PINK YELLOW ROMANCE
Summary: Sakura dan Naruto adalah host dalam sebuah acara reality show, pink yellow, yang selalu mengerjai bintang tamu untuk membuka semua sisi kehidupannya. Tapi bagaimana jika yang menjadi bintang tamu pada episode ke 38 adalah Uchiha Sasuke –cinta pertama Sakura, yang notabenenya bukan seorang artis? Ini adalah episode untuk mengerjai Sakura.
Sakura bermacu motor maticnya di atas kecepatan rata-rata yang masih mampu ia capai. Beberapa kali ia mengumpat menyebutkan nama beberapa orang yang entah siapa dan juga mobil-mobil yang menghalangi jalannya yang entah milik siapa. Meliuk melewati beberapa mobil di jalan utama kota Tokyo, akhirnya ia membelokkan motornya memasuki sebuah pekarangan luas milik sebuah gedung besar di depannya kini.
Channel 8, Rainbow TV.
Selamat datang di dunianya sebagai host.
.
.
Naruto by Masashi Kishimoto
Question of Life story by Aegyo Yeodongsaeng
Genre : Romance, humor
.
.
.
Sakura berlari menyusuri koridor panjang yang ada di gedung itu untuk menuju tempat teamnya biasa berganti pakaian dan mempersiapkan segalanya. Namun, saat ia berbelok di persimpangan koridor, saat itulah matanya seperti menangkap siluet orang itu.
Orang yang pernah mampir di hidupnya.
Dulu.
Langkahnya terhenti, saking terkejutnya ia. Ia menoleh untuk mencari siluet tadi. Ia tidak begitu yakin, karenanya ia ingin memastikan. Menoleh ke kanan dan kiri, ia tidak menemukan sosok yang dicarinya.
Apa itu hanya perasaannya saja?
Tunggu dulu.
Untuk apa ia mencarinya –lagi?
Sakura tersenyum pahit. Ya, itu benar. Kenapa ia mencarinya lagi? Bukankah ia yang menginginkan untuk pergi dari orang itu?
Ia menghela nafas. Lagipula untuk apa orang itu ada di sini? Ini stasiun TV bukan pabrik pembuatan mobil.
Ia tercekat mengingat stasiun TV tempatnya bekerja. Sial. Kenapa ia malah mencari-cari orang yang tidak jelas? Sementara ia sudah hampir terlambat datang ke tempat kerjanya, yang membuatnya berlari-lari dari tadi?
Ukh...
Ini semua gara-gara SHikamaru, yang memaksanya menemani pemuda itu membeli sesuatu yang tidak jelas yang pada akhirnya tidak terbeli juga. Sakura gemas dengan pemuda itu.
Segera saja ia menepis pikirannya yang tidak jelas saat matanya menangkap sebuah pintu di hadapannya yang bertulis "pink yellow's room". Yah, dia adalah salah satu host dari reality show yang sedang naik daun tersebut. Segera saja ia mendobrak masuk dan langsung menjadi objek tatapan oleh semua orang di ruangan itu.
Entahlah.
Hanya perasaannya atau memang itu memang kenyataan, ia merasa ada aneh dengan tatapan rekan-rekannya itu. Ada yang senyum-senyum tidak jelas. Ada yang menatapnya iri. Ada yang menatapnya prihatin. Dan ada yang menatapnya seperti orang patah hati.
Termasuk bocah yang satu ini.
Naruto.
Dua tahun bersama bocah yang dua tahun lebih muda darinya itu membuat Sakura mengerti ada sesuatu yang terjadi pada Naruto. Dan meskipun bocah itu memang tidak tahu sopan santun karena tidak pernah menganggap Sakura lebih tua darinya, Sakura selalu menyayanginya.
"Ada apa denganmu, baka?"
Naruto tidak menjawab dan masih menatap Sakura dengan tatapan sedihnya.
"Sakura-chan, kalau nanti kau menikah..."
"Apa yang kalian lakukan! Cepat keluar! Lima menit lagi kita on air!" seru Tsunade –Produser acara pink yellow, memotong ucapan Naruto sambil menjitak kepala pemuda itu, membuat sang pemilik kepala meringis. Bukan hanya karena jitakan Tsunade, tapi juga karena pelototan mematikan nan mengancam bibinya itu.
