terlambat mau tidak mau harus duduk dibelakang. Karena semua tempat duduk sudah penuh di tempati.

"Baik anak-anak. Akan ibu teruskan yang tadi. Jadi hari ini kita akan kedatangan teman baru. Dia pindahan dari Luar kota tepatnya dari SMA Ohara." Ucap Bu Califa.

SUIIT..! SUUIITT...!
Suara siulan anak-anak cowo saling menyahut. Mereka terpesona melihat kecantikan gadis itu. Sedangkan para anak cewe hanya diam tak begeming.

"Siapa namanya Bu?" Tanya salah seorang murid.

"Yaa, tunggu sebentar." kata bu Califa.

"Ayo nak, perkenalkan dirimu pada teman-teman barumu." Suruh Bu Califa pada gadis itu.

Gadis itu hanya mengangguk pelan menanggapi perintah sang guru. Lalu kakinya maju beberapa langkah mendekat ke meja paling depan.

"Selamat pagi. Perkenalkan, Namaku Nico Robin. Aku murid pindahan dari SMA Ohara. Mohon Bantuannya." Ucap gadis yang diketahui namanya adalah Nico Robin.

"Yaa cukup, sekarang kau boleh duduk. Emm, kau duduk dimana yaa." Ucap bu Califa mencari tempat duduk yang pas untuk Robin.

Semua anak cowo pun berebut menunjukan jarinya ke atas dengan maksud meminta bu Califa untuk menempatkan Nico Robin duduk di sebelah mereka. Namun lain dengan Sanji, dia terlihat tenang tak bersuara. Sanji tak tertarik dengan kegaduhan itu. Dia lebih memilih mempelajari mapel sejarah, karena di jam ke 3 dan 4 nanti akan ulangan. Hal ini pun membuat Robin merasa sedikit tertarik dengan pemuda berponi itu.

"Maaf bu, bolehkah bila saya duduk di sebelah anak itu saja?" Tanya Robin menunjukan jarinya ke arah meja belakang.

"Ah, maksudmu Sanji? Apa kau yakin? Padahal ibu ingin menempatkanmu duduk di sebelah Nami, karena hanya dia yang duduk dengan cowo. Nanti bu guru bisa menyuruh Usopp, pindah di tempat Sanji." Jawab Bu Califa menjelaskan rencananya.

"Terima kasih, tapi saya rasa tak perlu bu. Izinkan aku duduk dengan Sanji saja. Tapi bila bu Califa keberatan, Aku akan turuti rencana bu Califa barusan." Ujar Robin di akhiri senyuman nya.

"Oh, yasudah kalau itu mau mu. Silahkan, ku izinkan kau duduk dengan Sanji." Ucap Bu Califa.

"Ya terima kasih bu" Jawab Robin.
Bu Califa hanya mengangguk pelan. Kemudian beliau pergi meninggalkan kelas, yang diikuti Robin pergi menuju bangku Sanji.

Sesaat kemudian, Sanji menyadari kalau ada seseorang yang mendekat ke bangkunya. Dia sekilas melirik orang yang mendekat.

DEG DEG !
"(Kenapa dia kemari?)" Batin Sanji.
Namun, beberapa saat kemudian dia kembali fokus ke materi yang di pelajarinya.

"Maaf, Bolehkah aku duduk di sebelahmu?" Tanya Robin ramah.

Sanji tak bicara atau pun menegok ke arah Robin. Dia hanya menjawab dengan anggukan pelan.

Lalu Robin pun duduk, menaruh tas ungu yang ia pakai melintang di pundaknya. Sanji sekilas melirik, melihat merk terkenal yang tertera di tas Robin.

"(Merk itu, tas mahal!. Tas yang selama ini aku impikan. Sepertinya dia orang kaya)." Batin Sanji Lagi.

Robin hanya tersenyum kecil melihat pandangan Sanji pada tasnya. Lalu Robin mulai membuka pembicaraan.

"Siapa namamu?" Tanya Robin.

"Sanji" Jawab Sanji singkat.

"Oh, pekenalkan namaku-" Ucap Robin terpotong.

"Nico Robin" celutuk Sanji mencegat perkataaan Robin.

