Marriedbecause ofthe incident

By

Fia Kholifiah

Naruto © Masashi Kishimoto

Disclaimer : Naruto milik Masashi Kishimoto, saya cuma numpang minjem

Author: Saku-chan

Warning: AU, Romance & Drama, Typo, dan banyak kekurangan

Rate: T

Pairing: SasuSaku, SasuShion, GaaSaku, NaruHina

summary: karena sebuah insiden kecil saat study tour didesa Otogakure yang terpencil, Sasuke dan Sakura dinikahkan oleh warga desa yang primitif, menurut Sasuke. Sementara Sasuke dan Sakura sudah memiliki pacar masing-masing dan parahnya mereka berdua adalah musuh abadi.

.

.

.

.

Chapter 1

.

.

.

.

Minggu sore dimusim gugur yang cerah, burung-burung dengan eloknya menari dan bernyanyi disetiap dahan pohon momiji yang tumbuh dihalaman.

Pohon momiji yang cukup besar dan indah, tumbuh ditengah perbatasan pagar yang memisah dua halaman belakang dari dua rumah yang berbeda. Pagar pemisah dua halaman itu melewati pohon momiji, sehingga pohon tersebut menjadi pagar untuk dua rumah tersebut.

Pagar pemisah dua halaman itu tidak terlalu tinggi, pagar kayu yang dicat putih tersusun dan berjajar rapih. Kira-kira tingginya kurang dari satu meter.

Dengan riangnya burung-burung itu meloncat dari dahan ke dahan lain, membuat dauh berwarna merah keemasan dari pohon momiji berjatuhan satu persatu.

Daun tersebut jatuh dengan indahnya karena gaya grafitasi yang ada, pelan dan sesekali tertiup angin hingga akhirnya mendarat dengan mulus dipermukaan tahan.

Seorang gadis bersurai panjang dengan warna merah muda, tengah duduk dibawah pohon momiji sambil memainkan daun momiji kering yang baru saja jatuh dari atasnya.

Tangan yang satunya menggenggam sebuah ponsel yang ia arahkan ketelinganya, dengan riangnya ia bercakap dengan orang diseberang telefon tersebut.

Haruno Sakura, nama gadis tersebut. Gadis itu tinggal dirumah yang terletak disisi kiri dari pohon momiji tersebut.

"Emm, boleh saja jika kau suka," ujarnya pada si penelfon, kemudian ia terdiam beberapa saat.

"Ya, aku tau Gaara-kun," ujarnya lagi.

Gadis itu terlihat sedang mendengarkan suara si penelfon yang ia panggil dengan nama Gaara.

"Huh, kau lebih cerewet jika di telfon," dengusnya, namun wajahnya menampakan raut geli karena ucapannya sendiri.

Entah apa yang dikatakan Gaara selanjutnya, namun hal itu berhasil membuat tawa si gadis pecah seketika.

"Hahaha... kau begurau Gaara-kun,"

Setelah beberapa saat ia terdiam untuk mendengarkan suara diseberang, gadis itu tersenyum lalu kemudian ia berucap. "Aku juga mencintaimu, sampai jumpa.." setelahnya sambungan telefon tersebut terputus.

senyum tak pudar dari wajahnya yang masih memandang layar ponsel ditangannya.

"Cih, berisik. Mengganggu tidurku saja !"

Suara baritone membuat senyuman Sakura hilang, ia mendelik menatap kebalik pagar yang ada disampingnya, tepatnya kesisi kanan dari pohon momiji.

"Kalau kau merasa terganggu pergi saja dari sini !" ucap Sakura ketus, ia amat tau pemilik suara itu, suara yang menyebalkan menurutnya.

Tiba-tiba terlihat kepala yang muncul dari balik pagar, rupanya tadi ada yang sedang tidur dibangku yang terletak dibawah pohon momiji disisi satunya.

Kepala itu milik seorang pemuda bersurai raven, dengan gaya rambut yang mencuat kebelakang. Pemuda itu baru saja bangkit dari rebahannya disebuah bangku kayu yang cukup panjang, bangku yang terletak dihalaman belakang rumah pemuda itu.

Rumah yang terletak disisi kanan dari pohon momiji, tepatnya dibawah pohon momiji yang sama dengan Sakura.

Sakura menatap kesal pada pemuda yang duduk membelakanginya itu, ia hanya dapat melihat kepala yang mirip dengan pantat ayam, menurutnya. 'Cih, selalu saja merusak suasana hati orang', pikirnya.