Sakura sendiri yang tadinya sedikit heran dengan kata-kata Naruto, tentu saja panik mendengar suara cetar membahana milik Tsunade. Spontan saja ia langsung membenahi pakaiannya dan sedikit memoleskan bedak di pipinya. Untung saja ia langsung tanggap waktu di ajak Shikamaru tadi, dengan langsung memakai pakaian dan aksesoris serba pink. Karena ia mendapat firasat akan terlambat karena ulah pemuda itu.
"Tsunade-sama, mana scrip episode 38? Tadi aku menelepon si baka Naruto, untuk menanyakan inti dari scrip episode kali ini. Tapi entah kenapa ia tidak mengangkat telepon dariku," tanya Sakura sambil melotot menatap Naruto.
Naruto nyengir sambil menggaruk-garukkan kepalanya panik menatap ke arah Tsunade. Tsunade berdehem sebentar sebelum kemudian menjawab pertanyaan Sakura.
"Sudah tidak ada waktu untuk mempelajari scrip, Sakura. Tenang saja. Kali ini biar Naruto yang memimpin,"
Sakura menatap Tsunade tidak percaya.
Apa? Si baka itu yang memimpin? Seluruh dunia juga tahu, Naruto adalah host pembawa masalah. Dan sekarang dia yang memimpin episode kali ini? Pasti ada kekacauan kalau hal itu terjadi.
"Tapi Tsunade-sama..."
"Tenang saja! Kalau si baka itu membuat masalah, aku akan potong honornya," ancam Tsunade seperti paham maksud Sakura sambil melirik sadis pada Naruto.
Naruto hanya bisa nyengir horor mendapat dua kali tatapan mengerikan dari sang Produser tersebut. Ia menghela nafas. Hey, kenapa ia yang jadi korban dari kebiadaban bibinya itu?
Ada sesuatu yang akan terjadi hari ini.
Dan Naruto tahu itu.
"Sudah! Cepat kalian sekarang berdiri di belakang panggung! Sekarang!" teriak Tsunade memberi intruksi. "Yang lain juga cepat bersiap!"
Sakura dan Naruto mengambil posisi berdiri di belakang panggung.
"Ingat, Sakura. Ini adalah siaran langsung. Kau harus melakukan apa yang Naruto intruksikan padamu. Jangan buat malu dan menjatuhkan rating acara ini! Kau mengerti?"
Sakura mengagguk mantap. Naruto menghela nafas pasrah.
Yah, biarlah semua berjalan seperti yang sudah seharusnya terjadi.
.
.
.
.
.
"Camera ready and..."
"ACTION!"
"Hello, minna-san!" teriak mereka berdua bersamaan dengan nada yang gembira nan ceria. Sakura tersenyum lebar sebelum kemudian mengambil posisi sebagai orang yang memimpin salam perkenalan.
"Jumpa lagi dengan saya, Haruno Sakura, Pink girl yang super sweet, ..."
"Dan saya, Uzumaki Naruto, Yellow boy yang super cute..."
"Dalam acara yang paling di nanti abad ini... Pink Yellow!" teriak mereka akhirnya bersamaan. Riuh tepuk tangan mengiringi salam pembukaan tersebut.
"Kau tahu Pink-chan? Hari ini adalah hari yang spesial, loh! Karena hari ini kita akan mengundang bintang tamu yang lain daripada yang lain dan sedikit berbeda dari episode-episode sebelumnya..."
"Benarkah?" Sakura menampilkan wajah yang dibuat seolah-olah sangat penasaran. "Siapa sih... siapa sih, Yellow-kun?"
Naruto nyengir super lebar.
"Pink-chan, kau pasti akan terkejut luar biasa dengan bintang tamu yang akan kita kerjai habis-habisan kali ini..."
Oke, Sakura jadi benar-benar penasaran sekarang.
"Oke, bagaimana kalau kita langsung panggil saja?"
Naruto meringis mendengar kata-kata Sakura itu. Sepertinya gadis itu benar-benar menjadi penasaran sekarang. Sayang, rasa penasarannya itu yang akan membuatnya menggali kuburan sendiri.
