Fate

07 GHOST © Amemiya Yuki & Yukino Ichihara

Genre : Romance / Humor / Supernatural / dll

Warning : OOC, typo, Shounen-Ai

Pairing : AyanamiTeito slight HyuugaKonatsu, CastorLabrador, FrauTeito, HaruseKuroyuri

Summary : "Kita semua berada di unit yang sama," / "Yup. Black Hawks," / "Teito, kamu adalah Begleiternya Ayanami-sama," / "Di situ sudah ada semua yang perlu kamu ketahui untuk pekerjaanmu yang dimulai besok hari," / "Ne~ Aya-tan~" / "Kapan kamu akan mengambil tubuhmu?" / INSPIRED BY KAPITEL 71


Teito P.O.V

Tempat ini…. Kamar di rumah sakit tempat biasanya aku berada. Apa aku masih terluka? Ah, aku tidak ingat apapun.

"Syukurlah, kamu sudah sadar. Bagaimana keadaanmu?"

Siapa? Aku sama sekali tak mengenal pria ini. Seorang pria kurus, tinggi, berambut hitam dan bermata sipit, berhidung lancip, dia menggunakan seragam begleiter. Tidak, aku yakin pangkatnya lebih tinggi dari begleiter. Aku bisa merasakan kewibawaan dari wajahnya yang tersenyum ramah itu, dan sepertinya dia sudah berada di kamar ini cukup lama, melihat buku yang sedang ia baca sudah hampir setengahnya. Tapi, aku tetap tidak bisa mengingatnya setelah sekian lama memandanginya.

"Kamu siapa?"

"Oh, kamu lupa padaku? Aku Katsuragi, Teito-kun," katanya.

Ya, aku memang tidak mengenalnya, tapi aku familiar dengan wajahnya. Sepertinya aku pernah bertemu dengan dia.

"Meskipun, aku sama sekali tidak tahu kalau ada tentara dengan nama seperti itu."

"Yang jadi masalah. Dimana tempat tugasmu? Dan siapa atasanmu? tanya orang itu.

"Atasanku? Aku tidak punya atasan, aku masih berada di akademi militer,"

"Itu tidak benar. Benar, waktu itu aku sedang melakukan ujian terakhir."

Ya, waktu itu, pengawas ujian menyuruh kami untuk membunuh tahanan itu, kami juga disuruh mengeluarkan semua hal yang sudah kami pelajari selama di akademi karena kalau tidak kami yang akan dibunuh. Tapi setelah itu, aku tidak ingat apapun.

"Bagaimana dengan ujiannya? Apa aku gagal?"

"Teito-kun, kamu benar-benar luar biasa waktu itu dan kamu lulus dengan nilai yang terbaik," jawab orang itu.

"Eh."

"Sudah dua bulan berlalu sejak saat itu. Bukankah kamu sudah bekerja di tempat tugasmu yang sekarang berkat prestasimu?" kata orang itu yan sekarang sudah berdiri di hadapanku sambil membawa bukunya yang sudah tertutup itu.

"Sudah dua bulan, tidak mungkin. Aku… tidak ingat apapun semenjak pertengahan ujian akhir waktu itu."

Aku sama sekali tak percaya kalau sudah dua bulan berlalu dan setiap aku mengingat apa yang sudah terjadi dua bulan ini, kepalaku selalu sakit.

"Apa kamu benar-benar tidak ingat apapun?" tanya orang itu yang sekarang wajahnya sudah ada di depanku.

Kaget? Tentu saja, baru beberapa detik lalu dia berdiri di ujung tempat tidurku dan sekarang dai sudah berada di depan wajahku. Karena kekagetan itu, tanpa sadar aku mengambil bantal dan menyembunyikan wajahku menggunakan bantal itu.

"I… iya."

Dia tersenyum, "Masalahnya, karena efek yang diterima oleh kepalamu dari misi sebelumnya, yang menyebabkanmu hilang ingatan."

"Hilang ingatan."

"Wah, Teito-kun sudah sadar rupanya," suara yang tidak asing bagiku, tapi aku tidak tahu siapa yang berbicara.

"Mau permen apel," kata orang yang berambut hitam, memakai kacamata hitam di hidungnya, dia juga menggunakan seragam yang sama dengan Katsuragi-san. Selain itu, dia membawa sebuah bungkusan yang berisi banyak permen di tangan kanannya dan menyodorkan sebuah permen apel ke arahku dengan tangan kirinya.

Di belakang orang berkacamata hitam itu, ada seorang lagi yang menggunakan seragam yang sama, tubuhnya lebih pendek dari si kacamata itu, dia memiliki rambut berwarna kuning dan matanya berwarna coklat, dan sepertinya umurnya tak terpaut jauh denganku.

"Major, dia butuh istirahat dan ketenangan. Tolong, jangan lupakan itu!" kata pemuda bermata coklat itu.

"Kamu membenturkan kepalamu, Teito? Kamu tiba-tiba jadi kikuk," kata seorang anak kecil berambut pink keungungan yang dikepang sebelah, dia memiliki warna mata yang senada dengan warna rambutnya, dia juga memakai penutup mata di mata kanannya, selain itu mata anak itu selalu berbinar.

Dan di belakang anak kecil itu ada seorang pria yang tingginya sama dengan pria berkacamata hitam tadi, dia memiliki rambut berwarna biru tua, bermata sipit yang berwarna biru, dan seragamnya pun sama.

"Kuroyuri-sama, Anda menginjak selang infus," kata orang di belakang anak kecil yang bernama Kuroyuri sambil memegang sebuah selang.

