A/N: Yoho! Saya datang membawa sebuah fict crossover lagi. Gak tahu kenapa saya belakangan ini keranjingan bener bikin fict crossover.
Disclaimer: Hak cipta animanga Kuroshitsuji sepenuhnya adalah milik Yana Toboso. Sedangkan hak cipta animanga Hetalia adalah milik Hidekaz Himaruya. Saya tidak mengambil keuntungan materiil dalam peminjaman tokoh di dalam pembuatan fanfiksi ini. Bisa disebut remake dari beberapa novel karya Michael Crichton (Pirate Latitudes) dan L. Ron Hubbard (The Black Pirates).
Warn: Adult!Ciel, Human!Sebastian, penggunaan human name bagi tokoh Hetalia. Typo yang luput dari pengamatan. Multi chapter. Berlatar belakang era 1665.
.::Selamat membaca::.
Badai yang melanda Jamaika tadi malam meninggalkan jejak tidak menyenangkan di koloni Inggris di Dunia Baru itu. Pagi-pagi sekali, Ciel Phantomhive terpaksa mencium hawa lembab yang ada kala Sebastian membuka jendela demi menghilangkan rasa kantuk yang masih dirasa Tuan Mudanya. Menggerutu karena tadi malam dia tidak cukup tidur karena kembali terpana pada cerita misteri picisan karya seorang penulis di London sana, Ciel terpaksa turun dari tempat tidurnya dengan kepala yang terasa berat.
Sebulan lalu dia berulang tahun ke 27, dan beberapa bulan lagi tepat 2 tahun dia menjadi gubernur di Jamaika. Banyak yang berdecak heran saat Raja Charles menunjuknya untuk mengatur koloni kecil itu, karena bagaimana pun juga usia Ciel saat itu masih terlampau muda untuk menggantikan posisi sang ayah yang sebelumnya memimpin Jamaika, 25 tahun. Bahkan, diawal kedatangannya pun, penduduk banyak yang meremehkannya dan banyak dugaan bahwa Port Royal—lebih luasnya lagi Jamaika—akan kembali menjadi sebuah kota liar dimana bajak laut dan pencuri akan leluasa berkeliaran, merampok dan merampas.
"Selamat pagi, My Lord. Ini air putih Anda."
Ciel memiliki kebiasaan untuk segera meminum air putih ketika dia bangun pagi. Menghabiskan segelas penuh air yang diberikan Sebastian, Ciel berdiri dan berjalan ke jendela. Mengamati cuaca di kota pagi ini. Kediaman gubernur berada di atas bukit, dan berlantai 3—satu-satunya bangunan bersahaja di antara banyak bangunan yang dibangun dari kayu dan batu bata yang buruk kualitasnya. Ciel melihat jauh ke pelabuhan. Ada banyak kapal yang ditambatkan di dermaga, dan beberapa kapal yang masih belum merapat kemungkinan besar baru tiba setidaknya tadi malam dan sedang menunggu ijin berlabuh di Port Royal. Ciel bisa melihat perahu panjang yang diturunkan dari kapal yang melepas sauh di antara batu karang yang muncul dari permukaan laut itu.
Seperti pagi-pagi di hari yang biasanya, dermaga menjadi awal mula kesibukan Port Royal. Para pedagang bersiap-siap melakukan rutinitas jual beli di pasar dermaga. Setelah itu, mata biru Ciel menelusuri jalan yang becek dan kotor dari dermaga menuju kota. Puluhan pemabuk dan mayat yang terkapar di lumpur-lumpur di jalan diseret oleh petugas patroli pagi. Pandangan Ciel beralih, memandang pekerja yang mematikan lampu-lampu jalanan yang dinyalakan pada malam sebelumnya, juga pada kereta yang mengangkut air bersih dan bahan makanan mentah menuju kediamannya. Selain itu, jalanan Port Royal masih sepi.
Sebastian masuk kembali ke kamar Ciel dengan membawa peralatan mandi untuk sang gubernur muda. Sebuah mangkuk besar berisi air mawar, dan dua mangkuk kecil lainnya serta sebuah kain memenuhi kereta dorong yang dia bawa. Ciel membasahi rambutnya saat Sebastian menyemprotkan minyak wangi untuk mengawali pagi sang Tuan.