"Sepertinya kau tadi mendengarkanku memperkenalkan diri." Ucap Robin.

"Hn.." Sanji hanya bergumam.

Robin yang mendengarnya tampak kecewa dengan jawaban Sanji. Terlihat jelas di muka imut Robin.

"Hm, apa aku mengganggumu? Kalau aku mengganggu aku akan pindah duduk Saja. Dengan Nami mungkin, seperti yang bu Califa rencanakan tadi." Ujar Robin.

DEG DEG!
Lagi-lagi jantung Sanji berdetak kencang secara tiba-tiba. "(Perasaan ini lagi, ada apa denganku. Kenapa aku jadi rada grogi begini)." Batin Sanji.

Robin yang menunggu jawaban Sanji namun tidak ada respon. Memutuskan untuk pindah ke bangku Nami. Walaupun sebenarnya dia belum tahu dimana orang yang bernama Nami duduk. Lalu dia berdiri dan bermaksud mengambil tasnya untuk pindah. Namun, tiba tiba tangan Sanji menghentikan Robin dengan memegang tas Robin.

"Duduklah, kau sama sekali tak menganggu. Aku tidak bermaksud untuk bersikap dingin padamu tadi. Hanya saja... Hanya saja aku tak bisa mengobrol sekarang. Jam ke 3 dan 4 akan ada ulangan sejarah. Aku sama sekali belum belajar. Jadi, karena jam 1 dan 2 kosong, sebab pak Appo tidak masuk. Aku ingin belajar biar nilaiku tidak jelek Nantinya." Ucap Sanji menjelaskan alasan kenapa dia bersikap dingin pada Robin.

"Oh, begitu yaa. Yasudah." Jawab Robin.
Robin pun yang mendengar penjelasan Sanji kemudian mengurungkan niatnya. Dia kembali duduk di sebelah Sanji.

"Hm, ulangan sejarah yaa. Padahal ini hari pertamaku masuk. Tapi akan ada ulangan. Maaf kalau boleh tahu ulangan materi apa bab berapa?" Tanya Robin.

"Materinya Bab 4 tentang Sejarah Rio Poneglyph." Jawab Sanji.

"Terima kasih." Ucap Robin.

Robin pun segera mengambil LKSnya yang Terlihat masih baru, dilihat dari namanya, karena belum ia tulis di kolom yang disediakan. Dia sekilas membuka LKSnya untuk melihat materi tersebut. Hanya dalam waktu kurang dari 1 menit, dia kembali memasukan LKSnya. Lalu Robin mengambil ponselnya. Ya, Ponsel yang tak asing bagi Sanji. Ponsel dengan fitur dan aplikasi terlengkap, bentuk yang ideal dan ukuran yang tidak terlalu besar memudahkan untuk dibawa kemana saja. Warnanya yang unik juga membuatnya semakin menarik. Ponsel tercanggih saat ini dan yang begitu di inginkan Sanji "DENDEN MUSHI". Terlihat Robin sedang mengetik sesuatu. Rupanya dia sedang mengirim pesan.

DEG DEG !
Lagi-lagi perasaan yang sama. "(Sayang? Apa mungkin dia sudah punya pacar?)" Batin Sanji yang sekilas melihat Robin mengetik kata 'Sayang'.

"(Kenapa dengan jantungku? Apa aku terserang penyakit jantung? Mengapa saat aku melihatnya mengetik kata itu, jantungku langsung berdebar? Padahal aku baru mengenalnya beberapa menit yang lalu. Apakah mungkin aku menyukainya? Hmm, ah jangan bodoh. Aku tidak mungkin menyukainya. Ayo pergi-pergi perasaan. Kalo begini aku tidak bisa konsentrasi.)" Batin Sanji kesal pada dirinya sendiri.

Kemudian Sanji berusaha untuk fokus ke materi yang di pelajarinya. Walau pun terdengar suara gaduh karena para siswa lain nya banyak yang mengobrol. Sanji tetap tenang, di depan LKS.

Namun, beberapa saat kemudian, para cowo yang melihat Robin mengeluarkan ponsel, bergegas menuju ke bangku yang di duduki Robin. Mereka berebut ingin minta nomor ponsel Robin.

"Hei, Nico. Bolehkah aku minta nomor ponselmu?" tanya salah seorang murid.

