Wrath Of Namikaze

NarutoXFT

Disclaimer: Belong to each creator

Genre: Adventure

Rate: M

Warning: Typo,OC,OOC,AU,Etc


Prologue

Dihadapannya enam dewa penciptaan terbaring tanpa nyawa. Tubuh yang terkoyak koyak, darah yang berhamburan, dan area pertarungan yang merubah bentuk awalnya. Ada rasa puas didada setelah semuanya selesai. Memang benar melawan para dewa secara bersamaan bukan sesuatu yang mudah, dia sendiri hampir mati bila bukan karena kekuatannya yang terakhir. Bila saja tadi dia terlambat sepersekian detik mungkin saja dia yang akan terbaring ditempat mereka kini.

Baru sekarang dia merasakan rasa sakit yang menjalar hebat setelah adrenalin dan sihirnya berhenti mengalir dibadan. Dia terduduk tidak kuat menahan berat badannya setelah tubuh dia paksa melewati batasnya berkali kali lipat dari biasanya. Tendon ototnya sendiri seperti sudah terkoyak sedari lama.

" kau berhasil, selamat. Lalu sekarang apa? Kau menghancurkan earthland karena sifat rakus kekuatanmu" suara berat tersenggal senggal milik salah satu dewa yang masih hidup. Dewa tertinggi diantaranya, 'Kehidupan'.

" hahaha…, hancur katamu? Omong kosong apa itu. Kalian hanya mahluk dengan kekuatan lebih, kalian dapat mati. Kalian bukan yang terkuatkan?, masih ada yang lain. Kau pikir aku tidak mengetahuinya?, diatas kalian masih ada yang lain. Kalian hanya beruntung tercipta diawal penciptaan dunia ini, tapi bukan kalian intinya kan? Kalian hanya membohongi diri kalian sendiri dan manusia lainnya." Naruto berjalan tertatih dengan setiap otot yang berteriak untuk berhenti kearah sang dewa yang masih hidup.

Ditangan Naruto terkumpul partikel cahaya yang membentuk belati. Mata sang dewa melotot melihat belati yang ada ditangan Naruto. Setelah pertempuran mereka yang memakan waktu berhari hari ternyata dia masih mempunyai senjata lainnya. Lebih kuat dari yang sebelumnya malah, Agatha, penghapus kehidupan. walaupun jujur Naruto tidak mengeluarkan senjata ini pada pertarungan mereka sedikitpun dikarenakan faktor senjata yang terlalu membebani tubuh Naruto.

" dikehidupan selanjutnya kita akan bertemu kemba…"

Jlep…

Belum selesai 'Kehidupan' berbicara belati tersebut sudah menghujam dadanya. Menembus tubuh dewa yang lebih keras dibanding mahluk lainnya. Agathayang pada dasarnya tidak memiliki bentuk fisik selain partikel partikel cahaya seperti memakan tubuh yang ditikamnya. Merayap masuk kebadan sang dewa kemudian melompat kedewa lainnya memakan residu kekuatan mereka sebelum akhirnya belati tersebut tercerai berai menjadi partikel yang tidak kasat mata.

Tubuh Naruto tidak kuat lagi, begitu juga dengan pikirannya yang kelelahan setelah pertarungan mereka. Dengan sekejap dia terjatuh tidur sementara tubuhnya menyerap energi sihir yang ada disekitar.

Memperbaiki kerusakan yang ada ditubuh Naruto perlahan.


" Mavis…" anak kecil itu mengadah melihat yang memanggilnya. Teman sepermainannya yang berambut cokelat tersebut duduk disampingnya santai. Ada keheningan lama diantara mereka berdua sebelum akhirnya temannya membuka pembicaraan.

" Kemana paman Naruto pergi?"

" Hu-uh" Mavis mengangkat bahunya. Bukan pertama kali pamannya pergi berpetualang seorang diri. Sering dia secara tiba tiba meninggalkan mereka tanpa sepengetahuan siapa siapa dia akan kemana. Kadang sebulan, kadang juga hingga bertahun tahun tanpa kabar sama sekali. Sudah menjadi kebiasaan.

Naruto selalu berpergian sendiri. Dikota juga dia tidak memiliki banyak teman. Naruto bukan sosok sabaran dalam mengerjakan sesuatu, mengandalkan insting, dan peduli terhadap orang melebihi batasnya. Terkadang kepala panasnya membuat dia mendapatkan musuh alih alih mendapatkan teman. Naruto sendiri bukan keluarga Vermillion seperti Mavis. Dia bahkan tidak memiliki catatan dimana dia dilahirkan, tapi yang mengejutkan banyak orang adalah bagaimana dia mencapai tingkat dimiliter kerajaan tanpa asal yang jelas.

