Dedicated for Tenten's birthday, March 9th
Ingatkah Kau, Ten?
©kosukefan – brainproject
…
Canon Universe. Neji POV. Lemon Implisit in second chapter. OOC :9. Don't like? Don't Read
…
Disclaimer:
Naruto © Masashi Kishimoto
…
"It is better to have loved and lost than never to have lost at all."
Samuel Butler
…
Kau masih ingat, Ten? Ketika 20 tahun yang lalu?
Waktu itu, aku dan kau, kita berdua, bertemu untuk pertama kalinya. Di antara meja-meja di akademi, mata auburn - mu itu menatapku untuk yang pertama kalinya. Rambut bercepol duamu itu membuatku tergila-gila tetapi sikap angkuhku tidak membuatmu seperti itu.
Kita berdua tidak mempunyai orangtua tetapi kau seolah tidak berlaku seperti satu anak yatim piatu. Kau malah seperti matahari. Penyayang dan senyummu yang merekah tanpa kebohongan yang tersirat di kedua bola matamu. Hatimu putih, bersih dan polos. Walau itu hanya pandangan orang-orang lain.
Aku memperhatikanmu setiap saat bahkan ketika orang lain tidak. Saat istirahat di akademi, kau selalu memberikan alasan ketika teman-teman menyebalkanmu itu mengajak makan bersama. Waktu itu, kau terlihat manis dengan usahamu untuk mengelabui mereka. Walau teman-temanmu itu bisa kau bohongi, tetapi aku tidak, karena aku mengetahuimu luar dan dalam. Aku tahu kau menangis di ayunan dan memperlihatkan bekal yang berhasil kau buat sendiri pada umur belia seperti itu kepada langit, berharap orangtuamu mendengar. Ya, orangtua yang bahkan tak kau ketahui namanya
Aku ingat di hari kelulusan kita. Kau menunduk dalam-dalam karena kau tahu tidak ada yang akan memelukmu dan merasa bangga atas keberhasilan yang kau dapat. Matamu berusaha menahan air yang hendak keluar saat kau perlahan memandang teman-temanmu yang sedang bercengkrama dengan orangtua mereka masing-masing. Hari itu, kau, Tenten, tidak menampakkan seulas senyum pun.
Pada saat itu, aku tidak mengatakannya kepadamu, tetapi Tenten, aku bangga padamu dan kau terlihat manis ketika mengerucutkan kedua mulutmu.
…
Kau masih ingat, Ten? Saat kita berdua diumumkan menjadi satu tim?
Waktu sang pembina genin memberitahukannya, aku merasa bahagia untuk pertama kalinya setelah Otou-san meninggal. Rasanya aku bisa melompat-lompat kegirangan jika aku tidak ingat bahwa aku adalah Hyuuga yang tidak boleh menampilkan emosi sedikit pun. Kulihat kau di ujung sana sedang tersenyum simpul. Sampai sekarang aku masih bertanya-tanya, mengapa kamu mau dengan Hyuuga Neji di timmu, dan pada saat itu, aku, yang merupakan anak paling naïf di dunia, berpikir bahwa mungkin Lee yang membuatmu terhibur.
Ketika kau berjalan bersama bocah berambut mangkuk tersebut, wajahmu terliht bersinar, berbeda dari terakhir aku melihatmu di auditorium saat kelulusan. Ingin rasanya kupeluk erat tubuhmu yang mungil itu.
"Aku ingin menjadi kunoichi yang hebat seperti Tsunade-sama!"
Kau masih ingat Ten? Kata-kata tersebut?
Senyum yang kauberikan itu membuat darahku mengalir lebih cepat dari yang seharusnya dan aku senang kau membuatku seperti itu. Senyummu itu berbeda dari kebanyakan orang. Jika perempuan itu akan merajuk seperti anak kecil, kau berbeda. Mandiri, murah senyum, dan tidak berlebihan. Kau selalu mempunyai perspektif yang berdasarkan kenyataan. Hal itu, entah mengapa, yang membuatku malah tertarik. Sosokmu yang serius itulah yang paling aku sukai.
Memang pada saat itu tidak ada yang menyadari tetapi, jika kau lebih memperhatikanku saat itu. Sebuah senyum terulas di bibirku.
…
Kau masih ingat, Ten? Saat kita menjalani Ujian Chuunin untuk yang pertama kalinya?
Kau kalah dari orang yang bernama Temari itu, dari Suna. Dia memang salah satu kunoichi terkuat tetapi aku melihat kau yang sudah berusaha dengan sekuat tenaga. Seorang Hyuuga pasti akan merendahkan seseorang yang kalah dari lawannya. Aku tidak melakukan hal tersebut kepadamu, tepatnya aku tidak bisa. Kau terlalu berharga untuk bisa kupojokkan.
