Disclaimer: Konomi-sensei's, Konomi-sensei's and Konomi-sensei's.

Tennis no Oujisama not mine and never will be. Tapi bolehkah gw ngepak Fuji, Tezuka, Ryouma dan Eiji untuk dikirim ke rumah?… -ducked flying knife-. Ya...Mizuki juga boleh d...-disambit raket ma Yuuta-

Warnings: Shounen-ai (ato seharusnya langsung yaoi aja ya?) TezukaXFuji and OishiXEiji -sedikit pasangan" umum, MomoXRyouma, InuiXKaidou, FujiXRyouma, KawamuraXFuji, FujiXEiji (Geee, maap bagi penggemar Fuji. Gw ga bisa menghentikan imaginasi gw sejak dia begitu cantik...eh, tampan, pintar, manis..and did I mention the sadistic temptation? Go Fuji Go! -drools-) - dan mungkin terlalu banyak OOC.

+ Glory Days +

chapter 1

Genius 1: Prologue – Brand New Day

TEZUKA KUNIMITSU. TEZUKA KUNIMITSU DARI KELAS 3-1 DIHARAP SEGERA MENGHADAP KE KANTOR KEPALA SEKOLAH.

"Nyaa, nyaa Fujiko. Ada apa?", Eiji bertanya dengan heran setelah Fuji kembali duduk di sebelahnya. Fuji tersenyum.

"Bukan apa-apa, Eiji. Bukan apa-apa…"

Merasakan ada hal yang aneh, tapi Eiji memutuskan untuk tidak memaksa Fuji untuk menceritakan apa yang terjadi. Dia baru saja membuka kotak makan siangnya, ketika dengan riang Fuji menawarkan bekal pada sahabatnya, "Kau mau mencoba ini, Eiji?"

"Ne, Fujiko", kata Eiji sementara sumpitnya masih bergerak-gerak bingung di atas kotak makan siang Fuji, Fuji berbalik, "…kau dengar pengumuman tadi?", lanjut Eiji lagi setelah memutuskan untuk mengambil tamagoyaki dari kotak makan siang sahabatnya. Fuji mengangguk. Agak ragu atau waspada bagi Eiji.

Eiji membuka mulutnya, "Nyaa, menurutmu kenapa Buchou sampai dipanggil kepala sekolah, ia menyuapkan sepotong besar telur ke mulutnya, "Apa dia melanggar peraturan? Unyaa…, bahkan dalam mimpi aku tak pernah memikirkan si dingin itu dapat melanggar peraturan!", serunya bergairah.

Fuji bernapas lega, "Oh…, yang itu"

"Memang pengumuman yang mana lagi!", Eiji menjerit, nyaris meledak karena rasa gembira sekaligus penasaran, "Hoi, aku tak bisa membayangkan wajah Tezuka kalau dia mendengar ini", ia mengikik jahil. Mulutnya penuh berisi makanan.

"Aku mendengar apa, Kikumaru?" Suara berat dan dalam memutus makan siang mereka. Fuji menoleh dan mendapatkan kapten klub Seigaku beserta wakilnya sudah berdiri di belakang kursinya dan Eiji.

"Nyaaa, Tezuka!", Eiji terlonjak ketakutan dari kursi memuncratkan sebagian makanannya ke arah Fuji yang buru-buru menghindar. Kotak makan siangnya bergoyang-goyang, dan ia kehilangan keseimbangan. Saat itu sepasang tangan sudah bersiap menangkap tubuh Eiji, dan ketika ia menengadah dia mendapatkan wajah khawatir seseorang.

"Hati-hati, Eiji! Hati-hati!", seru orang itu. Wajah Eiji memerah ketika menyadari Oishilah yang ada di hadapannya.

"Ah…Tezuka. Kupikir kau datang kesini bukan untuk sekedar menghancurkan selera makan siang kami kan?", Fuji tersenyum. Tapi nada suaranya terdengar mengerikan, "….dan, Eiji, Oishi….Sampai kapan kalian mau saling menatap seperti itu?"