"Baiklah... baik... tapi sebelumnya, coba lihatlah wajah para gadis yang selalu memuja pangeran mereka itu..." ucap Naruto sambil menunjuk beberapa gadis yang langsung menjerit histeris karena di tunjuk oleh idola mereka.
Sakura mendengus kecil melihat kenarsisan patner hostnya itu.
"Aku harap, setelah aku memanggil bintang tamu kali ini, kalian tetap setia padaku, oke! Para kekasih Uzumaki Naruto!" teriak Naruto dengan semangatnya.
"KYAAAAA! SELALU SETIA, NARUTO-KOI!" jeritan histeris para fansgirl Naruto mau tak mau membuat Sakura memutar bola matanya bosan.
"Dan aku harap Pink-chan kita ini juga tidak terbuai olehnya, oke?!" teriakan Naruto yang disambut tepuk tangan antusias dari penonton.
Namun, sesaat setelah mengatakan hal tersebut, wajah Naruto memucat karena tiba-tiba secara tidak sengaja matanya bersiborok dengan mata Tsunade yang sedang memegang sebuah whiteboard kecil bertuliskan 'Jangan bicara yang macam-macam, langsung panggil saja dia'.
"Kau membuatku penasaran, Yellow-kun. Bagaimana kalau kita langsung panggil saja bintang tamunya kali ini?" kata Sakura dengan nada malasnya. Seolah memberi sinyal pada bocah kucing tersebut untuk langsung pada inti acara hari ini.
"Ha... ha... ha..."
Naruto tertawa kaku sambil menggaruk kepalanya menetralisir kegugupannya.
"Baiklah! Ini dia! Bintang tamu kita yang ketampanannya berada di bawah level Uzumaki Naruto..."
Sakura meringis mendengarnya.
"Kita panggilkan..."
Kali ini Sakura yang berteriak heboh. Tidak ingin Naruto terus menerus menebar virus narsisnya.
"Uchiha Sasuke!"
"Eh?!"
.
.
.
.
.
.
.
Sasuke mendengus menatap dua orang konyol di depannya itu dari balik layar. Pink girl? Yellow boy? Menjijikan. Kalau Sakura, mungkin masih pantas. Tapi kalau bocah pirang itu? Ia mendengus dua kali lebih keras lagi saat melihat kenarsisan Naruto. Dasar norak. Lebih norak lagi fansgirls yang meneriakinya.
"Kita panggilkan..."
"Uchiha Sasuke!"
"Eh?!"
Namun, kali ini ia harus tersenyum tipis melihat keterkejutan gadis pink di hadapannya kini. Sangat tidak elite. Dengan langkah pelan ia berjalan menuju keduanya. Suasana hening seketika. Bahkan tidak ada yang menyadari teriakan Sakura.
"Kyaaaaa! Kawai!"
"Siapa itu?! Dia tampan sekali!"
"Siapa namamu, tampan?!"
Naruto menghela nafas mendengar teriakan-teriakan histeris dari para fansgirlsnya. Benar dugaannya. Mereka pasti terpikat ketampanan Sasuke. Dasar pembual. Katanya setia?
"Ohayou, Uchiha-san," sapa Naruto profesional.
Sasuke hanya ber-hn-ria, menatap Naruto sekilas kemudian beralih menatap Sakura yang masih melongo menatapnya. Naruto yang menyadari arah pandang Sasuke, kemudian menyenggol Sakura. Sakura mengerjab sadar. Dengan panik ia tersenyum kikuk dan menyapa Sasuke.
"O... ohayou, Uchiha-san,"
"Sebagai seorang teman lama, seharusnya kau ingat kan bagaimana kau memanggilku, Sakura?"
Sakura melotot. Suasana hening seketika. Terdengar bisik-bisik penonton yang menanyakan maksud dari kata-kata Sasuke itu. Naruto meringis.
"A..ah... minna-san! Episode kali ini aku katakan spesial karena bintang tamu yang diundang adalah request dari penonton setia Pink Yellow!,"
Sakura yang mendengar kata-kata Naruto, menoleh panik ke arah pemuda itu seolah minta penjelasan. Namun yang ia dapatkan adalah kode dari Naruto untuk mengikuti alur yang ia bawa. Dengan grogi ia mencoba kembali untuk profesional. Ia kembali memasang senyumnya yang paling ceria.
