Title : Love Is (not) Over
Genre : Romance, Drama, Hurt/Comfort
Cast : Park Chanyeol and Byun Baekhyun
Rating : T / General
Length : Twoshoot
A/N : Judul dan jalan cerita terinspirasi dari salah satu lagu BTS dengan judul yg sama.
Chapter 1
BRAK!
Suara sesuatu yg besar baru saja terdengar terjatuh didepan pintu masuk apartemen Baekhyun.
Baekhyun yg saat itu tengah sibuk dengan beberapa lembar teks dan layar laptop dimeja kerjanya saat tengah mengerjakan proyek terjemahan dari perusahaan penerbit tempatnya bekerja sama kali ini, mengelus dadanya terkejut.
Dengan gerakan cepat ia berlari kearah sumber suara itu berasal. Wajahnya yg awalnya tengang perlahan mulai mengkerut malas saat menyadari 'sesuatu yg besar' itu adalah Park Chanyeol, kekasihnya sendiri.
Dia tidak terjatuh karena tersandung atau terdorong melainkan karena kesadarannya yg berada dibawah rata-rata sehingga ia kesulitan menyeimbangkan tubuh besarnya dan lebih memilih tidur dimana kakinya berdiri saat ini.
Baekhyun mendegus kesal. Ini sudah kesekian kalinya Chanyeol datang ke apartemennya menjelang pagi hari dengan keadaan mabuk.
Baekhyun sebenarnya sangat mencintai Chanyeol.
Chanyeol adalah sosok yg sangat dewasa dan pengertian. Mungkin karena itulah Baekhyun masih terus bertahan bersama dengannya hingga saat ini.
Tapi ada saat dimana Baekhyun amat sangat membenci Chanyeol, yaitu adalah saat dimana Chanyeol mulai bersentuhan dengan alkohol.
Itu adalah kebiasaan Chanyeol yg sulit untuk dihentikan. Selama dua tahun mereka menjalin hubungan kebiasaan Chanyeol yg senang mengkonsumsi alkohol adalah yg amat Baekhyun benci.
Karena saat Chanyeol mabuk adalah saat dimana Baekhyun tidak lagi mengenali Chanyeol-nya yg seperti biasa. Ia akan sepenuhnya menjadi orang lain yg Baekhyun tidak kenali.
Tapi Chanyeol tidak pernah tahu, karena ia tidak akan mengingat apapun yg ia lakukan saat mabuk sama sekali setelah tersadar keesokan harinya.
.
.
.
Baekhyun mencoba membantu Chanyeol untuk berdiri tapi Chanyeol sama sekali tidak bergerak dari posisinya yg tertelungkup saat ini.
Dengan susah payah Baekhyun menarik lengan Chanyeol untuk disampirkan pada pundaknya yg kecil, merangkulnya dan mulai membawa Chanyeol bergerak pindah dari tempatnya saat ini.
Terdengar samar gumaman dari Chanyeol dengan pelafalan yg tidak jelas. Baekhyun mengalihkan wajahnya kearah lain, benci saat indera penciumannya menangkap aroma alkohol dan rokok yg keluar dari mulut Chanyeol.
Baekhyun mengempaskan tubuh Chanyeol ke sofa panjang yg berada diruang tengah apartemennya. Dengan bersusah payah melepaskan pakaian yg dikenakan Chanyeol satu per satu, menyisakan kaus dalam dan celana pendek untuk dikenakannya.
Baekhyun memandang kesal Chanyeol yg tidak sadar kan diri di sofanya.
Karena walau Chanyeol berada diruangan yg sama dengan Baekhyun tapi nyatanya ia tidak ada disini. Chanyeol yg ada dihadapannya ini bukanlah Chanyeol-nya.
Baekhyun benci saat harus mengatasi Chanyeol yg mabuk, beberapa kali perasaannya mengatakan bahwa ia tidak sanggup lagi mengurusi Chanyeol.
Bahkan didalam hati pun Baekhyun selalu mencoba mengucapkan 'aku paham' tapi nyatanya Baekhyun tidak akan pernah bisa memahaminya. Karena Baekhyun tidak pernah bisa hidup seperti Chanyeol yg selalu berbeda pendapat dengannya tentang alkohol.