Meski Fuji mengatakannya dengan senyum datar, Golden Pair tanpa sadar langsung melepaskan tangan dengan panik, kotak makan siang yang tadi dijaga sepenuh hati kini terlepas dari tangan Eiji. Isinya berhamburan di lantai diiringi gerungan sedih acrobatic player tersebut.

"Jangan khawatir, Eiji. Kau bisa memakan bekalku", Fuji tersenyum riang seperti biasa. Menenangkan Eiji yang menatapnya sebagai tanda protes.

Tezuka memutuskan untuk tidak berkomentar apa-apa.

"Oishi! Oishi! Kau sudah makan siang?", Eiji mengayunkan kursinya kebelakang menyambut Oishi. Terlihat terkejut saat Oishi menggeleng, "Hoi! Hoi! Oishiiii! Padahal kau selalu mengatakan bahwa 'Eiji, penting untuk selalu mengisi tenaga sebelum latihan'", cibir Eiji dengan muka cemberut meniru mimik Oishi. Wakil kapten itu tertawa melihat kekonyolan Eiji.

"Tezuka, bukankah kau tadi memintaku menemanimu bertemu Fuji? Dan kau juga bilang ada yang ingin kau bicarakan dengan Fuji. Pribadi", kata Oishi mengingatkan kapten mereka. Berusaha menahan diri untuk tidak tertawa melihat rona tipis di wajah kaptennya. Eiji menengok antusias.

Ter-la-lu antusias, geram Tezuka.

Fuji tersenyum kejam, "Pribadi, eh, Tezuka?"

Dengan mati-matian menahan keinginanannya untuk melarikan dari situasi terburuk, Tezuka berdehem dan mengucap, "Aku cuma berniat mengatakan bahwa aku ingin kau bertanding denganmu saat latihan nanti". Dan menoleh untuk menembakkan 'tatapan Tezuka'nya ke arah sahabatnya.

"Omong-omong, Oishi! Jangan mengalihkan perhatian!", seru Eiji kesal dan mulai menyorong-nyorongkan sumpit penuh makanan ke mulut Oishi.

Fuji terdiam melihat reaksi Tezuka, lalu tawa liciknya melintas, "Maa…Eiji, sejak kau memiliki harmonisasi yang baik dengan Oishi. Apa kau sekarang kau juga mau berbagi gelar dengannya sebagai Seigaku no Okaasan?", katanya tersenyum nakal. Berkedip memberi tanda pada Tezuka. Mau tak mau bibir Tezuka melengkung membentuk senyuman mendengar pukulan balik Fuji barusan. Nice. Namun, Tezuka mengusir pikiran tersebut sebelum mengendap lebih jauh, dan Eiji mengibas-ngibaskan tangannya dengan panik sementara wajah Oishi terlihat merona.

Genius 2: Mr. Perfect VS The Prodigy

GAME SET! WON BY TEZUKA 6-2!

"Lagi-lagi kau tidak serius, Fuji"

"Itu hanya karena kau terlalu hebat…", Fuji tersenyum kepada lawan bicaranya. Mengusap wajahnya yang bersimbah peluh.

"Fuji"

Tersenyum riang, "Kau benar-benar semakin hebat. Seigaku sungguh beruntung memiliki kapten sepertimu! Bayangkan —"

"Fuji", desak Tezuka lagi.

"Ah, apa kau ingin menghabiskan hari ini hanya dengan menyebut namaku seharian, Buchou?", kekehnya, "Oh ya, bagaimana dengan bahumu? Kupikir..."

"Jadi ini tentang bahuku?", Tezuka menyela. Senyum Fuji memudar sesaat sebelum kembali memasang senyumnya dengan gelengan lembut.

"Aku serius, Tezuka"

Bohong... Kapten tersebut merengutkan dahinya, "Yudan sezu ni ikou, Fuji. Kalau kau seperti itu, kau bisa saja berbuat kesalahan pada pertandingan", tegur Tezuka. Kau berbohong, Fuji

Mata Fuji terbuka, tampak tersinggung, "Buchou, hanya kau yang kuizinkan untuk berada di atasku. Hanya kau", merasa suaranya terdengar asing bahkan di telinganya sendiri. Kemudian dengan setengah menyentak mengambil jaket Regulernya yang tersampir di atas bangku.