"Sejak kapan, aku tidak boleh berada dihalaman rumahku sendiri, pinky?" ucap pemuda itu lagi dengan suara yang terkesan dingin. pemuda itu menoleh kebelakang, memicingkan mata onxy-nya pada Sakura yang terlihat duduk dibalik pagar.

"Berhenti memanggilku pinky, pantat ayam !" Sakura terlihat geram, ia sudah gerah mendengar panggilan 'pinky' dari pemuda itu.

Uchiha Sasuke, nama pemuda itu. Sakura dan Sasuke memang sudah menjadi tetangga sejak dulu, mungkin sejak mereka belum lahir didunia ini.

Namun entah karena apa, Sakura dan Sasuke tak pernah akur? walaupun mereka selalu satu sekolah. Kenapa bisa satu sekolah? Jawabnya karena orang tua mereka yang inginkan itu.

"Menyebalkan, selalu saja mengganggu tidur siangku."

Sakura berdecak mendengar ucapan sinis Sasuke untuknya, "Heh, ini sudah sore, tuan tidak tau waktu !" ejek Sakura dengan penekanan diakhir kalimatnya, "Lagi pula aku berhak berada dihalaman belakang rumahku sendiri !" lanjutnya dengan jengkel.

"Kau pikir, suaramu yang sedang menelfon pacar panda merahmu itu sangat enak didengar, heh?" Sasuke dengan sinisnya berucap dengan pandangan meremehkan Sakura.

Sakura makin kesal dibuatnya, ia pun berdiri dari duduknya diatas dedaunan momiji yang telah gugur. Ia kemudia berteriak sambil menunjuk-nunjuk Sasuke yang masih duduk dibangku kayu dangan tampang tanpa ekspresinya. "Kau pikir suaramu sendiri bagus didengar hah, aku juga mu—"

Tuuuttt tuuttt, tuuutttt tuuttt

Teriakan Sakura terpotong dengan suara dering ponsel yang terdengar dari saku celana Sasuke.

Sakura berdecak kesal, dan Sasuke pun segera merogoh saku celanya. Melihat siapa penelfon tersebut yang tertera dilayar ponsel, ia pun dengan segera menekan tombol hijau untuk menjawab panggilan tersebut.

"Hn, ada apa Shion?" ucap Sasuke saat ia telah mengarahkan ponselnya pada daun telinganya.

Sakura menyeringai saat tau siapa si penelfon, 'hehehe.. biar kau tau rasa pantat ayam,' otaknya sudah terdapat ide jahil untuk mengerjai Sasuke yang kini sedang menerima panggilan telfon dari kekasihnya yang bernama Shion.

"Hn, aku tau," ucap Sasuke setelah beberapa saat terdiam mendengarkan ucapan Shion diseberang.

"SASUKE-KUN, KALAU BUANG AIR BESAR CEBOK DULU !"

Teriakan Sakura membuat mata Sasuke terbelalak lebar karena terkejut, aura menyeramkan menguar dari tubuhnya, kilatan amarah terlihat dari kedua onyx-nya.

Sasuke juga mendengar suara Shion yang menahan tawanya diseberang sana. 'Kurang ajar si pinky ini.'

Sasuke mendelik tajam pada Sakura, membuat Sakura sulit untuk meneguk ludahnya sendiri.

Sakura hanya nyengir dengan tampang sok bersalahnya, setelahnya ia kabur dengan kecepatan kilat menuju pintu belakang rumahnya.

'Sasuke-kun, Sasuke-kun..' suara Shion terdengar dari ponsel yang digenggam Sasuke, mungkin Shion sedikit bingung karena Sasuke diam saja.

"Hn?"

(~^^^**sasusaku**^^^~)

Di senin pagi ini terlihat awan menggantung diatap gedung bangunan elit yang ramai, bangunan bercat putih dengan selingan warna merah bata ini terlihat terlalu besar untuk sebuah sekolah.

tapi memang begitulah terlihatnya, bangunan megah ini adalah Konoha Global School yang menjadi sekolah SMA favorit di Konoha city. Sekolah elit yang mempunyai fasilitas luar biasa dan menjadi bahan pembicaraan pihak pihak tertentu.

Tentu saja yang bersekolah disini bukanlah orang biasa, dan sangat membuat iri bagi setiap orang yang tak dapat bersekolah disini.

Dari gerbang yang terbuka lebar, murid-murid berlalu lalang dengan kendaraan mereka masing-masing. Yang mereka kendarai sendiri maupun yang menggunakan supir untuk mengantarnya.