Walaupun pada akhirnya kehidupan militer dengan masa depan cemerlang itu dia lepaskan. Beberapa desas desus yang mengatakan beberapa bangsawan tidak menyukainya, Naruto berasal dari keluarga pemberontak, hingga dia adalah mata mata. Tidak ada yang jelas, dia adalah enigma berjalan yang sering menginap dirumah keluarga Mavis.

Mavis sendiri selalu diberitahu orang tuanya bahwa Naruto adalah keluarga jauh mereka. Setiap kali rasa penasaran Mavis kecil mencuat dia akan mencari tahu secara langsung kepada Naruto atau bertanya kepada orang tuanya yang sering oleh Naruto hanya dijawab senyuman saja.

Beberapa hal yang dapat Mavis kecil langsung tahu dari sikap Naruto adalah dia memikili arogansi besar yang suka dia sembunyikan kecuali bersama orang orang dekatnya. Dibalik arogansi itu dia juga memiliki kekuatan sihir setara dengan panglima kesatria sihir. Mungkin karena dasarnya dia sendiri dulu adalah pasukan kerajaan dengan pangkat tinggi walau berumur 19 tahun ketika dia keluar dari kemiliteran.

" Apa kau pikir dia akan membawakan kita oleh oleh lagi seperti sebelumnya?" perkataan teman Mavis sukses membuat matanya berbinar binar mengingat setiap kali pamannya pulang dari perjalanan dia selalu membawakan oleh oleh aneh yang dia bilang eksotis.

" Kuharap kue dari Veronica lagi. Rasanya benar benar manis" Mavis berkata yang kemudian diangguk oleh temannya setuju.


" Apakah para dewa bisa mati?" Orang tua tersebut mengangguk menjawab pertanyaan anak kecil tersebut. Kakek ini adalah salah satu penyihir terhebat dimasanya, bahkan hingga sekarang penyihir lainnya pasti akan kesulitan untuk melawannya satu lawan satu. Bila saja bukan karena raga yang melemah dia pasti dapat menjadi yang terbaik di Pergrande saat ini.

" Lalu apa yang terjadi bila mereka mati?" anak kecil berambut kuning tersebut kembali bertanya, Naruto muda.

" Mereka tetap mati. Seperti mahluk lainnya, seperti manusia."

" Tapi bagaimana dengan dunia?, bagaimana dengan alam ini bila mereka mati?" Mata anak tersebut memancarkan kebingungan.

" Dewa, mereka itu ras seperti kita. Ras yang jauh lebih superior dibanding naga dan manusia. Mereka mahluk pertama, tapi mereka bukan pencipta kita. mereka bukan pencipta dunia ini. Seperti kita mereka mempunyai struktur, seperti organisasi kesatria. Ada yang bertanggung jawab untuk ini dan itu. Bila satu mati ya mereka tinggal diganti dengan dewa lainnya." Naruto bertambah bingung dengan penjelasan sang kakek tersebut.

" Bila mereka lebih superior dibanding kita kenapa tidak mendirikan kerajaan? Kenapa tidak merebut daratan? Tidak hidup bersama kita seperti para naga?" pertanyaan Naruto makin banyak.

" dalam segi fisik dan sihir mereka jauh lebih superior sayangnya untuk merebut wilayah dan mendirikan kerajaan membutuhkan orang yang banyak. Mereka memiliki populasi yang paling sedikit didunia. Untuk satu dewa baru membutuhkan waktu seratus tahun. Lalu ada 3 dewa besar atau terhebat; enam dewa penciptaan, mereka yang mengatur lajur dunia dan bila mereka mati akan segera tergantikan oleh dewa lainnya; lalu ada dewa dewa lainnya yang kurang penting" masih ingin Naruto bertanya kembali, tapi diurungkan ketika melihat kakek tua tersebut sudah tertidur pulas dikursi sambil memangkunya. Benar kata orang, manusia terkuat tetap akan kalah oleh waktu.

Naruto keluar dari ruangan penuh buku tersebut meninggalkan sang kakek yang tertidur pulas. Setiap pelayan yang melewatinya mereka membungkuk menunjukkan hormat kepada anak termuda di keluarga Namikaze.

Namikaze sendiri adalah salah satu bangsawan Pergrande yang melindungi sisi terluar kerajaan dari kerajaan Bellum. Bukan keluarga bangsawan terbesar, tapi salah satu bangsawan penting. Keluarga bangsawan yang setiap tahunnya melahirkan penyihir penyihir terbaik untuk Pergrande. Bahkan tahun ini ayahnya Naruto menjabat sebagai penasihat perang kerajaan yang posisinya sangat disegani semua orang.