Chanyeol membuka matanya, sepertinya jiwanya baru saja kembali. Ia mengedipkan matanya beberapa kali mencoba menyesuaikan diri dengan cahaya matahari yg masuk dari jendela kaca yg dibuka lebar.
Chanyeol mengangkat lehernya untuk memastikan dimana dirinya berada, sambil bangkit dari tidurnya ia menolehkan kepalanya ke segala arah mencari sosok yg harusnya ada disekitar pandangannya.
Matanya tertuju pada punggung mungil yg tengah memunggungi-nya dari balik rak buku yg menjadi pembatas antara ruang tengah dan ruang dapur.
Chanyeol tersenyum tipis sebelum akhirnya bangkit dari sofa yg ditempati-nya semalaman menghampiri pria mungil yg saat ini tengah mengaduk-aduk sesuatu didalam panci.
"Morning, Baek-ie" Chanyeol mendaratkan kecupan ringan dibelakang kepala Baekhyun yg berada didalam pelukannya saat ini.
"Hmm.." gumam Baekhyun kemudian.
Chanyeol sudah tahu kalau saat ini Baekhyun-nya sedang marah, ia telah melalui kejadian ini beberapa kali selama dua tahun mereka bersama.
"Kau masak apa ?" tanya Chanyeol berusaha bersikap bahwa tidak terjadi apa-apa diantara mereka.
Baekhyun menghela nafas pelan "Sup pereda mabuk" jawabnya singkat.
Baekhyun menyingkirkan tangan Chanyeol yg berada dipinggang dan perpotongan lehernya, lalu mematikan kompor setelah mencicipi sup yg dibuat untuk terakhir kalinya.
"Makanlah selagi masih hangat" Baekhyun berjalan meninggalkan Chanyeol yg masih berdiri terdiam ditempatnya tadi.
Ia melangkah ke arah kamarnya tanpa menengok kepada Chanyeol sedikitpun.
Biasanya Chanyeol hanya akan mengacuhkan Baekhyun yg marah padanya seperti saat ini, toh setelah beberapa hari terlewati Baekhyun akan kembali baik dengan sendirinya.
Tapi tidak kali ini untuk Chanyeol, karena ia tidak ingin terus-menerus seperti ini dengan Baekhyun. Mereka adalah pasangan kekasih, sudah sepatutnya hal yg sudah sering terjadi seperti ini bukan lagi menjadi alasan mereka untuk memulai pertengkaran, kini sudah saatnya Baekhyun untuk mulai memahaminya.
Chanyeol mengejar Baekhyun yg sudah berada didalam kamar pribadinya, berdiri didepan lemari pakaian yg ada dihadapannya.
"Baek kita butuh bicara"
Baekhyun membalikkan badannya, mengangkat sebelah alisnya binggung.
"Bisakah kita hentikan pertengkaran yg selalu terjadi setiap kali hal ini terjadi ? Apa kau tidak lelah ?" Chanyeol memulai pembicaraan dengan nada yg ia buat setenang mungkin.
"Tentu saja bisa" jawab Baekhyun santai. "Kalau kau bisa menghentikan obsesimu itu pada alkohol, hal seperti ini tidak akan pernah terjadi lagi" lanjutnya sambil tersenyum tipis kepada Chanyeol.
"Tapi kau tau aku tidak akan bisa melakukannya"Chanyeol menggelengkan kepalanya tidak setuju.
Chanyeol bisa melihat Baekhyun yg tiba-tiba memasang wajah muak dan mulai kembali memunggunginya.
"Aku tidak suka memperlihatkan punggung ku pada siapapun, maka dari itu aku juga tidak suka melihat punggung siapapun apalagi saat sedang berbicara, Baekhyun!"
Chanyeol berteriak karena kesal dan tersinggung atas sikap Baekhyun. Dari awal Chanyeol sebenarnya berniat untuk membicarakannya dengan baik-baik tapi sikap Baekhyun terhadapnya benar-benar tidak dapat dimaafkan.
"Jadi apa maumu ?" Baekhyun membalikkan tubuhnya menghadap Chanyeol yg saat ini hanya berjarak beberapa langkah saja darinya.
"Alkohol. Walaupun kau tidak pernah bisa memahaminya, kumohon jangan membenci apa yg aku suka. Dan bisakah sekali lagi kau coba untuk mulai memahaminya ?"