Tak seperti biasanya, di senin pagi ini terdapat beberapa bus besar yang memadati halaman depan sekolah.

Para murid pun tak ada yang memasuki gedung sekolah, mereka malah berkerumun dihalaman dengan kelompok main mereka masing-masing.

"Hey Sakura, apa saja yang kau bawa untuk study tour kali ini, eh?" tanya gadis bersurai panjang dengan warna kuning pucat yang diikat satu, gadis itu bernama Ino Yamanaka, teman baik Sakura sejak SMP dulu.

"Hanya yang kuperlukan saja, lagi pula kita hanya semalam disana pig," jawab Sakura, ia biasa memanggil ino dengan sebutan pig, panggilan akrab lebih tepatnya.

Sakura kini berdiri dibawah pohon oak yang ada dihalaman sekolahnya. Ia bersama ketiga temannya yaitu Ino, dan yang lainya adalah Hinata Hyuuga, gadis pemalu dengan surai indigo yang panjang dan Tenten, gadis tomboi dengan rambut coklat yang dicepol dua.

Rupanya Konoha Global School mengadakan study tour untuk murid kelas 3 ke Otogakure, desa terpencil yang cukup jauh dari Konoha city. Mereka akan melakukan observasi didesa tersebut, disana memang memiliki fasilitas minim dan cara hidup yang tertinggal dari kota seperti Konoha city.

Namun memang tempat seperti itulah yang dibutuhkan untuk observasi kali ini, dan hasilnya akan menjadi bahan untuk kliping mereka.

Ini dijadikan tugas untuk akhir semester 1 bagi murid kelas 3.

"Baiklah anak-anak, silahkan masuk ke bis kalian masing-masing !" seruan guru Guy menghentikan beberapa anak yang tengah berbincang. "Hey, yang tertib ya !" suara Guy terdengar begitu semangat, membuat Kakashi si guru Biologi yang berdiri disebelahnya menutup kedua telinganya.

Setelah seluruh murid kelas 3 SMA Konoha Global School memasuki bis masing-masing. bis pun berangkat menuju Otogakure, perjalanan memakan waktu 3 jam lebih. Itu pun mereka sudah menggunakan jalan tol.

.

.

.

Perjalanan panjang yang cukup membuat bokong pegal berakhir, kini mereka telah sampai di desa terpencil Otogakure. Seluruh murid turun dengan membawa ransel mereka masing-masing.

Terlihat wajah pemuda yang bernama Uzumaki Naruto—sahabat Sasuke—pucat pasi, diketahui ia baru saja muntah karena tak kuat dengan goncangan didalam bis. Pemuda berabut kuning jabrik ini membuat Sasuke kesal karena sepatu kats hitam milik Uchiha bungsu itu harus terkena muntahan Naruto walau sedikit.

Wajar bila Naruto mabuk, karena jalan saat memasuki wilayah Otogakure sangatlah rusak, sehingga membuat guncangan yang cukup terasa didalam bis.

"Cih, kau selalu merepotkan Dobe !" ucap Sasuke sinis pada Naruto yang ia panggil Dobe.

Naruto masih merasakan mual, ia semenutup mulutnya dengan satu tangan dan tangan lain ia gunakan untuk memegang perutnya. "Sial kau Teme, teman sedang kesusa—Uweek.."

Sasuke membuang wajahnya kearah lain, enggan melihat Naruto yang menjijikan, menurutnya. Saat ia palingkan wajahnya terlihatlah Sakura yang tengah menatap sinis padanya.

Sasuke teringat ulah pinky itu kemarin sore, cukup membuatnya malu karena ditanyai macam-macam oleh kekasihnya—Shion.

Sakura menjulurkan lidahnya mengejek pada Sasuke, dan setelahnya seorang pemuda dengan surai merah menghampiri Sakura dan mengajak Sakura untuk jalan bersamanya.

Sasuke hanya menatap punggung Sakura dan Gaara yang perlahan menjauh dengan tatapan kesal, bukan cemburu! Ingat ya, mereka tak pernah akur sejak dulu.

"Sasuke-kun?"

Suara lembut itu mengalihkan perhatian Sasuke, ia berbalik dan mendapati Shion tengah tersenyum padanya. Setelahnya mereka pun berjalan mengikuti intruksi dari guru mereka.

Sasuke meninggalkan Naruto yang masih belum baik keadaannya, 'Sial kau Teme!' umpat Naruto dalam hati.

"Na-Naruto-kun?"

