The Special Love, My Second Love

Disclaimer : Gak bisa bikin disclaimer (pundung)

Pair : Hinata & Sasuke

Summary : Hatinya kian lama kian teriris dengan rapi. Hinata hanya bisa bersama seseorang. Yang bisa mendengarkannya. Naruto? Tentu saja tidak mungkin. Gaara? Apalagi! Lalu siapa?

Warning : Gak nge-review, Gak boleh baca. Yang gak kuat jangan dilanjutin, tapi tetep review ya. Cerita garing, ngeloyor sana sini, gak jelas, dan warning-warning berbahaya lainnya.

Wanted : (?) kosongin aja deh.

Gadis bermata lavender itu terus menatap ke arah jarum jam, berharap ada keajaiban untuk memutar jarum-jarum itu sehingga waktu cepat berlalu. Penantian yang selama ini dia inginkan. Untuk cepat-cepat bertemu dengan teman-teman sekolahnya yang baru. Ya, hari ini adalah hari pertama sekolah di SMU Konoha. Dia berhasil lulus dan masuk ke SMU Konoha dengan nilai yang memuaskan. Bisa dikatakan, gadis ini menduduki peringkat kedua setelah lelaki yang memiliki nilai tak jauh berbeda darinya.

Hinata, gadis bermarga Hyuuga yang cantik dan menyukai ketenangan ini akhirnya beranjak dari kasurnya. Semuanya sudah rapi, kemeja putih dengan dasi, memakai rok pendek, dan dirangkap dengan jaket resmi SMU Konoha. Dia tampak rapi dan anggun dengan pakaian sekolahnya itu.

Cepat-cepat Hinata membuka pintu kamarnya dan menemukan Neji sudah berdiri di sana.

"Nii san ..." kata Hinata kaget. Ia tertunduk.

"Ayo kita berangkat," ucap Neji tanpa memperdulikan Hinata yang sepertinya kaget. "Baik, Nii san," jawab Hinata tanpa gagapnya. Neji tersenyum pada adik sepupunya. "Jangan lupa untuk membawa ponselmu agar aku bisa menghubungimu nanti," sambut Neji kemudian. Hinata mengangguk pelan.

Neji melangkah pergi diikuti Hinata yang masih tertunduk. Keduanya diam saat berjalan menuju halaman rumah.

"Neji, jaga adikmu baik-baik," perintah Hiashi. Neji mengangguk sambil tersenyum. "Aku akan menjaga Hinata dengan segenap jiwaku, Ayah." Hiashi tersenyum. Neji masuk ke dalam mobil hitamnya. Hinata menyusul dan duduk di depan, tepatnya di samping kakak sepupunya, yang lebih ia anggap sebagai kakak kandungnya sendiri. Neji pun sekarang sudah mengaggap Hinata sebagai adik kandungnya.

Mobil hitam milik Neji itu pun mulai berjalan. Sepanjang perjalanan, Hinata hanya menatap ke luar jendela, melihat pemandangan indah kota Tokyo. Kelopak bunga sakura berjatuhan terkena hembusan angin dan membuat Hinata semakin terkesima.

Sepuluh menit telah berlalu. Kini kedua kakak beradik itu sudah sampai di SMU Konoha. This is my first year in SMU Konoha, batin Hinata. Hinata keluar dari mobil itu.

"Bagaimana, Hinata?" tanya Neji, membuyarkan lamunan Hinata. "Eh, uh ... se-sekolahnya ba-bagus kok," jawab Hinata terbata-bata. Neji hanya terkikik melihat adiknya itu.

"Oh ya, kelasmu ada di XII-II. Di lantai ke empat, paling kanan, di ujung koridor. Jangan lupakan itu. Aku pergi dulu, kalau mau berbicara denganku, telepon saja. Aku kuliah," kata Neji. "I ... Iya, Nii san," balas Hinata. Neji pun bergegas pergi. Hinata hanya menatap kakaknya yang berlalu. Setelah benar-benar berlalu, Hinata baru sadar kalau dirinya berdiri terus sekitar 2 menit. Cepat-cepat Hinata berjalan masuk ke SMU Konoha itu.