Genius 3: Mirai no Kioku

Oishi mengibaskan kertas di tangannya. Mencoba mengusir rasa panas. Latihan di siang hari sepanas ini nanti tidaklah menyenangkan bagi siapa pun. Musim semi hampir tiba, tapi cuaca tetap tak dapat diprediksikan. Entah berapa kali mereka terjebak dengan terik matahari ataupun terperangkap dalam ruang klub karena hujan.

"Hm, Tezuka, kau sudah memutuskan SMA pilihanmu?"

Tezuka memberengut seperti biasa, "Hn". Oishi menghela napas pendek, menahan senyum.

"Kuanggap itu sebagai 'iya'", Fuji tersenyum menepuk bahu kaptennya, "atau….'tidak'?", rautnya pura-pura bingung.

Eiji memiringkan kepalanya, curiga pada sahabatnya itu, dengan nada penasaran ia bertanya, "Nyaa…, Fujiko, berhenti menggoda Buchou! Bagaimana denganmu sendiri?"

"Hm…., maa ne…", Fuji balas memiringkan wajahnya, meniru mimik wajah Eiji.

"Mou! Tak menyenangkan! Fuji selalu penuh rahasia!", cibir Eiji, "Ne, ne…, bagaimana denganmu, Oishi?", Eiji melemparkan dirinya ke samping, memeluk lengan Oishi.

"A..aaa…"

"Lebih baik kau khawatirkan dirimu sendiri, Kikumaru senpai", Ryouma berkomat-kamit. Momoshirou terkekeh.

Eiji merengek, "Ochibi! Hidoi!"

"Seigaku". Semua menoleh serentak ke arah sumber suara tersebut. "Aku akan masuk SMA Seigaku", tandas Oishi singkat memandang partnernya meminta persetujuan.

"Pilihan yang tepat, Oishi", sambut Tezuka. Inui bergumam setuju.

Eiji yang bingung dengan pernyataan tiba-tiba seperti itu, terbengong mengerjap-ngerjap. Tapi sifat spontanitasnya selangkah lebih maju, "Yosh! Kalau begitu aku juga Seigaku! Ne, Fuji? Oishi? Buchou?", Eiji mengacungkan tangan, "Hoi hoi! Seigaku Seigaku!"

"Kau agak pilih kasih, Eiji senpai", cela Momoshirou. Ryouma menenggak Fantanya dengan acuh tak acuh.

"Nyaa, tidak tidak! Tentu saja tidak, Momo! Aku juga ingin kalian semua masuk Seigaku! Kau, Inui, Taka san, Ochibi, juga Mamush…", sepasang mata liar menyorot, "ah….maksudku…Kaidou! Kaidou! Aku tak pernah bilang Mamushi. Nyaa! Hmmmmmppph! Oishiiiii!", Eiji menutup mulutnya yang ceroboh, terbirit-birit menyembunyikan diri di balik punggung Oishi.

Fuji cuma tersenyum lembut melihat tingkah Eiji. Dan terus mencoba tersenyum. Yang lain mengangguk. SMA Seigaku kedengarannya memang menyenangkan, Buchou…, pikir Fuji muram. Tak memperhatikan Tezuka yang mengalihkan pandangan pada pudarnya senyuman Fuji. Kecuali —

"Ii data…"

Genius 4: Omae to Ore to wa Golden Pair

Oishi dan Eiji berbaring di hamparan rumput sepulang latihan keesokan harinya. Berlindung di balik bayangan pohon dari teriknya sinar matahari siang yang menyengat.

Menoleh dan mendapatkan partnernya memerah terbakar matahari, Oishi melemparkan handuknya ke wajah Eiji yang disambut dengan kalimat terima kasih dalam suara teredam. Mereka terus terdiam tanpa berkata-kata lagi selama beberapa menit.

"Hoi hoi, Oishi?", dengkur Eiji.

"Hm?"

Eiji merawang, separuh melamun, "Kau merasa kalau Fuji terlihat sedikit aneh?"