Naruto menoleh saat ia mendengar suara lembut memanggilnya, dilihatnya Hinata tengah berdiri dengan tatapan cemas padanya. "Eh, Hinata-chan?"

"Apa kau baik-baik saja?" tanya Hinata, gadis ini memang memiki perhatian lebih pada Naruto. Bisa dibilang ia menyukai Naruto dan Naruto tak pernah menyadari hal itu.

"Seperti yang kau lihat, aku mual Hinata-chan," jawab Naruto dengan raut wajah manja.

Hinata dengan cepat merogoh tas selempang kecil miliknya, lalu ia menguarkan minyak kayu putih dan memberikannya pada Naruto. "Pakai ini, Naruto-kun!"

Naruto menerimanya dengan senang hati, "Ah, kau baik sekali Hinata-chan," Naruto tersenyum dan sukses membuat pipi putih Hinata bersemu merah.

.

.

.

Setelah sampai dipenginapan yang ditelah disiapkan, semua murid memilih untuk beristirahat.

Penginapan ini tidak bisa dibilang vila, atau bahkan hotel. Ini hanya rumah penduduk biasa yang disewa oleh pihak sekolah.

Bangunannya pun terlihat begitu sederhana, dengan dinding terbuat dari bilik dan beratapkan dedaunan kering.

Beberapa murid yang melihat penginapan mereka, menatap enggan dan ngeri. Wajar saja, karena mereka dari keluarga berada semua.

Tak banyak waktu, setelah istirahat beberapa saat, mereka harus melakukan tugas sesuai dengan kelompok yang telah ditentukan sebelumnya.

Tugas mereka adalah, mewawancarai penduduk desa setempat dan mencari tau cara hidup mereka, mata pencarian mereka, dan lain sebagainya.

Waktu mereka sampai senja tiba, dan bila kurang akan diteruskan esok harinya.

(~^^^**sasusaku**^^^~)

Setelah mendapat beberapa informasi yang cukup, Sakura dan kelompoknya yang beranggotakan Naruto, Hinata, Sai, Lee dan Matsuri pun memustukan untuk kembali ke penginapan.

Tadi mereka sempat mewawancarai salah seorang yang bernama Pain—kepala desa Otogakure,—ia mengatakan bahwa warganya memang masih terlalu awam terhadap teknologi.

Mereka juga mewawancarai pria bercadar yang bernama Kakuzu, pria itu adalah warga desa yang cukup kaya diantara yang lain, ia memiliki tanah yang luas dan menyewakan tanahnya sebagai lahan untuk bertani warga yang lain.

Ada pula seorang religius bernama Hidan, ia menganut ajaran dewa Jashin. Ia adalah guru spiritual bagi penduduk desan ini.

Dan masih banyak lagi yang lain yang mereka jadikan sebagai nara sumber.

.

.

Langit pun sudah terlihat gelap, karena mentari mulai tenggelam diufuk barat.

Kelompok lain juga sepertinya sudah banyak yang menyelesaikan tugasnya. Terlihat kelompok Sasuke yang beranggotakan Gaara, Shion, Ino, Tenten dan Shikamaru telah duduk santai didepan penginapan mereka.

Sakura mendengus kesal karena tau Sasuke lebih dulu darinya, pandangannya lalu ia alihkan pada Gaara yang juga tengah menatapnya. Sakura melambaikan tangannya pada Gaara dengan senyuman yang lebar diwajahnya. "Gaara-kun.." serunya.

Sasuke ikut menoleh saat mendengar suara tak asing dan menyebalkan, baginya. Disebelah Sasuke duduk Shion yang terus memeluk lengan Sasuke dan menyandarkan kepalanya dibahu tegap Sasuke.

Sakura berlari menghampiri Gaara, "Apa kau sudah selesai?" tanyanya saat sudah sampai dihadapan Gaara yang tersenyum tipis padanya.

"Hm, kau sendiri?" tanya Gaara balik.

"Sudah," jawab Sakura riang, ia melirik sinis kearah Sasuke, kemudian ia mendecih saat melihat Sasuke yang menatap acuh padanya.

"Sebaiknya kita menjauh dari sini Gaara-kun, disini ada manusia kutub dengan kepala unggasnya." Ucap Sakura, yang lebih tepat sindiran yang ia ucapkan sambil mendelik pada Sasuke.

Sasuke yang merasa tersindir menatap tajam Sakura dengan aura kelam yang menguar, "Apa masalahmu, pinky?" suara dingin Sasuke begitu mengandung serat negatif didalamnya, yang mampu membuat Ino dan Tenten yang berada disekitarnya bergidik.