"Hari ini Tuan Muda harus menghadiri eksekusi hukuman gantung di High Street."
"Ah. Aku ingat itu." Ciel kembali membasahi rambutnya dengan pasta lidah buaya.
Lima hari lalu, Azzurro Vanel, seorang gelandangan Italia dihukum karena sudah menyerang dan membunuh banyak orang di pemukiman wilayah bagian barat Jamaika, Negril. Vanel dijatuhi hukuman gantung di High Street, ditonton oleh banyak masyarakat di sana. Hukuman itu sekaligus sebagai pelajaran dan ancaman kepada semua orang agar tidak berani melakukan kejahatan serupa di tanah koloni Inggris tersebut.
"Eksekusi yang menyebalkan." Ciel mengeluh. Hal itu merupakan konsekuensi jabatannya yang membuat dia wajib menghadiri eksekusi yang membosankan dan terlampau formal yang sangat tidak disenangi oleh seorang Tuan Muda Phantomhive.
Air mawar menyapu kepala Ciel. Sebastian membantu menyuci rambut Ciel. Dengan lembut dia mengusap rambut sang gubernur muda hingga lengket karena pasta lidah buayanya hilang.
"Berita apa yang kau dapat hari ini, Sebastian?"
Ciel mengeringkan rambutnya dengan handuk, dan mematut dirinya di depan sebuah cermin besar yang sudah ada di kediaman itu sejak ayahnya menjadi gubernur. Ciel menggosok gigi dengan jari yang sebelumnya sudah dia celupkan ke campuran buah delima, susu kelinci, dan pir matang.
"Kapal dagang yang baru tiba tadi malam bernama Schorcher, My Lord. Kapten Mathias Kohler yang membawanya."
Ciel bergumam sekali seraya berkumur dengan air bunga, lalu meludahkannya. Mengeringkan gigi dengan kain pembersih gigi yang sangat nyaman ketika digunakan, dia beralih pada Sebastian yang telah menyiapkan pakaian yang akan Ciel kenakan untuk upacara pagi itu. "Kuharap dia membawa barang yang bagus. Aku akan mengajaknya makan malam nanti, Sebastian."
Sebastian menjawab bahwa dia akan menyediakan makan malam untuk tuannya dan tamu mereka nanti.
"Aku juga akan ke pelabuhan untuk melihat apa yang dia bawa."
"Apakah Anda ingin menunda hukuman gantung Vanel?"
"Tidak." Ciel menjawab dengan datar. Sebastian membantu Ciel mengenakan pakaian formalnya. Sebuah jubah sutera putih yang halus, yang kemudian ditutupi dengan doublet—jaket berkancing—beledu biru tua yang dijahit dengan kaku dan bahannya sangat panas. Ciel juga memakai kaus kaki birunya, dan topi bulu terbaik milik Ciel melengkapi penampilannya hari itu.
Pakaian yang dia kenakan sangat panas, apalagi cuaca di Port Royal yang akan segera berubah dari lembab ke panas kala matahari sudah benar-benar terbit, membuat siapapun yang mengenakan pakaian itu akan sangat kegerahan dalam sekejap. Namun, pakaian itu harus dipakai jika menghadiri acara resmi dan itu merupakan salah satu hal yang membuat Ciel benci menghadiri acara formal.
Sebelum keluar dari kamarnya, Ciel sekali lagi melihat ke luar jendela. Jalanan Port Royal mulai ramai. Teriakan dari kota dapat terdengar hingga masuk ke kamarnya, dan itu merupakan pertanda bahwa kota itu sudah memulai kehidupannya untuk hari ini. Mata Ciel turun ke bawah, ke arah halaman dimana ada sebuah kereta kuda sedang menanti di sana. "Apakah itu Komandan Arthur Randall?"
"Benar, My Lord."
Ciel mendecih, mengeluh tentang betapa paginya Randall menjemputnya hari ini. Dia menuruni tangga istana dengan cepat, dan segera masuk ke kereta kuda Randall. Dia ingin segera mengakhiri pekerjaannya di luar agar dia bisa dengan segera melepas pakaian tidak nyamannya.
.::To be continued::.
