Disclaimer : Naruto bukan milik saya! Kalau punya saya, mereka pasti jadi anak sekolahan. Jadi, Naruto punyanya mbah Masashi Kishimoto, tuh.

Naruto dan Dunia Avatar © Ru Unni Nisa

OC (selain Gina, Arashi, dan Gin adalah milik saya) © Readers yang sudah baik hati meminjamkan OC mereka

Warning : Sekuel dari 'Teman' ; AU, OOC, OC, Khayalan Tingkat Tinggi, Don't Like Don't Read

.

.

Rasa sakit yang ia rasakan dari punggung yang menembus keperutnya sama sekali tak tertahankan. Ia tahu, ini adalah akhir. Akhir dari hidupnya, akhir dari seorang Platinumer. Dan awal bagi generasi yang baru.

Dari kegelapan gua di hutan, ia tersentak, menahan sakit yang ia rasakan. Pelan – pelan, ia merasakan logam tajam yang menembus perutnya. Dengan teror, ia meraih pegangan dari pedang tersebut. Dan dengan sebuah sentakan perih, pedang itu akhirnya terlepas dan kini darah merah yang bebas keluar dari luka.

Terengah – engah, ia hanya bisa bertahan dengan berlutut. Memperhatikan pedang terkutuk menjadi akhir baginya. Ia baru saja akan ambruk ketika ia melihat cahaya yang menyilaukan didepan matanya.

Menutup matanya dengan tangan yang bermandikan darah, ia dapat melihat cahaya itu berkumpul menjadi satu dengan alunan yang indah, menjadikannya sesosok manusia, wanita.

Wanita cantik dengan rambut pirang panjang bergelombang yang indah dan iris hijau yang membuat siapapun mengira ada hutan suci didalamnya. Mengenakan sehelai kain putih polos bagaikan gaun, wanita itu melangkah mendekatinya.

"Prima-sama." Ucapnya menunjukkan rasa hormat dapat bertemu dengan leluhurnya.

"Volla, panggil aku Volla, generasiku. Itulah namaku." Suara yang bagaikan lonceng itu terbebas dari bibir wanita cantik itu.

"Volla-sama, apa ini sudah akhirku?" Tanyanya.

Volla mengangguk pelan, dengan raut wajah yang sedih. "Maafkan aku, generasiku. Tapi, generasi yang baru sudah saatnya."

"Tak apa, Volla-sama. Ini sudah takdirku." Ia tersenyum. "Lalu, bagaimana dengan anak dan istriku? Apakah mereka baik – baik saja?" Tak ada jawaban dari Volla, dan seketika ia tahu apa maksudnya. Wajahnya yang sudah pucat, semakin memucat. "I-itu tidak mungkin, bukan Volla-sama?"

Raut cantik Volla tiba – tiba tergantikan dengan sedih yang teramat dalam. "Maafkan aku, generasiku."

"Ti-tidak mungkin. I-ini tidak mungkin!" Tanpa sadar ia membentak, "Anakku yang malang, istriku..." Ia bergumam ringkih. Membayangkan masa depan anaknya yang berbahaya.

"Aku benar – benar minta maaf."

Tak ada diantara mereka yang berkata lagi. Hingga akhirnya ia mengatakan sesuatu.

"Akankah kau mau berjanji, Volla-sama?"

Volla menatap generasinya, tidak yakin ingin menjawab apa.

"Maukah kau berjanji bahwa anakku tidak akan melupakanku?"

Volla tersenyum lembut, "Tentu, generasiku. Aku akan memberinya ingatanmu dan istrimu, bahwa betapa ia dicintai orang tuanya."

Air mata keluar dari matanya, betapa ia ingin membesarkan anaknya. Bayi mungilnya, hingga mendapatkan Avatar yang selalu menemani dan mengajarkannya. "Baiklah, Volla-sama. Aku terima dengan sepenuh hati, siapapun penerusku."

"Terima kasih. Istirahatlah untuk terakhir kalinya, generasiku."

Dengan bisikan itu dan tiba – tiba tubuhnya terasa ringan. Ia dapat melihat bagaimana tubuhnya terkikis menghilang dengan adanya cahaya. Dengan senyum rindu terpasang diwajah pucatnya, ia menghilang, meninggalkan sebuah dentingan dari pedang yang jatuh diabaikan di gua yang tak tersentuh.

~oOo~

A/N:

PERHATIAN! Harap dibaca, supaya tak ada kesalapahaman.

[1] Ini adalah fic yang kembali ditulis dari fic The World of Avatar. Ini bukanlah sequel, melainkan hanya perbaikan. Kenapa? Saya mengetahui terdapat persimpangan di alur fic sebelumnya dan terdapat beberapa yang error. Sepertinya tidak akan mungkin untuk merevisi di fic sebelumnya. Untuk itu saya membuat yang baru.

[2] Ketika fic sebelumnya memiliki alur yang lambat, maka yang ini akan memiliki alur yang cukup cepat, demi meminimalkan chapter yang tidak perlu. Saya juga kadang tidak terlalu suka fic dengan chapter segudang.

[3] Apabila dalam The World of Avatar memiliki bahasa yang berbeda – beda dalam melancarkan mantra/jurus atau apapun itu, disini akan dalam satu bahasa. Ini juga lebih efektif dalam mengingat kalimat tersebut.

[4] Saya mengucapkan minta maaf sebesar – besarnya terhadap hal ini. Saya sangat menyesal ketika mengetahui kesalahan saya yang mungkin tidak bisa diperbaiki lagi. Saya benar – benar minta maaf.

So, Pastikan meninggalkan jejak! Baik Review, Fav, Follow!

Ru Unni Nisa

Sign Out

Jaa ne~