Namun hal tersebut tak membuat Sakura enggan untuk menatap balik pemuda raven tersebut. Tatapan sinis serta deahtglare mematikan dari onyx dan emerald beradu.

"Apa kau tuli tuan Uchiha, apa perlu kuulangi?"

Bukan hal yang mengherankan jika kedua anak manusia ini saling sinis, seantero Konoha Global School sudah mengetahuinya jika mereka memang musuh abadi.

Kilatan emosi semakin menguar dari onyx Sasuke, "Tutup mulutmu nona, ah tidak! Maksudku tutupi dahi lebarmu itu! Membuat mataku sakit karena pantulan cahaya lampu dari dahimu."

Sakura geram mendengar ejakan pedas yang keluar dari bibir tipis Sasuke, 'Pantat ayam kurang ajar!'

Perang deathglare tak terelakan, mungkin jika ini dikomik-komik sudah menciptakan kilatan listrik diantara mereka berdua dan gemuruh guntur menyambar-nyambar disekitarnya.

Sakura berjalan mendekati Sasuke, menyeringai sinis saat ia berdiri dihadapan Uchiha bungsu itu. "Dengar ya pantat ayam, harusnya kau yang sadar diri. Tutupi rambutmu itu, aku khawatir jika itu akan membuat balon meletus seketika !"

Sasuke yang masih duduk disebelah Shion dengan segera berdiri, tatapannya tak lepas dari emerald Sakura, menatap kesal dan geram pada gadis bersurai merah muda itu.

"Tutup mulutmu Pinky !"

Gaara hanya bisa menghela nafasnya dan bangkit dari duduknya untuk menghampiri kekasihnya, "Sudah cukup Sakura, ayo jika kau tak ingin didekat Sasuke!" ujarnya sambil memegang dua pundak Sakura.

"Hn, uruslah pacar cerewetmu ini Gaara!" ucap Sasuke dengan memandang remeh Sakura.

"Ya aku tau, maaf jika kau tak senang dengan yang tadi,"

Ucapan terakhir Gaara membuat Sakura menoleh tak percaya pada kekasihnya itu. "APA? Kau meminta maaf padanya?" Sakura menunjuk tepat didepan hidung Sasuke, "Ayolah Gaara-kun, kita tak salah, dia 'kan yang menyebalkan!"

"Sudah cukup Sakura, kau jangan seperti anak kecil, kau juga Sasuke untuk apa kau meladeninya?" ucapan Gaara membuat Sakura gondok dan semakin jengkel.

"Cih," sementara Sasuke hanya membuang mukanya acuh, ia malas mendengar teguran dari Gaara—yang tak lain adalah salah satu teman baiknya.

"Kau terus membelanya Gaara, sudah kubilang berapa kali untuk meninggalkan gadis bodoh ini !" ujar Sasuke cuek.

Sakura melotot, dan dengan keras ia menghentakan kakinya diatas sepatu kats Sasuke.

Dan cukup membuat Sasuke berdecak dan kembali menatap tajam pada Sakura. Sasuke pun membalas perbuatan Sakura dengan hal yang sama, menginjak kaki Sakura dengan cukup keras.

Sakura meringis sakit walau ditahan, matanya terus menatap tajam Sasuke.

"Sudahlah kalian berdua!" ucap Shion yang sedari tadi diam.

"Aku tak akan meninggalkannya Sasuke, sudah berapa kali kubilang, eh?" ucap Gaara membalas perkataan Sasuke tadi.

Setelahnya Gaara menarik Sakura untuk menjauh dari Sasuke, jika tidak begitu mungkin perang sinis antara kucing dan anjing ini tak akan selesai.

.

.

.

Pagi pun tiba, udara sejuk khas pedesaan menyentuh kulit. Suara aliran sungai yang menenangkan dan kicauan burung menambah kesan nyaman didesa ini.

Seluruh siswa sudah bangun dari tidurnya yang mungkin kurang nyaman karena tempatnya yang memang seadanya.

Pagi ini setelah sarapan, tak ada aktifitas apapun bagi yang sudah menyelesaikan tugasnya kemarin. Dan bagi kelompok yang belum selesai, diberikan kesempatan hingga pukul 10:00 pagi.

.

.

.

Saat dipastikan seluruh kelompok telah menyelesaikan tugasnya, dan mereka juga telah berkemas. Seluruh murid langsung memasuki bis mereka masing-masing.

Mereka akan segera pulang kembalik ke Konoha city, dan kembali merasakan hiruk pikuk perkotaan yang sibuk.

