MY BOY
Rated: T , T+, M
Main pair: Uchiha Sasuke X Uzumaki Naruto,
Disclaimer: Naruto milik Masashi Kishimoto, My girl milik Hong Jung Eun and Hong Mi Ran
Genre: Romance, Drama,Hurt/Comfort
Warning: Shounen Ai, BL, Yaoi, Slash, Non-Canon, AU, OOC,OC, Smut, Badfic, Many Typo (s) maybe, dll….
Read and Review please? *tampang memelas bak anjing kecil, #Plaak.
Summary:
"Kebohongan hanya akan menyakiti diri sendiri, kekasih, orang terdekat dan juga orang lain. Namun, apakah kejujuran yang tersembunyi dibalik sebuah kebohongan sama dengan kebohongan itu sendiri? Jika seseorang yang melakukan kebohongan untuk menolong orang lain itu apakah dibenarkan? Mengapa yang selalu lebih tersiksa adalah si pembuat kebohongan itu sendiri?"
Qqq Chapter 01 Qqq
"AYAHHHH!" terdengar sebuah teriakan yang sangat-sangat menggetarkan lubang telinga orang yang mendengarnya. Hari masih sangat pagi untuk orang-orang beraktivitas, lihat saja, jam masih menunjukkan pukul 06.00 A.M. Tapi seorang pemuda manis berambut pirang sudah memulai aktivitas paginya yang kini ditekuninya sejak kurang lebih 7 bulan yang lalu, kalian tahu apa yang sedang dilakukan oleh pemuda ini? Jawabannya LARI, ya, pemuda yang tengah berlari mengejar seseorang didepannya. Jika orang lain yang melihatnya mungkin akan segera menyingkir dari jalan yang akan dilewati oleh pemuda ini, mengapa tidak, tentunya orang-orang akan sedikit ngeri bila melihat seorang yang berlari seperti kesetanan sambil membawa sebuah penggaris berukuran 100 cm itu dan dengan hanya memakai piyama, berlari mengelilingi kompleks sebuah perumahan yang terbilang jauh dari kata ELITE.
"Selamat Pagi Naruto!." Ucap seseorang pemuda dengan rambut style mangkoknya dan memakai pakaina ketat berwarna hijau.
"Pagi juga Lee." Ujar Naruto membalas sapaan dari pemuda bernama Lee itu, masih tetap menekuni kegiatan berlarinya. Lee yang melihat 'Acara rutin di pagi hari' sahabtnya itu hanya tersenyum, hal itu sudah biasa baginya yang mungkin juga bagi orang-orang yang mengenal pemuda yang tengah berlari bernama Naruto itu.
"AYAHH, SIALAN! KEMARI KAU!" teriaknya masih sambil berlari mengejar seorang laki-laki yang perawakannya mirip Naruto, yang disinyalir adalah ayah dari si pemuda pirang ini.
"TIDAK.. KALAU AYAH BERHENTI NARU CHAN PASTI MEMUKUL AYAH…!" teriak balasan dari sang ayah yang bernama Namikaze Minato itu.
"BERHENTI KUBILANG AYAH SIALAN! DAN JANGAN PANGGIL AKU DENGAN SEBUTAN ITU!" teriaknya yang kini benar-benar marah terlihat dari ekspresi wajahnya yang merah sangat merah apalagi ditambah ia sedang berlari saat ini masih mengacung-ngacungkan penggaris ditangan kanannya.
"TIDAK!"teriak Minato yang kini semakin takut akan perlakuan putranya itu padanya, bisa-bisa ia tak bisa melihat matahari terbit lagi esok hari. Ditambahnya kecepatan berlarinya.
"Haa..lagi-lagi.. mereka main kejar-kejaran. tch" komentar orang-orang yang melihat acara rutin keakraban sang ayah-anak ini.
Beberapa menit berlalu…
"Haa… hh.. hhaah.. haaa.. " suara deru nafas dari Minato, sang ayah.
"Haa..hhaa.. tsk.. sialan.. aku lelah ayah brengsek!" seru Naruto, sang anak, yang juga masih mengatur nafas yang menderu akibat acara lari paginya bersama sang ayah.
"Hhha… ayah kan sudah bilang berhenti, tapi Naru chan tak mau berhenti." Ujarnya yang kini nafasnya sudah mulai normal kembali, masih menyenderkan punggungnya pada sebuah pohon yang ada dibelakangnya.
"Bagaimana bisa aku berhenti kalau kau lagi-lagi berhutang pada rentenir itu, Ayah macam apa kau hah?! Mengapa kau selalu membuatku susah!" kali ini suara jeritan Naruto terdengar sedih. Ia tak lagi mengejar sang ayah karena tenaganya juga sudah sampai batas, jaraknya kini dengan sang ayah hanya beberapa meter saja. Ia masih berusaha mengatur nafas, menyangga tubuhnya yang kelelahan dengan kedua tangannya.
"Maaf Naru chan, tapi Ayah tak bisa lepas dari yang namanya hutang…" ucap Minato pada Naruto, tak ada nada penyesalan sedikitpun di kalimatnya itu. Membuat sang putra menatap tajam kearahnya.