"W.. wow, benarkah?"
Ia menatap ke arah kamera.
"Kalau begitu selamat buat kamu Pink Yellow Lover yang sudah mau request untuk bintang tamu kali ini, karena request kamu sudah dikabulkan oleh Team Creatif..." ucapnya sambil melakukan gerak-gerak luwes khas seorang host di depan kamera. Naruto tersenyum lebar.
"Yah, dan jika kamu bertanya-tanya apa maksud kata-kata Uchiha-san tadi, mungkin kita bisa tanya langsung pada Pink-chan. Apa hubunganmu dengan Uchiha-san, Pink-chan? Cie... cie... cie,"
Sebenarnya yang berusaha profesional di sini bukan hanya Sakura. Narutopun sebenarnya sangat tidak menyukai situasi ini. Bahkan ledekannya tadi diucapkannya dengan tidak iklas. Oke, siapa yang suka gadis yang menjadi incarannya, di-cie-in dengan pemuda lain? Apalagi pemuda itu juga adalah orang yang sama yang sudah merebut perhatian fansgirlsnya. Huh, kalau bukan karena profesionalitas, mungkin ia akan menendang pemuda itu jauh-jauh.
Sakura sendiri langsung melunturkan senyum cerianya, lalu menggantinya dengan ringisan syok. Ia mendelik sempurna pada Naruto yang dijawab pemuda itu dengan tatapan yang seolah mengatakan 'Profesional, Sakura. Profesional!'. Mau tidak mau, Sakurapun kemudian tersenyum salah tingkah di depan kamera.
"Ah... ha... ha... ha, baiklah minna, Uchiha-san adalah teman Pink waktu SMA..."
Terdengar suara penonton yang ber-oh-ria. Sakura mendengus kemudian. Baiklah. Ia harus profesional. Harus. Sasuke adalah bintang tamu request. Pasti ada penonton setia Pink Yellow di Kobe yang merupakan fansgirl Sasuke. Jadi ia harus menyenangkan penonton tersebut. Ia tidak boleh terbawa perasaannya. Lagipula wajar saja Sasuke diminta sebagai bintang tamu. Ia tampan, jadi pasti banyak yang memujanya.
Sakura menghela nafas.
Fansgirl ya?
"Baiklah, Uchiha-san silahkan duduk," kata Sakura ramah sambil menunjuk kursi di samping mereka.
"Bagaimana kalau kau tetap memanggilku dengan 'Sasuke-kun' sama seperti waktu SMA dulu?"
Sakura tidak tahu bagaimana bodohnya wajahnya sekarang. Mungkin setelah ini ia akan dibakar oleh para penonton disini.
"Ha... ha... ha... kau masih ingat masa lalu juga, Uchiha-san," jawab Sakura mencoba untuk tidak gugup.
"Jadi bisa kau panggil aku 'Sasuke-kun'?"
Sakura memandang Sasuke dengan senyum anehnya.
"Ba... baiklah kalau itu yang Sasuke-kun inginkan,"
Sakura menoleh ke arah penonton.
"Kamu semua yang di sini juga suka kan memanggil Uchiha-san dengan Sasuke-kun?!," seru Sakura riang diiringi teriakan dan tepuk tangan antusias dari penonton.
Sasuke mendengus. Dasar penjilat.
"Oke, sekedar info. Pink-chan disini tidak tahu tentang kedatangan Sasuke-kun. Ini adalah surprise yang di buat oleh fansgirl Pink-chan loh?! Cie yang punya fansgirl!
Sasuke mendengus saat mendengar Naruto ikut memanggilnya dengan suffix –kun. Sementara Sakura hanya meringis pasrah. Ia sama sekali tidak bangga mempunyai fansgirl. Justru ia ingin melenyapkan orang itu dari muka bumi ini. Siapa orang brengsek yang sudah mengusulkan lelucon ini?
"Daripada Pink-chan penasaran. Aku akan langsung saja memberitahu siapa sih Pink Yellow Lover yang merequest kedatangan Sasuke-kun kemari?"
Sakura berusaha memasang wajah penasarannya. Namun, mungkin kalau diperhatikan baik-baik, wajah malah lebih mirip wajah penuh nafsu membunuh daripada penasaran.