Tetapi ... Braakk! Tak sengaja, Hinata menabrak seseorang. Dia terjatuh ke belakang, orang yang menabrak Hinata refleks langsung menangkap Hinata. Terlihat semburat merah menghiasi pipinya yang putih. Lelaki yang mempunyai rambut hitam itu terdiam sejenak, masih memegang Hinata agar tidak terjatuh. Bagaimana tidak, kedua wajah mereka tak lebih berjarak 10 cm. Tentu saja Hinata hanya bisa meneguk ludahnya.

"G-gomennasai ..." ucap Hinata sambil berdiri. Lelaki itu tersadar.

"Aku minta maaf," katanya pelan. Hinata mengangguk walau tubuhnya masih terasa bergetar.

"A-Aku Hinata, Hyuuga Hinata," kata Hinata memperkenalkan diri. Lelaki itu melirik ke arah Hinata. "Jadi kamu dari keluarga Hyuuga ya?" tanya lelaki itu. Sebenarnya dia kaget mendengar nama yang pernah ia dengar. Kalau tidak salah, dia itu Hinata? Hinata yang dulu kukenal?

Hinata hanya mengagguk. "Maaf, apa kamu tahu dimana letak kelas XII-II?" tanya Hinata yang langsung to the point. "Emm ... Tidak. Hei, tapi kita satu kelas. Aku juga siswa baru di sini. Ayo kita cari sama-sama," balasnya sembari memegang tangan Hinata dan melangkah pergi.

"Ku-kudengar ke-kelas kita ada di la-lantai empat. Di ujung paling kanan koridor se-sekolah," ucap Hinata.

"Benarkah?" respon lelaki itu, tepatnya pemuda berwajah tampan itu. Hinata mengagguk, lagi.

"Kelas XII-IIII, kelas XII-III, nah ... ini dia kelas XII-II!" lelaki itu menarik tangan Hinata, masuk ke dalam kelas XII-II.

Di dalam kelas itu, belum banyak siswa yang datang. Baru tiga atau empat orang yang ada di dalamnya. Spontan, keempat siswa itu melirik ke arah Hinata dan lelaki itu.

Seorang kunoichi berambut pink mendekati mereka. "Kalian siswa kelas XII-II?"

Hinata mengaguk. "Ya," jawab lelaki di sebelahnya. Gadis berambut pink itu tersenyum. "Aku Sakura, Haruno Sakura. Kalian?"

"Ha-Haruno Sakura? Kamu Sakura-chan kan?" tanya Hinata yang terkejut. Sakura heran. "Memangnya kenapa?"

"Aku, Aku Hinata, Hinata Hyuuga. Kamu masih mengenalku kan?"

Sakura terkejut. "Ya ampun, Hinata! Lama tak berjumpa. Bagaimana keadaanmu sekarang?" tanya Sakura. "Syukurlah, aku dalam keadaan baik. Sakura chan sendiri?"

"Aku baik juga. Kelihatannya kelas kita begitu unik ya. Maksudku, sepertinya banyak yang sudah mengenal satu sama lain. Sai, Yamanaka Ino, Inuzuka Kiba, dan tentunya Nara Shikamaru. Betul kan? Kita semua seangkatan SD!" seru Sakura.

Lelaki di samping Hinata dikacangin (author: yo, yo, kacang, kacang ... seribu dapet 5 *PLLAAAKKKSS*). "Lama tak bertemu, Hinata!" sambut Kiba. "I-Iya, Kiba-kun."

"Nah, kamu siapa?" tanya Sakura pada lelaki di samping Hinata. (akhirnya ditanyaain juga tentang ini orang)

"Sasuke, Uchiha Sasuke," sahutnya polos. DEG! Sakura terdiam. "Ma-mantan Nuke nin ya?" sambut Sakura gugup, dia sebenarnya tahu dari tadi kalau itu Sasuke. Hanya saja, dia tak berani langsung mengucapkannya, dan menyambut Hinata terlebih dahulu. Sasuke pun kesal dibuatnya. Tapi ia hanya memasang wajah cuek.

Hinata terdiam, Sasuke? Dia itu kan adik dari Itachi! Tapi, mantan nuke nin ... Hinata jadi agak ketakutan dengan lelaki di sampingnya. Lelaki itu menatap Hinata sejenak seolah mengerti ketakutan Hinata.