Oishi bangkit dan mengubah posisinya, duduk bersandar pada pohon yang sama. Menatap Eiji dengan serius, "Kau juga?"

"Nyaa! Kau juga merasakannya, Oishi!", mata Eiji membesar. Dalam hati Oishi tertawa, apa Eiji tak menyadari kalau dia terlihat begitu kekanakan dengan ekspresi jenaka seperti itu. Eiji mengambil botol minumnya, "Waaa...Kita memang Golden Pairrrrrrrrr", ia menambahkan dengan mulut penuh air.

"Eiji, jangan bicara dengan mulut penuh. Apa Ibumu tidak pernah memberitahu hal itu?". Menghela napas, "Iya, Eiji...tentu saja kita memang Golden Pair", lanjutnya demi melihat wajah cemberut Eiji, "...tapi sayang sekali, yang tadi itu bukan aku..."

Sinar mata Eiji melembut, "Buchou….". Dari wajah Oishi yang bertanya-tanya dengan terkejut bercampur bingung, Eiji tahu dia telah menebak nama yang tepat, "Ah, Oishi, aku tak sebodoh itu kan?", ia memutar bola matanya. Oishi hanya bisa tertegun-tegun.

"...lagipula aku senang punya dua Ibu", Eiji menggumamkan sesuatu dengan lirih.

Genius 5: Kaze no Tabibito

Lalu dua bulan pun telah berlalu. Dan semua orang pun seakan-akan telah melupakan keanehan sikap Fuji. Perhatian mereka terlalu disibukkan oleh deraan ujian akhir. Tezuka bahkan meliburkan jadwal latihan klub di luar akhir pekan. Meski niat baik itu akhirnya tampak sia-sia belaka karena bagaimanapun seluruh anggota Reguler tetap hadir di hari-hari yang tidak dijadwalkan sekalipun.

Oishi telah memaksa seluruh Reguler untuk menghabiskan waktu bersama-sama sesering mungkin selama sebulan terakhir ini. Tanpa banyak protes yang biasanya keluar dari mulut berbisa Ryouma ataupun kemunculan Kaidou yang secara janggal hadir sukarela tanpa berada dibawah ancaman Inui dan tekanan Fuji, Momoshirou mengusulkan agar mereka menghabiskan waktu dengan makan siang bersama di tepi danau sekolah. Lagi-lagi tak ada protes yang keluar, juga dari mulut Tezuka. Tepi danau merupakan pilihan sempurna untuk bersembunyi dari kejaran gadis-gadis frustasi yang semakin hari semakin mengganas mendekati datangnya hari kelulusan.

"Yo, maaf"

"Lambat!", protes Eiji kearah Inui yang terlihat tenang. Kemudian duduk dan menyerahkan beberapa ikat kertas ke tangan Tezuka. Warna pink dan harum yang menguar dari tumpukan tersebut menjelaskan keterlambatan Inui tadi.

"Sassuga na, Buchou kita…", Fuji tertawa. Inui memberi beberapa ikat kertas kepada Reguler yang lain sebelum mengoper ikatan tersendiri yang jumlahnya jauh lebih tebal dari yang diterima Tezuka melalui Ryouma.

Satu-satunya Reguler tingkat satu tersebut menyeringai lebar, "He…?", melirik Fuji saat membaca nama yang tertulis di atas amplop tersebut di sela-sela cengirannya. Terlihat terhibur, "dan…sassuga na, tensai kita, Fuji senpai Seigaku…". Kemudian menyeringai lebih lebar lagi.

+ Tsuzuku +

Fanfic kedua gw. Hueeeeee..., kenapa ya gw selalu berakhir dengan nulis fokus ke satu" karakter kya gini.

The SAP... Nyah. Wat yang ga suka cerita macem gini. Please...bear with me...;. Gomen ne.

Dan gw ga tau SMA Seigaku itu ada ato ga. Pokoknya anggap aja ada. Abis gw rasanya ga rela ngeliat mereka kepisah". Lagipula gw belum liat eps diatas CD 80. Jadi, tolong, bersabar dengan kesintingan gw sedikiiiiiit lagi...-wink-