"Siapa sih dia? Senang sekali menjadi idolanya. Aku akan sangat berterima kasih padanya..." seru Sakura riang.
Dan setelah itu akan menghabisinya. Innernya menjerit-jerit kesal. Kurang ajar sekali orang itu.
"Orang itu adalah..."
Naruto membaca catatan di tangannya.
"Yamanaka Ino,"
Sakura menatap Naruto cengo.
Setelah itu ia tertawa aneh.
Naruto meringis melihatnya. Sedang Sasuke hanya tersenyum super tipis.
"Ha... ha... ha...Aku senang sekali! Sangat senang!"
Mungkin Sakura akan gila setelah ini. Ia tahu Ino. Sangat tahu. Lebih tepatnya sangat kenal.
"Ino-chan?! Terima kasih untuk kejutannya! Aku sangat terkejut! Sangat terkejut! Kau tahu?! ha... ha... ha..."
"Ha... ha... ha..."
Naruto ikut-ikutan tertawa aneh. Jadilah mereka duo Pink Yellow dengan tawa paling aneh sepanjang sejarah episode Pink Yellow.
Sakura paham sekarang. Ia paham apa yang sedang terjadi. Sangat paham. Lebih paham daripada yang Naruto kira.
Ada yang mencoba mengerjainya.
Ia tidak tahu siapa. Mungkin Naruto. Mungkin Team Creatifnya. Mungkin Tsunade. Mungkin Ino. Bahkan mungkin pemuda di depannya sekarang.
Ia melirik ke arah Tsunade yang sedang memegang sebuah whiteboard yang bertulis, 'Jangan buat rating acara ini jatuh, kalau kau tidak ingin dapat masalah!'. Ia mendengus. Tidak salah lagi. Produsernya itu pasti terlibat.
Baiklah kalau itu yang kalian inginkan. Ia akan mengikuti alur permainan yang ada. Terserah apa yang akan mereka lakukan. Tapi Sakura berjanji untuk tidak terjebak dengan apapun yang sedang mereka rencanakan padanya.
"Baiklah, saatnya segmen Kupas Tuntas! Sasuke-kun, jangan menyesal karena datang ke acara ini, karena kamu di sini akan dikupas habis-habisan sampai ke sum-sum tulangmu yang paling dalam!" seru Naruto mencoba mengembalikan suasana yang mulai menjadi aneh karena kata-kata Sakura tadi.
"Ha... ha... ha itu benar!"
Sakura tertawa sadis. Saatnya mengerjai balik pemuda itu.
"Banyak loh bintang-bintang tamu kita yang lainnya tidak mau lagi diundang datang kemari," kata Sakura sambil menyeringai puas. Namun, seringainya hilang saat mendengar kata-kata jawaban dari Sasuke.
"Tidak masalah. Lagipula untuk apa aku menyimpan sesuatu yang akan membuatku kehilangan sesuatu yang lain yang jauh lebih berharga?"
Heh? Apa maksudnya?
"Baiklah, sebelum memasuki segmen ini, kita akan lihat dahulu foto-foto Sasuke-kun tempo dulu,"
Naruto menunjuk sebuah layar LCD di belakangnya.
"Oke, tayangkan!" perintahnya kemudian yang diikuti oleh munculnya gambar-gambar yang membuat rahang Sakura jatuh.
Itu adalah foto-foto saat Sasuke ulang tahun dan ia membawakan kue ulang tahun yang bertulis 'Happy Birthday Sasu-koi'. Lalu foto di sebelahnya, Sakura yang mencium pipi Sasuke yang meliriknya cemberut. Sasuke menyeringai tipis melihat wajah syok Sakura. Suara berisik penonton membuat Sakura sadar dari kekagetannya. Sial. Siapa yang memberi foto-foto ini? Sakura mendengus. Siapa lagi kalau bukan Ino. Setelah ini Sakura akan mencari gadis itu.
"Wo... ho... ho...ho... apa ini Pink-chan? Mencium pipi Sasuke-kun? Benarkah kalian hanya teman lama? Sepertinya fansgirl Pink-chan bukan sembarang orang yah? Ia tahu betul siapa Pink-chan? Bisa kau jelaskan ini Pink-chan, Sasuke-kun?"