Aku tahu Sasuke telah berubah sejak Naruto membawanya pulang. Tapi, kenapa aku bisa lupa wajahnya? Kenapa aku bisa lupa? Dan ... seharusnya aku tak berteman dengannya. Tapi, aku seperti mempunyai feeling bahwa berteman dengannya bukanlah hal yang sulit. Ingat Hinata, Sasuke itu mantan Nuke nin. Bukan Nuke nin lagi. Aku tak seharusnya masih tak mempercayainya, batin Hinata.

"Yo, semua!" seru laki-laki berambut jabrik yang baru datang. "Naruto?" gumam Hinata pelan. Diam-diam, wajahnya memerah.

"Hei, Naruto? Benar kan?" tebak Sakura.

"Sakura, ternyata kamu masih mengenalku. Hahaha ... Hinata? Sasuke? Kalian juga ada di kelas XI-II?" tiba-tiba saja pertanyaan konyol Naruto keluar dari mulutnya.

Keduanya mengangguk. "Hn ..."

Berbarengan dengan anggukan mereka, bel masuk berbunyi nyaring, membuat para siswa masuk ke kelasnya masing-masing. Dan yang tidak terduga, kelas XI-II hanya berisikan tak lebih dari 10 orang. Sebenarnya, hal itu bukanlah hal yang mengejutkan. SMU Konoha kelas X memang terdiri lebih dari 15 kelas yang isinya hanyalah 7, 8, atau 9 orang.

Sepuluh menit, tiga puluh menit, guru kelas XII-II belum datang juga.

"Se-benarnya wali kelas kita itu siapa?" Hinata memberanikan diri untuk bertanya pada Sakura.

"Wali kelas? Oh, tentu saja Kakashi Sensei. Dia kan memang selalu telat," jawab Sakura diikuti dengan dengusan kecilnya. Hinata menghela napas. "Kakashi Sensei ya?"

"Hahaha, iya. Kakashi Sensei memang selalu telat," dukung Ino. Hinata tersenyum manis. Diam-diam Sasuke mencuri pandang.

Break time, 9.30 AM, Canteen ...

Hinata menatap seluruh ruangan kantin. Dia bingung mau duduk di mana. Sudah banyak meja yang diisi oleh para siswa SMU Konoha. Dia melihat ke arah Naruto di salah satu meja. Yang membuat hatinya merasa sedih, yaitu ... Naruto sedang bercanda tawa bersama Sakura, Ino, dan Sai. Aaah, mana mungkin Hinata mau ke sana? Melihat Naruto yang tengah tertawa dan bercerita ria dengan mereka, terlebih dengan Sakura? Tentu saja Hinata akan semakin tersiksa. Dia tidak mau kehadirannya di sana justru membuat hatinya semakin sakit. Hinata tak mau.

Tiba-tiba ia melihat satu meja di dekat rerimbunan pohon. Dan di sana ada sesosok lelaki yang sangat dikenalnya. Naruto? Tentu saja tidak! Dia sedang bercanda ria bersama Sakura. Gaara? Aaah, apalagi. Gaara kan sibuk karena dia adalah kazekage. Sasuke? Mungkinkah dia itu Sasuke?

Sasuke melempar pandangan ke arahnya. Lalu mengisyaratkan agar Hinata duduk bersamanya. Hinata pun cepat mengerti apa yang dimaksud Sasuke. Dia cepat-cepat menghampiri Sasuke. Kelihatannya Sasuke butuh teman mengingat bahwa dia adalah mantan Nuke nin, batin Hinata dalam hati.

"Tak mempunyai tempat?" tanya Sasuke. Hinata hanya mengangguk untuk menjawab pertanyaan Sasuke. Bukannya Hinata irit bicara, tapi Hinata memang sedikit canggung dengan orang yang dianggapnya asing. Oke, Sasuke memang tak asing baginya. Tapi ... Sasuke itu mantan Nuke nin. Hinata jadi bersikap seperti awal bertemu dengan Sasuke.