Saat akan melangkah kedalam bis, Sakura merasa ia harus buang air kecil, ia berdecak tak nyaman dan kemudian ia pamit pada Ino untuk pergi ke toilet umum terdekat setelah sebelumnya menitipkan ransel besarnya pada Ino.

"Aku akan segera kembali Pig !" teriak Sakura sambil berlari menuju toilet umum.

Setelah sampai di toilet umum yang bertuliskan MCK didepannya, Sakura dengan segera masuk dan menuntaskan urusannya didalam.

MCK ini terdapat beberapa pintu, toilet umum ini digunakan oleh seluruh warga desa untuk keperluan mereka mandi, buang air dan sebagainya. Karena mereka memang tidak memiki kamar mandi sendiri dirumah.

MCK / toilet umum ini juga terlihat kotor dan bau, Sakura sendiri jadi bergidik jijik karenanya.

Saat sudah selesai, dan baru akan keluar dari toilet, Sakura merasa ada yang menggeliat dikakinya. Firasatnya sudah merasa buruk, saat ia memberanikan diri untuk melihat apa yang ada dikakinya. Ia meneguk ludahnya sambil membelalakan matanya lebar.

Benar saja, seekor cacing tengah menggeliat dikakinya, Sakura shock, tubuhnya kaku dan kemudian, "Kyaaaaaaa.."

Sasuke mendengar teriakan dari toilet disebelahnya, karena ia telah usai dengan urusannya, ia pun keluar dan hendak melihat ke toilet sebelah.

Pintu itu terbuka sedikit, terdengar suara erangan ketakutan didalamnya. Sasuke membuka perlahan pintu itu dan mendapati Sakura tak berkutik dengan mata terpejam erat.

Tubuh Sakura bergetar, ia merasa terang dimatanya yang tertutup karena cahaya yang masuk dari pintu yang terbuka lebar kini. Ia yakini ada seseorang didepannya.

Perlahan Sakura membuka matanya, tubuhnya masih menggenjang karena pergerakan hewan melata dikakinya.

Saat emerald tersebut terbuka, ia menggigit bibir bawahnya menahan kesal dan kecewa karena Sasuke lah yang datang.

.

.

.

Sementara didalam bis yang sudah ramai dan amat ribut, Ino meletakan ransel miliknya dan Sakura dikursi tengah. Saat ia hendak duduk ia mendengar ada yang memanggilnya dari arah belakang.

"Ino-chan!" Sai melambaikan tangannya dari kursi belakang, lalu ia menepuk kursi yang kosong disebelahnya.

Ino mengerti maksud kekasihnya itu, ia pun menghampiri Sai, toh Sakura pun belum kembali, jadi tak apa jika aku kebelakang sebentar bersama Sai-kun, pikirnya.

Ino duduk disebelah Sai, mereka asik mengobrol hingga lupa dengan sekitarnya. Bahkan Ino tak mendengar ucapan Anko saat ia menanyakan apakan semua murid sudah komplit? Karena bis sudah akan berangkat.

Naruto sendiri yang dititipi ransel Sasuke sudah pulas tertidur dikursinya karena terlalu lama menunggu, lagi pula wajar jika ia sudah pulas, karena semalaman ia tak dapat tidur sama sekali karena kondisi yang tak nyaman.

.

.

.

"Sa-Sasuke?" suara Sakura bergetar, ia benar-benar tak dapat berkutik dengan situasi seperti ini. Cacing adalah hewan paling menggelikan baginya.

Sasuke menaikan satu alisnya, "Sepertinya ada yang butuk bantuan, eh?" ia menyeringai meremehkan.

'Kuso, jika bukan karena cacing sialan ini. Mana sudi aku meminta bantuan si pantat ayam ini!' rutuk Sakura dalam hati, sepertinya ia harus memohon pada Uchiha bungsu ini.

"Sasuke, tolong aku.." ucap Sakura parau, ia memejamkan matanya kembali sambil menggigit bibir bawahnya menahan geli dikakinya.

"Apa? Aku tak mendengarnya?" Sasuke mencoba menggoda musuh bebuyutannya ini.

'Ini benar-benar menjijikan' pikirnya. "Bantu aku !" suara Sakura terdengar sedikit mengeras.

"Hn?"

Sakura menarik nafasnya frustasi, mencoba menahan emosnya. "Kumohon bantu aku !" ucapnya sekali lagi dengan lebih keras.

Sasuke yang mendengar Sakura memohon padanya menyeringai, 'Hn, dasar pinky, akan kukerjai kau.'