"Makanya jangan membeli barang laknat itu lagi! Sudah berapa banyak uang yang kau habiskan hanya untuk membeli barang itu hah?! Dan kau, bukan kau yang membayar semua hutangmu, tapi aku! Aku! Kalau kau yang berhutang mengapa aku yang mesti membayar? Kau pun tahu aku hanya seorang pemuda yang masih berusia 20 tahun, aku masih ingin menggapai cita-citaku, bukannya terlibat masalah hutang piutang dengan rentenir rentenir sialan itu!" seru Naruto masih dengan amarah yang mencuat keluar.
"Tapi hanya kau yang bisa membantu Ayah, Naruchan.. Maaf ya? Ayah rasa sekarang Ayah pergi dulu, Daa, Naruchan… Hati-hati ya.." ujarnya sebelum berlari meninggalkan sang putra yang masih menatapnya cengo.
"SIALAN KAU PAK TUA! KEMBALI!" teriaknya begitu melihat sang ayah mengambil langkah seribu dari hadapannya. Ia ingin menangkap pria itu, mencekiknya, mengikatnya di pohon kelapa, kemudian menghanyutkannya ke laut, mengikat kakinya dengan batu besar dan lain lain, namun sayang ia tak bisa, saat ini tubuhnya masih lemas belum pulih dari acara berlari paginya itu dan juga ia masih sayang pada pria itu, bagaimanapun juga pria itu tetap ayahnya, ayah kandungnya.
Ia hanya bisa terduduk menatap tanah kosong didepannya, hanya angin yang berhembus membawa dedaunan bersamanya. Ia meratapi nasibnya, punya ayah pemabuk sejak ibunya pergi meninggalkannya menuju sang Kuasa, hidup miskin walaupun wajahnya terbilang tak cocok jika hidup miskin, dan juga punya hutang disana sini yang tentunya adalah perbuatan sang ayah membuat hidup miskinnya semakin tak tenang. Hanya helaan nafas yang keluar dari bibir merahnya itu, tak ada yang bisa ia lakukan saat ini…
"Naruto?" sapa seseorang pemuda manis bernama Inuzuka Kiba, sang sahabat.
"Ada apa? Aku sedang malas hari ini." Balas Naruto yang melangkah lemas disamping sang sahabat tanpa menatapnya sedikitpun.
"Hei, hei, pasti kau bermain kejar-kejar lagi dengan Paman Mina ya?" ujarnya sambil mencolek lengan Naruto.
"…." Hening, Naruto terlalu lemas untuk menghadapi ucapan sang sahabatnya itu. Ia tetap meneruskan langkahnya menuju kerumahnya, tempatnya saat ini yang menurutnya sangat aman untuk kembali melanjutkan acara tidurnya yang terganggu tadi.
"Tsk, dasar kau ini, setidaknya jawab pertanyaanku dong. Huh." Ujar Kiba sambil mengelus Akamaru sang anjing kesayangan digendongannya itu.
"Haa….." hanya helaan nafas yang terdengar dari Naruto.
"Tsk, ya sudahlah, hmm.. hari ini kau berencana kemana Naru?" Tanya Kiba kini berjalan mengikuti Naruto dibelakangnya menuju kerah rumah sang sahabat.
"…" masih hening, Naruto terlalu malas benar-benar malas untuk mengahadapi semua omongan sahabatnya.
BRUKK
Tiba-tiba Naruto menghentikan langkahnya yang tentu saja membuat Kiba yang mengikutinya terbentur punggung Naruto.
"Owch.. sshtt.. apa-apaan kau Naru, berhenti menda-" ucapan Kiba terpotong karena sang obyek didepannya kini tengah menutup mulutnya dengan kedua tangannya.
"Mmmhh,..mmmm..mmmmm..mm" ujarnya tak jelas pada Naruto.
"Sstttt.. diam..!" bisik Naruto pada Kiba, yang masih menatapnya heran.
"Oh Shit! Kiba aku harus pergi, jangan katakan pada siapapun ok?!" ujarnya dengan suara pelan, kemudian ia melangkah mundur perlahan setelah dirasa cukup iapun berlari menjauh. Kiba hanya bisa diam dan bingung. Ada apa? Sampai sampai sahabtnya itu lari tunggang langgang begitu.
"Ada apa sih? Akamaru kau tahu?" tanyanya pada anjing dalam rangkulannya. Dan sang anjing hanya menatap bingung (?) pada sang majikan.
"Hei! Kalian menemukannya?" ujar seorang pria berpakaian hitam-hitam pada temannya.
"Tidak. Tak ada satupun tanda-tanda ia berada disini." Jawab salah satu temannya.
"Tch, Sial! Dia berhasil kabur lagi. Chk. Apa yang harus kita katakan pada bos?" umpat seorang lagi.
"Cari lagi, kita harus menemukannya. Hidup atau mati. Kita tetap harus menemukan kedua orang itu, Ayah maupun Anakknya. Mengerti?!" komando dari seorang laki-laki yang memiliki luka dipipi kirinya.
"Baik!" ujar orang-orang berpakain hitam itu.
-Tsuzuku-