"Aku sudah berusaha keras untuk memahaminya, tapi tetap saja aku tidak bisa"
"Tidak! Kau tidak pernah sekalipun berusaha memahami hal itu sejak awal. Oleh karena itu pertengakaran ini selalu terjadi"
"Tapi memang kenyataannya begitu, Chanyeol. Kau dan alkohol adalah kombinasi yg sangat menyebalkan, aku tidak menyukai hal-hal yg membuatmu bukan lagi 'Chanyeol-ku'. Aku benci setiap kali harus berhadapan dengan Park Chanyeol yg mabuk!" jawab Baekhyun yg sudah mulai menaikkan nada bicaranya.
"Tapi alkohol adalah kenyataan untukku Baek. Kau pikir alasan aku mengkonsumsi alkohol karena aku menyukainya ? Bagimu memang alkohol itu merupakan hal yg tidak berguna dan sia-sia namun hal itu berbeda bagiku karena alkohol memiliki makna tersendiri untukku. Dan alkohol bagiku sama artinya dengan hal-hal mendasar yg sering kau lakukan seperti makan nasi atau minum teh, Baekhyun"
Chanyeol berbicara dengan raut wajah yg sudah berubah menjadi sangat serius dengan mata yg menatap Baekhyun sangat tajam.
"Lalu kau ingin aku juga mencobanya ? Agar aku bisa mengerti bagaimana berartinya alkohol itu pada hidupmu ?" tantang Baekhyun kemudian.
Perkataan Baekhyun semakin membangkitkan emosi Chanyeol yg meledak-ledak.
"Aku rasa bukan alkohol yg menjadi masalahmu selama ini. Pikirkanlah baik-baik pada dirimu sendiri Baekhyun, apakah benar alkohol adalah sebuah kesalahan ? Atau jangan-jangan selama ini kesalahkan dihidupmu yg sempurna itu ternyata adalah diriku sendiri" seru Chanyeol seraya mengusap wajahnya lelah.
"Kenapa kau berfikiran seperti itu ? Aku tidak pernah berkata maupun berfikiran seperti itu" jawab Baekhyun membela diri.
"Kenapa kau selalu membuatku merasa sangat tidak berharga saat disampingmu, Baek" Chanyeol berucap dengan sangat pelan tapi masih bisa ditangkap oleh indera pendengaran Baekhyun.
"Tidak berharga ? Apanya ?"
Terkadang memang Chanyeol sering mengatakan hal-hal yg tidak dapat dimengerti oleh Baekhyun. Tapi saat Baekhyun bertanya maksud dari perkataannya, Chanyeol selalu akan menghindarinya seolah-olah ia hanya asal bicara.
Seperti saat ini, Chanyeol hanya menggelengkan kepalanya malas saat mendengar pertanyaan yg terus diulang-ulang oleh Baekhyun.
Chanyeol telah keluar dari kamar Baekhyun dan bersiap-siap untuk pulang. Ia berjalan kedepan pintu setelah sempat menumpang mandi singkat diapartemen Baekhyun.
Baekhyun berdiri diambang pintu kamarnya memperhatikan Chanyeol yg tengah memakai sepatu kirinya yg belum terpasang sempurna.
Ia membuka gagang pintu apartemen Baekhyun dan melangkah keluar tanpa mengucapkan salam perpisahan seperti biasanya, bahkan sekedar menengok untuk melihat Baekhyun yg sedari tadi memperhatikannya saja pun tidak.
Chanyeol pergi setelah melepaskan amarahnya begitu saja dan meninggalkan pertengkaran tanpa penyelesaian dengan Baekhyun.
Genap seminggu setelah pertengkaran yg terjadi diapartemen Baekhyun dan Chanyeol belum juga mengunjungi Baekhyun seperti biasanya, bahkan Chanyeol juga tidak mencoba menghubungi ke ponsel Baekhyun yg selalu ia cek setiap beberapa menit sekali.
Kebiasaanya yg sudah sangat Baekhyun pahami dari Park Chanyeol yg memang selalu memutuskan komunikasi secara sepihak setiap kali ia sedang kesal.
Tapi nyatanya selama seminggu ini pula Baekhyun tidak dapat melakukan apapun karena merasa tidak tenang setelah pertengkarannya dengan Chanyeol.