"Ha... ha... ha... itu hanya..."
"Itu foto ulang tahunku ke enam belas. Sakura adalah fansgirlku waktu itu," jawab Sasuke memotong kata-kata Sakura.
Sakura melotot ke arahnya. Percaya diri sekali orang ini. Sakura mencoba menenangkan dirinya. Ia tersenyum kaku.
"Ah, itu..."
"Dulu Sakura menyukaiku sebelum akhirnya ia meninggalkanku untuk kuliah di Jerman..."
Sakura menatap tajam ke arah Sasuke yang menatapnya balik dengan datar . Ia sudah mau membentak pemuda itu untuk menyuruhnya diam dan jangan mengatakan yang tidak-tidak, sebelum matanya menangkap Tsunade yang berdiri di belakang Sasuke memberi kode padanya dengan menunjuk whiteboard di tangannya. 'Ingat rating, Sakura!'.
Heran deh, kenapa Produsernya itu bisa berada di mana-mana? Seperti hantu saja. Sakurapun akhirnya hanya bisa mendengus kuat-kuat dan mencoba tetap tersenyum menahan emosinya. Bagaimanapun kamera berada di mana-mana. Wajahnya pasti sedang di close up oleh salah satu kamera karena ia menjadi obyek pembicaraan sekarang.
"Namun, yang tidak aku mengerti kenapa ia tiba-tiba pergi tanpa memberitahuku..."
Bisik-bisik penonton semakin riuh. Senyum Sakura berganti dengan senyum sinis. Ia menggeram dalam hati. Apa-apaan orang ini?
"Tapi itu semua memang layak aku terima..."
Sasuke menatap Sakura intens yang dibalas dengan tatapan sengit dari Sakura.
"Aku mengatakan sesuatu yang membuatnya mundur menjadi fansgirlku..."
"..."
"Dan itu adalah penyesalanku seumur hidup..."
"..."
"..."
"W ... Wow... ce.. cerita yang menarik ..."
Naruto ikut tegang saat mengetahui tatapan tajam Sakura untuk Sasuke.
"Bo.. boleh aku tahu apa yang kau katakan sehingga membuat Pink mundur menjadi fansgirlmu"
"Itu bukan sesuatu yang penting..."
"Aku mengatakan kalau aku tidak menyukai gadis yang berprofesi sebagai public figure..."
Sakura lagi-lagi melemparkan tatapan tajam pada Sasuke. Kata-katanya terpotong lagi oleh pemuda itu.
"Dan akhirnya aku tahu siapa yang lebih dicintai oleh Sakura..."
Sakura mengerutkan alisnya. Apa maksud pemuda ini?
"Sakura lebih mencintai pekerjaannya daripada aku..."
"Apa katamu?!"
Kata-kata sinis dari Sakura itu membuat Naruto sedikit kaget. Ia menoleh menatap Sakura serba salah.
Sakura menatap marah pada Sasuke. Pemuda ini benar-benar brengsek. Tidak tahu kah ia, bagaimana perasaannya saat ia mendengar kata-kata Sasuke waktu itu? Tahu kah ia, betapa hancurnya hati Sakura mendengar kata-kata Sasuke itu? Tahu kah ia, seberapa besar Sakura sudah mencoba membuang semua harga dirinya untuk menghadapi sikap tsunderenya itu?
"Apa itu belum cukup?"
Sasuke diam menatap Sakura.
"Apa belum cukup aku membuang harga dirinya untuk menjadi fansgirlnya?"
"..."
"Apa belum cukup aku membuang harga diriku untuk menghadapi sikap sombongmu itu?!"
Suara Sakura meninggi. Tsunade menelan ludah. Sepertinya kali ini Sakura tidak akan melihat whiteboardnya lagi.
"Tidak cukup kah aku yang patah hati karena penolakanmu itu?"
Sakura mengepalkan tangannya.
"Kau ingin aku lebih menderita lagi? Kau ingin mempermalukan aku di sini?"
"Apa yang kau bicarakan?"
Sasuke menatap Sakura yang menatapnya bingung. Gadis itu mengerutkan alisnya tidak mengerti.