Sasuke mengambil sebuah ranting didekat kakinya, setelahnya Sasuke pun masuk kedalam toilet Sakura. Sasuke jongkok untuk mengambil cacing dikaki Sakura.

Setelah cacing itu sudah berada di ranting yang dipegang Sasuke, Sasuke terlihat menyeringai. Ide jahil melintas dipikirannya.

Dengan gerakan cepat Sasuke berdiri dan menodongkan ranting yang terdapat cacing tadi didepan wajah Sakura. Sontak Sakura terkejut dan terjungkal kebelakang.

Sebelum Sakura jatuh, ia sempat menarik baju depan Sasuke sehingga membuat Sasuke terhuyung kedepan. Tarikan yang cukup kuat sehingga membuat baju Sasuke sobek. Mereka jatuh dengan posisi Sasuke yang menindih Sakura yang berada dibawahnya.

Belum sempat menghilangkan keterkejutan yang ada,

Pluk—cacing itu pun jatuh tepat dahi lebar Sakura, sontak Sakura terbelalak dan berteriak sekencang yang ia bisa. "Kyaaaaaa..."

Pusing mendengar teriakan membahana Sakura, Sasuke dengan cepat menyingkirkan hewan menggelikan itu dari dahi Sakura.

Saat kondisi sudah agak tenang, dengan nafas yang memburu Sakura berusaha mendorong dada bidang Sasuke yang ada diatasnya.

.

.

.

.

Sementara itu,

"Haaah, akhirnya.. Tobi lega.." terdengar nafas lega dari toilet yang berada beberapa pintu disebalah toilet tempat Sakura berada.

Seorang pria keluar dengan wajah bodohnya, atau bisa dibilang autis. "Tadi itu suara teriakan siapa ya?" ucapnya.

Ia berjalan melewati beberapa pintu toilet umum lainnya, saat sampai disebuah pintu ia dengan sengajanya menutup dan mengunci dari luar pintu toilet tersebut.

Sementara Sasuke yang masih berada didalam, merasa cahaya menggelap karena pintu kini tertutup dengan sempurna.

Ia segera bangkit dan hendak membuka pintu tersebut, namun anehnya pintu itu terkunci. "cih, kuso!" umpatnya kesal.

BUKH BUKH BUKH "Hei buka, siapapun buka pintunya!" Sasuke menggedor pintu tersebut dan berteriak, namun sepertinya tak ada yang mendengarnya.

Sasuke pun menoleh menatap Sakura, wajah Sakura masih pucat pasi, tubuhnya bergetar hebat. 'Terkurung ditempat seperti ini dengan cewek menyebalkan, sial.'

Kasihan juga melihat kondisi Sakura sekarang, Sasuke pun mengulurkan tangannya untuk membantu Sakura berdiri.

Saat Sakura sudah berhasil berdiri, kini mereka berhadapan dan...

BRAK—pintu terbuka dengan kasar, seorang pria berambut kuning panjang dengan satu matanya yang tertutup poni terlihat sedang kebelet.

Deidara—nama pria itu, ia terkejut mendapati sepasang pemuda didalam toilet umum ini.

Sasuke dan Sakura menoleh dengan cepat kearah pintu, mereka pun tak kalah terkejutnya dengan Deidara.

Dengan tangan kiri yang menahan kebeletnya, Deidara menunjuk Sasuke dan Sakura dengan tangan kanannya yang gemetar. "Ka-kalian berdua, se-sedang.." Deidara meneguk ludahnya dengan susah payah, "Kyaaaa ada yang berbuat mesuuuummm!"

Teriakan membahana Deidara terdengar hingga radius 1 km.

Kisame—seseorang yang memiki empang alias penangkaran ikan lele di desa Otogakure—kebetulan lewat didekat toilet umum dan mendengar suara teriakan Deidara.

Segera saja Kisame, berjalan menuju toilet umum/MCK tersebut. Ia pun bertemu dengan seorang petani yang bernama Zetsu—pria dengan cangkul dipundaknya.

"Eh Zetsu, kau dengar tidak teriakan tadi?" tanya Kisame.

"Ya, ada yang berteriak.. Berbuat mesum?"

Zetsu dan Kisame dengan segera berjalan menuju MCK warga. Disana mereka mendapati Deidara yang masih terlihat shock.

"Wah keterlaluan kalian anak muda, berbuat yang tidak-tidak didesa kami," ujar Kisame saat melihat dua sosok didalam toilet tersebut.