Baekhyun tidak bisa mencerna makanan yg dikonsumsinya dengan baik akhir-akhir ini. Bahkan tugas terjemahan yg harus ia selesaikan dan diserahkan pada tim redaksi besok, belum ia sentuh sama sekali setelah hari itu.
Ini memang benar-benar diluar dugaan Baekhyun mengingat ia tidak pernah seperti ini sebelumnya setelah pertengkaran-pertengkaran mereka yg pernah terjadi.
Karena biasanya walau semarah apapun Chanyeol padanya atau seserius apapun pertengkaran mereka. Chanyeol akan tetap selalu datang keapartemen Baekhyun setelah pulang bekerja.
Menonton acara televisi kesukaannya disofa ruang tengah apartemen Baekhyun atau menonton film yg ia beli ditoko kaset dekat tempatnya bekerja dilaptop kesayangan Baekhyun yg memang sudah menjadi kebiasaan seorang Park Chanyeol setiap harinya.
Tapi ini telah lewat seminggu dan Chanyeol benar-benar seperti menghilang dari Baekhyun.
Baekhyun menyerah, mungkin memang ini yg mereka butuhkan sekarang. Waktu untuk saling menyendiri.
Pagi ini Baekhyun berniat bangkit dari tempat tidur nyamannya. Menyeduh susu hangat dan mengambil beberapa bungkus biskuit manis dilemari penyimpanan, membawanya keatas meja kerja didalam kamar.
Baekhyun berusaha mempercayai kalau ia harus melampaui Chanyeol kali ini, ia harus memastikan diri bahwa ia tidak kesulitan maupun kesepian tanpa Chanyeol. Baekhyun hanya merasa belum terbiasa dengan keabsennan sosok Chanyeol dalam kesehariannya.
Menjelang siang hari Baekhyun telah berhasil menerjemahkan beberapa halaman dari deadline yg diberikan perusahaan penerbit, ia merenggangkan ototnya yg kaku karena posisinya yg duduk terlalu lama.
Baekhyun berjalan kearah ruang tengah dan mulai menyalakan televisi. Tangannya sibuk menganti-ganti saluran televisi karena tidak menemukan saluran yg menarik untuk ditonton, sehingga jemarinya berhenti menekan remote setelah menemukan saluran berita dari televisi lokal.
Suara pembawa berita wanita yg terdengar datar memenuhi ruang tengah apartemennya. Baekhyun bukannya tidak menyukai pembawa beritanya tapi suaranya yg datar itu terdengar sedikit menganggu.
Hari ini Baekhyun membutuhkan seseorang untuk menghiburnya, sehingga mendengar suara pembaca berita yg datar itu tidak telalu buruk juga.
Saat Baekhyun teringat oleh beberapa teman yg kemungkinan bisa menemaninya dan menghiburnya, bel apartemennya berbunyi nyaring.
Suara bel yg singkat menunjukkan bahwa orang yg menekan bel merasa ragu-ragu.
Baekhyun sudah bisa menebak siapa pelaku penekan bel nya tersebut, karena hanya satu orang saja yg mengetahui apartemen yg baru ditempatinya beberapa bulan lalu, siapa lagi kalau bukan Park Chanyeol.
Tapi ini adalah pertama kalinya Chanyeol datang dengan menekan bel apartemennya.
Baekhyun mencoba membuka pintu dengan senatural mungkin. Dan ia langsung disambut oleh wangi parfum Armani Aqua Digio milik Chanyeol yg sangat cocok dengan kepribadiannya.
Wajah Chanyeol hari ini terlihat seperti sedang mengunjungi apartemen seseorang yg baru dikenalnya, canggung dan salah tingkah. Baekhyun membuka pintu apartemennya lebih lebar mempersilahkan Chanyeol masuk tanpa banyak bertanya.
Chanyeol melepas sepatunya dengan hati-hati dan mulai melangkahkan kakinya dengan perlahan kedalam. Baekhyun menyusul dibelakang Chanyeol.
Baekhyun memperhatikan sepasang kaus kaki berwarna putih yg dikenakan Chanyeol yg sepertinya dicuci dengan sangat bersih oleh seseorang, yg pasti seseorang itu bukan Baekhyun dan Chanyeol bukan tipe pria yg bisa mencuci dengan sangat baik, Baekhyun tahu itu.