Hinata mengalihkan pandangan ke arah Naruto. Naruto yang tengah asik bercerita-cerita bersama Sakura dan yang lain. Apakah Naruto melupakannya? Ah, tentu saja Naruto tak mengetahui hal itu. Naruto mungkin menganggap Hinata hanyalah seorang teman. Tapi Hinata? Jauh daripada seorang teman. Tetapi menurutnya ... cinta pertamanya? Oooh, Hinata, seorang gadis yang sangat mencintai Naruto. Tapi sepertinya yang ia dapatkan adalah cinta bertepuk sebelah tangan. Dia tahu bahwa Naruto menyukai Sakura dan tak mungkin akan berpaling ke Hinata. Seharusnya Sakura bersyukur bisa mendapatkan lelaki yang tangguh dan kuat seperti Naruto. Tetapi sepertinya Sakura tak terlalu memikirkan hal itu. Dan itulah yang membuat Hinata kesal.

"Hinata ..." panggil Sasuke yang heran dengan Hinata.

"Uh, eh ... I-iya, Uchi- .. maksudku, Sasuke?" tanya Hinata gelagapan. Dia baru tersadar dari lamunannya. Oh tidak. Aku hampir saja memanggilnya Uchiha-kun lagi!

Sasuke sebenarnya sengaja menyadarkan Hinata agar tak terlalu jauh berpikir tentang hubungan Naruto dengan Sakura. Dia tak mau membuat Hinata tambah frustasi.

"Menurutmu, apa yang kamu tahu tentang Nuke nin?" tanya Sasuke. Hinata gugup. "Me-menurutku, Nuke nin itu ... ni-ninja bu-buronan ..."

Hinata terlihat sangat gugup. Itu bisa dirasakan oleh Sasuke dengan susahnya Hinata menjawab pertanyaannya. Ia tahu bahwa Hinata tak mau menyakiti perasaan Sasuke bahwa Nuke nin itu adalah ninja buronan. Memang bahwa jawaban Hinata benar. Tetapi menurut Sasuke, itu biasa saja.

"Oh," respon Sasuke yang akhirnya membuat Hinata lega. "Lalu, apakah mantan Nuke nin itu salah? Aku merasa bahwa aku ini dijauhi banyak orang. Mereka terlalu takut untuk mendekati mantan Nuke nin sepertiku."

Hinata iba. Hinata merasakan sesuatu. Baru kali ini Sasuke berbicara seperti itu padanya. Tidak, Sasuke bukan berbicara. Tetapi lebih tepatnya mencurahkan isi hatinya. Bagaimana dengan Hinata? Hinata yang mendengarkan curhatan Sasuke dibuatnya bingung, iba, dan ... entahlah. Semuanya bercampur menjadi satu (bedakan dengan terigu, telur, dan mentega yang bercampur menjadi satu. Wookkeeh?) *readers: ayo bantai author itu ramai-ramai!*

Hinata sekarang sadar kalau dia belum menjawab pertanyaan Sasuke tadi. Saat mau menjawab, Sasuke sudah bicara duluan. "Aku sedikit benci pada orang yang tak menjawab pertanyaanku."

"Ma-maaf, Sasuke-kun. A-aku tidak bermaksud untuk ti-tidak menjawab per-pertanyaanmu," kata Hinata seraya menundukkan kepalanya dan memainkan jemarinya. Hinata takut kalau Sasuke tiba-tiba membencinya. Hei, takut membenci? Kenapa ini?

"Sudahlah, tak apa," balas Sasuke sembari memakan sanwich yang dipesannya tadi.

Hinata pun tak bisa berkata-kata lagi setelah balasan Sasuke itu. Dia memakan bekalnya yang dipersiapkan oleh Okaa san.

"Hei Naruto, kau tahu tidak belakangan ini Hinata lebih dekat dengan mantan Nuke nin yang kau bawa lagi ke Desa Konoha."

"Aku tahu itu. Tapi biarlah, itu semua agar Sasuke bisa bersosialisasi lagi dengan kita semua. Lihatlah, dia tampaknya cocok dengan Hinata," jawab Naruto, meyakinkan perbuatannya membawa Sasuke pulang ke Desa Konoha itu benar. Ino mengangguk mengiyakan sambil melihat ke arah meja di mana ada Sasuke dan Hinata. "Baiklah kalau begitu."