Aku bertarung melawan Hinata-sama. Seperti yang kubilang kepadamu, aku benci kepadanya, tepatnya benci kepada semua Souke Hyuuga terlebih dia adalah calon penerus Hyuuga. Cih, orang selemah dia apa bisa memimpin klan terbaik di Konoha? Aku pikir tidak. Bagaimana dengan kau, Ten? Apa kau berpikir seperti itu juga pada saat itu? Kau dan aku tahu, betapa bodoh dan naifnya seorang Hyuuga Neji.
.
.
.
Aku kalah… dari Uzumaki Naruto. Ya, aku yang merupakan ninja terbaik di angkatanku dan memiliki nilai di atas Uchiha tersebut kalah, terlebih dari orang bodoh yang mengulang ujian akademinya tiga kali hingga akhirnya lulus. Aku, Hyuuga Neji, merupakan prodigy dari Klan Hyuuga yang paling disegani di Konoha kalah dari seseorang yang selalu memamerkan giginya saat tersenyum bodoh tersebut. Betapa memalukan, hah?
Naruto memukulku terus-terusan saat pertandingan. Dia terus menerus mencoba menyadarkanku bahwa takdir itu bisa diubah. Seberapa pedihnya takdir tersebut, manusia sepertiku juga bisa dikeluarkan dari sangkar dan mengubah takdirnya sendiri, bukan hanya menyalahkan keadaan pada orang lain. Awalnya, aku tidak percaya kata-kata yang begitu dalam dapat keluar dari mulutnya yang penuh dengan hal-hal konyol tersebut. Dia memberiku secercah harapan bahwa aku tidak akan selamanya menjadi bawahan dari para Souke dan dapat mempelajari beberapa ajaran dengan bebas, tidak sembunyi-sembunyi seperti sekarang. Uzumaki juga memberiku sedikit harapan, bahwa aku dapat memiliki Tenten tanpa harus dikeluarkan dari Hyuuga.
Saat pandanganku mulai mengabur, yang aku lihat bukan rambut kuning mencolok kepunyaan ninja tersebut, tetapi rambut coklat auburn dari perempuan yang selalu terlihat di pandangan mataku.
.
.
.
Entah mengapa, Uzumaki Naruto mempunyai daya pengaruh yang kuat. Terlebih lagi setelah aku kalah darinya, Hiashi-sama datang menjengukku. Dia bercerita tentang otou-san, tentang bagaimana dunia akan berbalik jika misalnya tou-san lahir terlebih dahulu. Hiashi-sama mengatakan bahwa dia sangat menyesal dan masih berkabung dengan kematian tou-san. Waktu itu tanda bunke milikku terlihat dari pandangan mata Hiashi-sama dan dia terlihat menyesal karena telah memberikanku tanda tersebut.
"Kau tahu, aku menyesal tidak dapat melindungi Hizashi waktu itu, seandainya saja aku lebih kuat,"
Kata-kata itu sangat membekas di benakku, terulang-ulang terus di setiap malam menjelang. Bagaimana jika aku tidak bisa menjaga orang-orang yang aku ingin lindungi? Bagaimana jika… Tenten harus pergi karena aku tidak terlalu kuat untuknya?
Ternyata benar apa kata Hokage ke-3 saat di Akademi, kau menjadi kuat karena ada orang yang kau lindungi.
Untukku, orang tersebut adalah Tenten. Ya, yang terpenting adalah dia.
…
Kau masih ingat, Ten? Misi untuk menyelamatkan Kazekage?
Kita terperangkap di penjara air Kisame. Kau mulai kesulitan bernafas saat aku melihatmu di dalam gelembung air. Peluh mulai keluar dari dahiku jika tidak dapat terhapus langsung oleh air di dalam sana. Aku khawatir-sangat khawatir dengan keadaanmu yang sudah di tengah kesadaran jiwamu. Jikalau kau dapat melihatku saat itu, aku yakin kau akan tertawa saat pandanganmu sampai ke mukaku yang sudah pucat pasi. Karena kau, aku berusaha keras untuk keluar dari gelembung udara sialan itu supaya kau dapat tetap hidup, supaya aku dapat melihat senyummu lagi. Ketika kulihat kau sudah tak sadarkan diri, aku mencoba untuk mencari lebih keras lagi, bahkan dengan Hakkesho Kaiten-ku.
Saat itu, kau memperlihatkan sisimu yang rapuh dan feminim kepadaku dan Lee.
Jikalau waktu itu tidak berhasil, apa yang akan terjadi?
Kau mungkin sudah… ah, aku tidak dapat membayangkannya, Ten.
Aku kembali tersadar, kau tidaklah sekuat penampilanmu. Kau tetaplah perempuan yang akan selalu pria jaga.