" Oi Naruto" Pundak Naruto ditepuk dari belakang ketika dia sedang duduk diruang makan kastil. Walaupun dia bisa meminta makan diantar kekamarnya, tapi dia lebih senang makan bersama yang lainnya.

" Ah kak, sudah pulang?" sang kakak mengambil tempat duduk disamping Naruto sambil mulutnya penuh dengan roti yang baru dia ambil.

" Pulang lebih awal, semacam itu. Ayah memanggil semuanya untuk pertemuan keluarga. Enak untukmu belum harus ikut" Naruto memang masih belum diwajibkan mengikuti pertemuan keluarga yang bukan saja dari keluarga inti, tapi semua orang yang memiliki nama Namikaze dibelakangnya.

" Apa yang telah kau lakukan hari ini?" Ucap kakaknya basa basi

" Berlatih pedang bersama tuan Hodge, sihir bersama kakek, dan yadda yadda" kata Naruto. Sang kakak hanya terkekeh saja karena dirinya sendiri sudah merasakan apa yang tengah Naruto alami sekarang. Walaupun bukan kewajiban mereka untuk melakukannya, tapi sudah menjadi tradisi tersendiri untuk belajar hingga umur 14 tahun sebelum bekerja seperti yang lainnya.

Berlatih pedang sendiri bukan masalah sulit untuk Naruto karena memang hobinya adalah senjata jarak dekat walaupun kadang dianggap remeh oleh yang lainnya karena inferior terhadap sihir yang bisa digunakan tanpa harus membawa benda berat bernama pedang. Tuan Hodge sendiri adalah pria berumur 40-an yang telah mengabdi lama untuk Namikaze. Bahkan ayah dari tuan Hodge dulu juga seperti itu. Karena sadar dengan kelebihan Naruto dalam bermain senjata jarak dekat dari usia muda membuatnya melatih Naruto bukan cuman pedang saja.

Lalu ada sihir yang diajar sang kakek. Penyihir terkuat di Pergande, dulu. Sering dibilang Naruto memiliki bakat dibidang ini seperti saudaranya yang lain walaupun tidak sehebat sang kakak tertua yang dapat menguasi berbagai sihir ketika berumur sama seperti Naruto saat ini.

" Bagaimana bila kita bersenang senang dibar setelah pertemuan selesai eh?" Sang kakak memberi usulan membuat Naruto tersedak ayam yang tengah dia kunyah. Salah satu hal haram untuk keluarga mereka adalah jangan berani berani menginjak bar dengan nama Namikaze yang tertempel.

" Kakak ingin bunuh diri bersama?" Naruto menatap sang kakak dengan pandangan merendahkan sedangkan sang kakak hanya tertawa lepas.

" Ayolah Naruto. Bukannya kau penasaran dengan isi bar?, lagipula tidak ada masalahnya kalau tidak ada yang tahu kan?"


Naruto terbangun dengan peluh dipelipisnya. Badannya masih tidak dapat dia gerakkan setelah pertarungannya melawan dewa. Menggerakkan jari pun susahnya setengah mati. Mungkin timbal balik sihirnya lebih parah daripada yang dia perhitungkan.

Cincin dijari telunjuk kanannya bergetar halus menandakan Agatha masih memproses makanannya. Langit malam tampak indah, lebih indah dari sebelumnya walaupun dewa yang mengurusnya mati. Bah mungkin saja saat ini sudah ada pengganti mereka seandainya perkataan kakeknya benar.

" He..he..HA..HA..HA…" Kekehan Naruto berubah menjadi tawa maniak dengan posisi tubuh yang sama. Ada rasa puas didada setelah menang melawan mereka. Bahkan mendapatkan kekuatan baru lagi. Mungkin benar kata salah satu dewa tadi bahwa dia rakus kekuatan. Bukannya tidak ada yang lebih memuaskan daripada mempunyai kekuatan?

Tanpa Naruto sadari seseorang memperhatikan Naruto yang terbaring ditengah tengah kekacauan yang dia timbulkan. Menatap Naruto dengan pandangan penuh ketakutan terlebih melihat tubuh tubuh lainnya yang tidak bernyawa lagi.


jujur saja mencari judul untuk fanfict satu ini sangat menyulitkan. berhubung saya sendiri ada penulis baru jadi mohon tuntunan para senior writer disini. mohon maaf bila ada kesalahan kata atau mungkin menyinggung salah seorang. juga karena disini mungkin merubah beberapa struktur FT maka masuk AU dan juga sudah dituliskan diatas.

Oh iya! jangan lupa Review para senpai sekalian

Chapter selanjutnya bakal lebih lama (Tidak janji ~tehe), mungkin updatenya yang lebih lama.