Bel masuk kembali berbunyi dan serentak membuat seluruh siswa yang berada di kantin segera menghabiskan makanan mereka dan kembali ke kelas masing-masing. Tak terkecuali Hinata dan Sasuke yang tengah berjalan ke arah kelas XII-II.

Kelas di SMU Konoha tak ditentukan dengan ranking. Tetapi diacak sehingga walau ada anak yang kurang pintar, bisa dimasukkan ke dalam kelas XII-I. Sementara orang yang pintar bisa dimasukkan ke kelas bawah. Jadi, Hinata tentu tak usah khawatir karena dia berada di kelas XII-II.

Mereka tak perlu khawatir bila datang telat ke kelas XII-II. Bila dipergoki oleh wali kelas pun, mereka bisa mengungkapkan alasan yang cukup membuat wali kelas itu gugup. Yeah, Kakashi Sensei.

Memang benar, sesampainya di pintu kelas, wali kelas mereka sudah berdiri di sana sambil menerangkan sesuatu.

"Gomennasai, Sensei. Ka-kami datang terlambat," ucap Hinata sambil membungkukkan badannya. Karena tak tega, Sasuke pun memiliki ide cemerlang.

"Baiklah, karena kalian terlambat, berdiri di depan pintu selama satu jam ya," pinta Kakashi Sensei lembut.

"Tapi Kakashi Sensei," serobot Sasuke. "Ada apa, Sasuke?"

"Bukankah Sensei juga sering terlambat? Sensei seharusnya juga mendapat hukuman," Sasuke mengingatkan, tetapi masih dengan stay cool-nya. Kakashi gondok! Kakashi tak bisa bicara. Lebih tepatnya, GUGUP dengan lontaran kata-kata dari SASUKE yang langsung menuju INTINYA.

"Hehehe, maaf. Aku tadi menolong nenek tua untuk menyebrang jalan. Tetapi aku tersesat," elak Kakashi Sensei dengan halus sambil tersenyum. Yah, bisa dilihat dari matanya. "Baiklah, untuk kali ini kalian kumaafkan karena berhasil menjebakku ke dalam lubang kejerumusan syaitan."

Hinata tersenyum senang. Sasuke hanya stay cool saja walau sebenarnya ia juga senang melihat Hinata dan tentunya juga dirinya, terbebas dari hukuman Kakashi Hatake itu.

Keduanya masuk ke dalam kelas dan segera duduk di bangku masing-masing. "Kau memang memiliki pacar yang sempurna, Hinata. Yeah, seperti itu lah walau dia itu mantan Nuke nin," bisik Sakura pelan. Hinata kaget dan semburat merah muncul di pipinya.

Apakah Sakura yang dulu sangat menyukai Sasuke sekarang menjadi seperti ini? Kenapa Sakura hanya memandang status seseorang? Kenapa Sakura tak bisa menghargai perasaan orang lain? Dan ... Hei, aku bukan pacar dari Sasuke! batin Hinata. Tubuhnya kian memanas dengan segala omongan Sakura. Tiba-tiba saja dia menjadi membenci sifat Sakura. Sifat Sakura yang egois *Yura minta maaf buat penggemar Sakura _ _'*. Hinata hanya diam mematung, tak menjawab bisikan dari Sakura. Terlalu malas untuk menghadapi gadis seperti itu.

"Baiklah, kita lanjutkan lagi pelajarannya ..." Kakashi Sensei pun melanjutkan penjelasannya.

Uwaaaaahhh, akhirnya selesai juga yang satu ini. Aaah, ini pendek banget cuman delapan halaman di Ms. Word. Kata-katanya pun hanya sekitar 2310. Dikit banget kan? Gomennasai ya. Ini baru permulaan kok. Ada yang bisa nebak enggak gimana cerita selanjutnya? Review ya. Butuh inspirasiiiiii. Banyak review bikin Yura cepet-cepet nge-update chapter kedua. Oke? Oke? *PLAAAKKKSS*. Menerima segala bentuk review, kecuali flame. Bedakan Flame dengan kritikan ok? flame itu sebuah cercaan dan hinaan tanpa koreksi terlebih dahulu, langsung cingcot, muehehhehe.

Review!

II

II

V