Ya, kau tetaplah perempuan dan aku sadar seharusnya dari dulu aku menjagamu lebih baik lagi bukan hanya melepaskanmu seperti burung tanpa tau bahwa kau sebenarnya butuh perlindungan dan… kasih sayang, yang selama ini tidak diberikan kepadamu oleh darah daging yang tidak kau ketahui siapa namanya.
Semenjak misi itu - Semenjak kita pulang dari misi tersebut, aku hanya dapat melindungimu dari para lelaki yang berusaha untuk menyentuhmu. "Neji, aku sudah besar dan berhak untuk memilih laki-laki yang tepat!" Kau menggerutu dan berkata seperti itu setiap kali aku membuat seorang laki-laki yang berusaha mengajakmu kencan terluka. "Hn," hanya itu jawabku dan itu membuatmu kesal lagi dan lagi denganku yang akan berakhir saat aku mendekapmu erat dari belakang. Kau tidak mengeluarkan protes atau menanyakannya kepadaku di hari setelahnya. Kau hanya diam dan aku sangat menikmati keheningan saat-saat tersebut.
Terlebih lagi, orang-orang tau bahwa kau itu masuk ke dalam teritori Hyuuga Neji dan aku menyeringai setiap kali aku mengingatnya.
Walau kau belum jadi milikku, tapi aku sudah memiliki jiwa posesif terhadapmu.
Menurutmu, aneh tidak, Ten?
…
Kau masih ingat, Ten? Perang besar itu?
Hinata-sama dan aku ditempatkan dalam satu tim sedangkan kau bersama Hiashi-sama. Bukannya aku meragukan kemampuanmu tetapi aku khawatir dengan Hiashi-sama yang mungkin merendahknmu dan kemungkinan kau akan meninggalkan hidup ini tanpa aku sempat mengatakan apa yang selama ini aku sembunyikan darimu. Kau tidak tahu, Ten, betapa campur aduknya perasaanku saat itu. Rasanya ingin mandi di es saja. Oke, itu berlebihan. Untuk lebih mudahnya, aku khawatir padamu sampai aku tidak bisa berbuat apa-apa?
.
.
.
He? Seorang Hyuuga Neji sepertiku tidak bisa berbuat apa-apa?
Hal itu bisa saja terjadi, karena, Tenten, kaulah yang membuatku bisa menjadi seperti ini
Ya, semua karena kamu, Ten.
.
.
.
Perang usai dengan kemenangan di bagian 5 negara besar. Kau tiba-tiba datang dengan luka-luka di sekujur tubuhmu. Aku takut klau kau kn pergi meninggalkanku. Seakan image-ku sebagai sang jenius Hyuuga luntur begitu saja sewaktu aku berlari ke arahmu. "Neji…" kau mengucapkan namaku dengan begitu pelan dan lembut sambil tersenyum padahal… aku sudah hampir gila karena pikiran yang sudah berkecamuk dan emosi yang bercampur menjadi satu. Kau dengan perlahan dan tertatih datang dan jatuh di pelukanku. "Yokatta, kau tidak apa-apa, Neji," kata-kata yang keluar dari bibirmu itu benar-benar menusuk hatiku. Kakimu sudah lemas dan badanmu bisa terjatuh jika aku tidak memegang pinggangmu, tetapi senyummu itu tidak pernah hilang dari bibirmu dan kau bisa mengkhawatirkanku padahal keadaanmu jauh lebih buruk daripadaku yang hampir tidak terdapat luka. Mengapa? Mengapa kau bisa tersenyum saat melihatku? Bukankah aku tidak ada apa-apanya di matamu? "Tenten," dan saat aku memanggilmu, senyummu semakin lebar seolah-olah kau tenang waktu kau mendengar suaraku. Seakan-akan, kau mencintaiku. Aku merengkuhmu semakin erat dan erat, tak ingin kehilangan satu detik pun dalam momen ini.
Ya, aku tidak mau.
TO BE CONTINUED
A/N: Oke, sebenarnya pengen buat ini jadi one-shot, akhirnya jadi two-shot, kenapa? Karena saya hilang feel, sangat-sangat hilang feel terhadap NejiTen. Pairing ini makin punah di FNI dan saya makin hilang feel karena tidak ada fict yang bisa buat greget, yang ngembaliin feel saya ke NejiTen lagi. Jadi ayo, para penghuni FNI, buat suatu fict NejiTen, jangan biarkan pairing ini punah.
Satu hal lagi, saya tidak akan publish fic sampai bulan April selesai karena, yeah, saya UN SMP. Jadi, good bye. Tenang, saya masih review kok :9
Edited for writing problems and typo. Maaf keyboard 'a' di laptop saya susah diteken =="
Mind To Review?