"Jangan berikan, dia itu playboy. Lebih baik kau berikan saja padaku ya ya ya." Timpal murid yang lain tak mau kalah.

"Kau, juga sama. Lebih baik aku saja. Aku 100% bukan playboy loh." Tambah seseorang lagi.

Entah berapa banyak, permintaan itu dilontarkan oleh siswa cowo. Robin hanya tersenyum menanggapinya. Dia sama sekali tidak berbicara. Namun, dengan senyuman Robin yang khas. Dia berhasil membuat para cowo tadi merubah matanya menjadi bentuk Love. Sangat aneh memang.

Tak berapa lama, hal yang tidak diinginkan para cowo itu Terjadi. Ya, kedatangan seseorang yang tidak diinginkan, siapa lagi kalau bukan anak cewe berambut oranye. Meskipun terlihat cantik, tapi dia bisa berubah menjadi sesosok nenek sihir yang garang.

"Apa yang kalian lakukan hah?! Cepat menyingkir, atau aku akan bertindak!" Celoteh gadis berambut oranye itu.

Tanpa berpikir panjang, para cowo segera menyingkir. Mereka tahu resikonya bila perempuan itu sampai bertindak. Jadi, mereka memilih kabur sebelum semuanya berakhir mengenaskan.

"Hei, Nico, apa kabar?" Tanya seorang cewe berambut oranye mendekati Robin.

"Apa kabar, baik. Terima kasih telah membuat mereka pergi." Jawab Robin halus.

"Hm, bukan masalah ko. Hehe, eh, kamu dari SMA Ohara ya? Pasti kau pintar. Maukah kau duduk di sebelahku, kau takan tahan duduk bersama Sanji-kun. Dan aku juga ingin berbincang denganmu. Oya, Namaku Nami." Ucap gadis berambut oranye yang kita kenal sebagai Nami sambil mengulurkan tangan.

"Oh, jadi kau yang namanya Nami yaa? Em, maaf Nami, aku tidak bisa duduk denganmu, kupikir aku lebih menyukai jika aku duduk bersama Sanji. Tapi jika kau ingin mengobrol. Aku bisa menemanimu. Dan satu lagi panggil aku Robin Saja yaa." Jelas Robin yang sekilas menjabat tangan Nami.

Sanji yang mendengar perkataan Robin tadi tepatnya kata 'Menyukai' mukanya langsung memerah.

"Hei, kenapa mukamu jadi merah begitu sanji-kun?" Tanya Nami melihat perubahan muka Sanji.

"Ah, ti-tidak kog Nami-Swan. Aku biasa saja." Jawab Sanji menyembunyikan mukanya dari balik LKS yang di bacanya.

"Hayo-hayo... Jangan-jangan. Hehehe" Ucap Nami menggoda.

"Em, baiklah kalau begitu Robin. Ayo ikut denganku. Dan sebaiknya kau berhati-hati dengannya karena dia bisa berkelakuan yang aneh-aneh di depan wanita cantik sepertimu Robin. Hihihi" Ucap Nami.

"Benarkah? Kaau begitu aku akan berhati-hati." tanggap Robin, sekilas mengedipkan mata ke Sanji.

Sanji yang melihatnya, langsung mengerti maksud Robin.
"Nami-swan jangan ucapkan kata yang tidak tidak ya pada Robin." Ucap Sanji mengingatkan.

Nami hanya menjulurkan lidahnya meledek Sanji. Lalu mereka berdua (Nami dan Robin) berlalu, pergi ke bangku Nami meninggalkan Sanji.


Udah yaa? shishishi

Saya kira cukup segini dulu, soalnya takut kepanjangen ntar malah jadi membosankan. Hehe. Jujur! ini fanfict pertama saya yang bergenre Romance drama. Aku butuh apresiasi/feedback dari kalian, menurut kalian gimana kalau aku lanjutkan ke part 2 dan seterusnya?
Walaupun inti ceritanya tentang SanRob. Misalnya saja, jika saya tambahkan pairing LuNa/ZoNa/yang lain di part 2 atau 3 sebagai bumbu mungkin?. apakah akan bagus?

Mohon Reviewnya yaa.
Thanks...