Chanyeol berjalan kearah beranda, mengeser pintu kaca yg membatasi ruangan tersebut dengan ruang tengah dimana Baekhyun berdiri saat ini.
Tidak bisa dipungkiri bagi Baekhyun saat melihat sosok tinggi Chanyeol yg berada didalam apartemennya bisa membuat hatinya sangat bahagia.
Tentu saja Baekhyun baru menyadari perasaannya ini setelah seminggu berlalu tanpa Chanyeol didalam apartemennya.
Tatapan kami bertemu setelah Chanyeol menyandarkan tubuhnya pada pagar pembatas diberanda. Ia mengeluarkan sebungkus rokok dari balik saku celana jeans yg dikenakannya dan menyalakan sebatang rokok dengan pemantik api.
Dalam sekali hisap asap berwarna putih tersebut mulai keluar dari belah bibirnya, lalu hilang begitu saja disapu angin diluar beranda.
"Baek"
"Hmmm ?"
"Menurutmu asap itu menghilang.." Chanyeol menghentikan ucapannya. "..atau pergi kesuatu tempat ?" lanjutnya kemudian dan kembali menghisap rokok yg berada dijemari besarnya.
Baekhyun terdiam mencoba mencerna ucapan Chanyeol, hingga asap yg dihembuskan oleh Chanyeol terbang jauh sampai mengelitik ujung hidung Baekhyun.
Tiba-tiba suara 'ting' muncul didalam kepala Baekhyun, suara yg seolah menyadarkannya akan makna dari perkataan Chanyeol.
Baekhyun bisa merasakan matanya yg mulai hangat.
Chanyeol mematikan rokok yg telah selesai ia hirup. Ia terlihat ragu-ragu mencoba mengatakan sesuatu.
"Jangan sakit. Ku harap kau tidak akan sakit" ucap Chanyeol yg saat ini tengah menatap lantai keramik dibawah pijakan kakinya, seperti seseorang yg sedang kehilangan kepercayaan dirinya.
Tentu saja kalimat tersebut ditujukan untuk Baekhyun, bukan untuk lantai.
"Setelah waktu berlalu, mungkin kau dan aku hanya akan tertawa saat mengingat waktu yg telah kita lewati kemarin. Jadi untuk saat ini bertahan lah kalau hal ini menyakiti hatimu" kata Chanyeol sambil tersenyum getir.
Baekhyun tidak dapat mengatakan apa-apa, sedangkan Chanyeol terus melanjutkan kata-katanya dan bersikap seolah bahwa hal ini juga membuatnya sangat kesulitan dan sangat menderita.
"Pergi!"
Setetes air mata milik Baekhyun terjatuh dilantai. Perasaan tidak nyaman mengusik hati Baekhyun, ia hanya ingin sendirian maka dari itu mengusir Chanyeol dari apartemennya adalah pilihan teratas.
Chanyeol menghampiri Baekhyun, meraih bahu sempit milih Baekhyun yg selalu sangat pas saat dalam pelukannya.
"Baek.."
"PERGI!" Baekhyun berteriak, dan seketika Chanyeol menghentikan sesuatu yg ingin dikatakannya.
Hanya butuh waktu sepuluh detik yg diperlukan Chanyeol untuk beranjak dari hadapan Baekhyun, memakai sepatunya dan meninggalkan apartemen Baekhyun.
Bahkan Chanyeol lagi-lagi tidak menoleh se-incipun kearah Baekhyun. Chanyeol kembali pergi begitu saja.
Biasanya Chanyeol akan memakai sepatunya dengan sangat teliti sebelum keluar tapi melihatnya dengan tergesa seakan menegaskan bahwa ia tidak memberikan waktu sedikitpun untuk Baekhyun yg ingin menahannya.
Baekhyun berjalan cepat kearah pintu masuk apartemennya, memasang rantai kunci pintu darurat yg tidak pernah ia gunakan sebelumnya agar Chanyeol tidak bisa masuk.
Baekhyun memastikan pintu apartemennya terkunci dengan rapat agar Chanyeol tidak bisa datang lagi keapartemennya.
Tidak ada gunanya walaupun Chanyeol mengetahui password kunci pintunya, karena Baekhyun akan memastikan bahwa Chanyeol tidak akan bisa masuk kedalam.