"Tidak, kalian salah paham !" tanggap Sasuke dengan tenang.

"Sa-salah paham gimana, jelas-jelas kalian didalam berduaan, cewek cowok, saling pandang, berpelukan, pasti kalian habis berbuat yang tidak-tidak !" tuduh Deidara dengan berlebihan dan bertubi-tubi. Wajahnya meringis, masih berusaha menahan kebeletnya.

"Sudahlah, seret saja mereka, Kita bawa ke kepala desa!" titah Zetsu.

Deidara dan Kisame mengangguk, dan menyeret Sakura serta Sasuke menuju ketempat kepala desa.

.

.

.

Ditempat kepala desa, Sasuke dan Sakura dikerumuni dengan beberapa warga.

"Sudah berapa kali kukatakan, ini salah paham! Kami tidak berbuat apapun!" ucap Sasuke lagi dengan tegas.

Sementara Sakura disebelahnya sudah ketakutan melihat wajah menyeramkan semua warga desa Otogakure.

'Sepertinya bis sudah pergi meninggalkanku, sial. Ini semua karena aku menolong gadis merepotkan ini!' pikir Sasuke kesal.

'ditambah lagi aku harus berurusan dengan para orang-orang primitif ini!?' Sasuke mendecih, sunggu ini hari yang sial untuknya.

"Kita bunuh saja mereka!" teriak salah seorang warga yang bernama Kakuzu—seorang juragan tanah didesa ini.

"Ya, bunuh saja atau kita pasung biar mereka tersiksa!" ujar Deidara, ia nampak mencari keberadaan seseorang. 'Dimana si anak autis itu?' pikirnya sambil celengak-celinguk.

Sakura yang mendengar ucapan-ucapan sadis dari warga semakin gemeter ketakutan, sedangkan Sasuke mengumpat sumpah serapah dalam hatinya atas kebodohan warga desa ini. Sepertinya ia akan menambahakan hal tersebut dalam kliping-nya nanti.

"Sudah-sudah tenang semua!" terdengar seorang pria dengan pakaian serba putihnya berusaha menenangkan keributan akan hukuman apa yang pantas bagi Sasuke dan Sakura. "Jika kita membunuh atau menyiksa mereka, maka dewa Jashin akan marah pada kita!" lanjut pria berambut putih yang diketahui bernama Hidan—guru spritual penduduk desa Otogakure.

"Lalu kita apakan mereka?" tanya Kisame.

"Kita nikahkan saja mereka, mereka harus bertanggung jawab atas perbuatan mereka!" jawab Hidan.

Sakura dan Sasuke membelalakan matanya, mereka saling pandang dalam keterkejutan. 'Ini gila!' pikir mereka.

"Benar kata Hidan, kita akan menikahkan mereka, sesegera mungkin!" ucap Pain—seorang kepala desa yang memiliki sikap tenang.

"Apa kalian tidak waras, sudah kubilang kami tak berbuat apapun. Ini salah paham!" teriak Sasuke saat ia mulai ditarik lagi oleh Kakuzu.

"Mana ada maling ngaku unn?" ucap Deidara cuek.

.

.

.

.

(~^^^**sasu—TBC—saku**^^^~)

.

.

.

.

Bacotan saku:

.

.

Yuhuuuuu... Saku hadir dengan fic baru nih minna-san^^

Saku harap minna suka ya sama yang ini

Ide melintas begitu saja, chap ini Saku selesaikan semalaman. Dan gomen ne kalo ide pasaran -_- dan maklum bila ada Typo.

Jujur saja, sebenarnya Saku sendirilah yang amat takut terhadap hewan melata yang menjijikan itu—cacing, Saku sendiri ngetiknya sambil bergidik pas dibagian toilet tadi. Dan maaf jika bagi kalian adegan itu Sakura terlihat lebay, tapi seperti itulah jika Saku sedang berhadapan dengan cacing.

Euuuww bener-bener phobia cacing deh saku .

Ampun deh sama kebodohan si Tobi -_- dasar autis, eh? Ceplosan gomen :P

.

.

Atas kekurangan yang ada saku minta maaf..

Maka dari itu, saku sangat berharap masukan, kritak dan saran dari reader sekalian^^

Semoga minna-san berkenan meninggalkan jejak REVIEW untuk fic ini, sehingga Saku tau peminat fic ini. Dan akan semangat untuk lanjutin fic ini.

Saku tunggu kode 'LANJUUUUT' dari minna-san :D

REVIEW PLEASE !

SIGN

Saku-chan NaruFhia