Jujur, sebenarnya aku bingung dan tidak bisa berkata apa-apa. Mereka itu siapa? Dan hubungan mereka denganku apa? Dan kenapa wajah mereka semua familiar?

Yang bisa kulakuan adalah memeluk bantal, dan memasang wajah 'beri aku penjelasan'.

"Kita semua berada di unit yang sama," kata pria berkacamata hitam sambil memakan permen apelnya yang menjawab semua kebingunganku.

"Unit yang sama?"

"Yup. Black Hawks," katanya lagi.

"Black Hawks…."

"Teito, kamu adalah Begleiternya Ayanami-sama," kata Kuroyuri semangat.

"Ayanami…. Ayanami, itu siapa?"

Ya, siapa dia? Aku tidak ingat seperti apa orangnya. Dia adalah atasanku, tapi aku tetap tidak bisa mengingatnya. Tunggu, kenapa mereka tidak menjawab? Aku memandangi mereka satu per satu, yang kulihat adalah wajah syok dari teman-teman satu unitku. Hei, apakah pertanyaanku salah? Aku tidak ingat dia, jadi tidak salahkan kalau aku bertanya seperti itu tapi kenapa wajah mereka syok sekali?

"KAMU BERTANYA HAL ITU?" teriak mereka semua bersamaan dan itu membuatku sakit telinga.

.

.

"Kamu benar-benar tidak mengingat apapun?" tanya atasanku yang berwajah tampan, bermata tajam yang irisnya berwarna ungu, dia juga memakai sebuah topi yang menyembunyikan rambut yang berwarna putih itu.

"Iya," jawabku lantang, bagaimanapun juga aku harus bersikap tegas dihadapan atasanku ini dan jujur saja jantungku berdebar-debar menatapnya.

"Saya baru saja tahu kalau Anda adalah atasanku," lanjutku. Aku sedikit takut melihat matanya yang dingin itu, apa aku benar-benar begleiternya?

"Lihat ini!" perintah Ayanami-sama sambil memberikan sebuah buku kepadaku. Aku segera mengambilnya dan membukanya lalu membaca apa isinya.

"Di situ sudah ada semua yang perlu kamu ketahui untuk pekerjaanmu yang dimulai besok hari," katanya.

"Baik," jawabku sambil membaca isi dari buku yang diberikan padaku. Aku hanya membeku melihat tugas yang harus kukerjakan itu berat sekali, aku bahkan belum pernah melakukan ini semua.

Sebetulnya satu jam adalah waktu yang cukup lama untuk membaca buku yang isinya beberapa lembar saja. Dia mengabaikanku, dan apakah seorang begleiter harus menuangkan teh atau semacamnya?

"Kamu tahu, Aya-tan itu sangat ketat. Semoga beruntung," suara dari pria kacamata hitam yang tentu saja mengagetkanku.

"Ayanami-sama, aku datang untuk menunjukan dimana kamar Teito," kata Konatsu-san, setelah berkata seperti itu Konatsu-san segera pergi meninggalkan ruangan Ayanami dan aku segera mengikutinya, sementara Hyuuga-san memberikan lambaian tangan pada kami. Aku benar-benar tidak bisa berurusan dengan dia.

"Teito Klein," panggil atasanku, Ayanami-sama.

"Ya," jawabku sambil memutar badanku, tapi begitu aku memutar badanku sebuah pedang berada tepat di depan leherku.

"Apa ada yang kamu butuhkan, Kepala Staff Ayanami?" kataku tanpa rasa takut sedikitpun.

"Tidak ada," jawabnya. Setelah itu, aku dan Konatsu-san segera pergi dari ruangan Ayanami-sama. Kalau boleh jujur, walaupun dia bersikap dingin seperti itu, aku tahu kalau jauh dalam hatinya dia adalah orang yang baik dan entah kenapa aku merasa nyaman berada di dekatnya. Rasanya ada sebuah perasaan rindu saat aku bersamanya tadi.

"Ini adalah ruanganmu," kata Konatsu yang sudah membukakan sebuah ruangan untukku.

"Ini kuncinya. Dan ruanganmu akan dekat dengan ruangan Ayanami-sama, mengingat kamu adalah begleiternya. Istirahatlah, kamu butuh energy ekstra buat besok," kata Konatsu-san, setelah ia memberikan kunci ruanganku dia pergi meninggalkanku.

END TEITO P.O.V

Ruang Kerja Ayanami setelah Teito keluar

"Ne~ Aya-tan~" kata Hyuuga dengan nada nakal seperti biasanya.

"Kapan kamu akan mengambil tubuhmu?" lanjutnya.

"Belum saatnya," jawab Ayanami singkat.

'Selain itu, ada sesuatu yang menarik darinya,' lanjut Ayanami dalam pikiraannya.


Omake

"Mereka sudah bersama lagi. Sayang, kali ini apa yang kau lakukan?"

"Aku tidak melakukan apapun. Itu adalah pilihannya untuk bersamanya."

"Aku tahu itu. Tapi, kali ini apa yang akan dipilihnya? Aku sedikit cemas."

"Tenanglah dan percaya padanya. Karena ini yang akan menentukan kebahagiaannya dan juga dia."

"Kau benar, semoga saja kali ini berakhir bahagia. Tidak seperti di kehidupan sebelumnya."


A/N : Fic baru di 07-GHOST. Berhubung saya lagi suka sama pair AyaTei makanya saya membuat fic seperti ini. Dan maaf kalau ceritanya mirip sama Kapitel 71, chapter berikutnya saya usahain berbeda. See you next chapter ^^