Baekhyun kembali keruang tengah dan manjatuhkan tubuhnya begitu saja kelantai tanpa tenaga.
Tidak pernah terlintas sedikitpun dalam benaknya bahwa Chanyeol akan meninggalkannya seperti ini. Ia pernah merasakannya dulu bagaimana perihnya sebuah perpisahan saat takdir merenggut kedua orang tuanya.
Baekhyun sempat melupakan perih itu saat ia bertemu dengan Chanyeol, tapi kali ini justru Chanyeol lah yg kembali mengingatkan Baekhyun akan perihnya perpisahan.
Saat ini yg dirasakan Baekhyun adalah seperti merobek kembali luka lama yg telah berhasil disembuhkannya.
Baekhyun melupakan bagaimana caranya untuk menghadapi kenyataan yg terjadi, maka dari itu ia merasa sangat canggung saat ini antara sedih atau marah.
Baekhyun bangkit dari duduknya, ia melangkah linglung masuk kedalam kamar mandi. Jemarinya gemetar tidak karuan, Baekhyun mencoba menyatukan jemarinya seolah tengah mencoba menenangkan jari-jari miliknya sendiri.
Ia berhasil meraih keran air shower yg mengalirkan air hangat yg menenangkan.
Baekhyun bisa merasakan tubuhnya menghangat beberapa menit kemudian setelah air hangat yg keluar dari shower sempurna membasahi tubuhnya.
Baekhyun memeluk erat tubuhnya sendiri. Ia memang sangat membutuhkan kehangatan yg ia rasakan ini, maka dari itu ia membiarkan jemarinya yg mungil merengkuh tubuhnya demi menjaga kehangatan yg ia butuhkan.
Baekhyun menyembunyikan wajahnya diantara lipatan tangan yg berada didepan tubuhnya, mencoba mulai menenangkan tubuhnya yg bergetar hebat karena tangisan yg ia keluarkan.
Chanyeol pernah mengajarkannya untuk kembali siap akan kenyataan pahit yg mungkin harus ia alami lagi setelah kehilangan orang tuanya beberapa tahun lalu, dan mungkin yg dimaksud Chanyeol kenyataan pahit itu adalah saat ini, saat dimana ia juga pergi meninggalkan Baekhyun.
- To Be Continued –
Hai aku muncul bawa FF baru (bukannya nyelesaiin yg udah ada) /hehe/
Sebenernya hampir setengah persen dari FF ini berdasarkan pengalaman pribadi /cie/ (kecuali yg guyur-guyuran air dikamar mandi ya) tapi saat aku tanpa sengaja denger lagu BTS yg 'love is not over' mendadak ide ini muncul begitu saja untuk dijadikan FF.
Sebenernya niat awal FF ini mau aku jadiin oneshoot aja, dan aku tamatin jadi cerita yg sad ending, tapi lagi-lagi hatiku yg lemah belum siap bikin cerita yg seperti itu jadi aku putusin buat jadiin ini twoshoot dengan penyelesaian yg (mungkin) akan bahagia dichapter selanjutnya /hehe/
Bagaimana apa kali ini aku berhasil bikin kalian yg baca FF ku baper karena mengingat pernah kenangan putus dari mantan ? Atau cuma aku doang ? /hehe/
Oh iya aku butuh bantuan dari siapapun yg bisa bantu aku, jadi beberapa hari kemarin aku update chapter salah satu FF ku, tapi aku enggak bisa melihat review yg diberikan oleh orang-orang yg udah review FF ku dichapter itu. Bukan hanya review dari Guest saja loh ya yg tidak muncul, karena aku memang sudah menonaktifkan 'Moderate Guest Review'.
Tapi melalui pemberitahuan email dari FFN dan jumlah review yg ada di FF tersebut juga terus bertambah, hanya saja review tersebut tidak muncul di akunku ini, ada yg bisa membantu kah ? Apa yg harus aku lakukan ? Aku sudah kirim email ke FFN tapi tidak ada balasan T.T
Terima kasih untuk yg udah mampir untuk baca FF ku sampai akhir, aku akan sangat senang kalau kalian juga menyisipkan review untuk hasil FF ku ini apalagi yg sampai menunggu chapter selanjutnya hadir /hehe/
Sampai jumpa di chapter 2 ya /bye/