"Apa?"
"Aku hanya menjawab apa yang ditanyakan pemuda pirang riang itu,"
Pemuda pirang riang? Rasanya Naruto ingin menjitak kepala jelek Sasuke yang sudah mengatainya demikian. Enak saja dia.
Sementara Sakura tercekat. Ia memandang ke penonton yang memandang aneh ke arahnya. Benar juga. Untuk apa ia marah. Sasuke hanya menjawab dari sudut pandangnya. Ini bukanlah saatnya untuk ia menjawab balik dengan emosional. Ini siaran langsung. Ia bisa mempermalukan diri sendiri.
Dengan panik ia menyenggol Naruto di sampingnya sebagai kode untuk meminta tolong pada pemuda pirang riang itu. Oke, sekarang ia juga ikut membenarkan kata-kata Sasuke. Naruto yang mendapat kode langsung tanggap.
"Oke, Pink-chan! Jadi kau mengakui kalau kau pernah mencintai Sasuke-kun? Wow... cerita yang sangat romantis bukan?"
Rasanya Sakura ingin sekali menghajar bocah pirang di sampingnya kini. Ia tersenyum mengerikan sambil melotot menatap Naruto.
Naruto yang mendapat tatapan mematikan dari Sakura tentu saja langsung bergidik ngeri. Langsung saja ia melanjutkan pertanyaannya untuk mengalihkan perhatian Sakura.
"La.. lalu Sasuke-kun. Setelah Pink-chan kembali dari Jerman, apa kau berniat untuk memperbaiki hubunganmu dengannya? Dari kata-katamu sebelumnya, kau bilang kau menyesal mengatakan 'tidak menyukai public figure', apa dapat diartikan kau ingin Pink-chan kembali padamu? Atau bagaimana?"
Sakura tambah melotot mendengar pertanyaan Naruto itu.
"Apa..."
"Pertanyaan itu mungkin lebih tepat kau ajukan pada Pink-chanmu itu,"
Lagi-lagi Sasuke memotong kata-kata Sakura. Kali ini ia tidak menatap wajah gadis itu. Entahlah. Sakura sedikit bingung dengan tingkahnya kali ini. Sasuke selalu menatap matanya setiap kali ia menjawab pertanyaan Naruto. Tapi kenapa kali ini tidak. Bukannya Sakura mengharapkan pemuda itu selalu menatapnya. Hanya saja ia merasa ada sesuatu yang aneh dengannya.
"Tanyakan apa maksud ia tidak kembali ke Kobe kota kelahirannya dan lebih memilih menetap di Tokyo?"
Alis Sakura berkerut. Apa lagi maksudnya ini?
"Dan tanyakan juga apa maksudnya tidak memberitahu kepulangannya ke Jepang bahkan pada Ino sahabat terdekatnya sendiri?"
Sakura tersenyum sinis.
"Bukankah itu merupakan tindakannya untuk melenyapkan aku dari hidupnya?"
Sasuke mengatakan kalimat itu dengan kata-kata yang dingin dan datar.
"Jadi pertanyaanmu itu yang bisa menjawab hanya Pink-chanmu itu,"
Naruto memandang mereka berdua bingung.
"Oh... be..begitu kah? Bagaimana Pink-chan?"
Sakura menoleh sengit ke arah Naruto yang langsung meringis mendapatkan tatapannya itu. Namun sesaat kemudian ia tertawa ceria.
"Ha.. ha.. ha.. Untuk apa kau tanyakan hal itu lagi Yellow boy! Bukankah Sasuke-kun sendiri sudah bilang kalau ia tidak menyukai gadis yang lebih mencintai pekerjaannya sebagai public figure daripada dirinya? Jadi pertanyaan itu sudah terjawab bukan?!"
Tapi bagi Naruto, tawa Sakura sangat menakutkan. Iapun hanya menggaruk-garuk belakang kepalanya panik.
"Ha... ha... ha... ka.. kau benar!"
Naruto menelan ludah grogi sebelum akhirnya membuka suaranya lagi.
"O.. oke... sepertinya segmen ini cukup sampai di sini. Dan kita akan lanjut dengan segmen selanjutnya yang kita sebut sebagai segmen..."
Naruto menggantungkan kalimatnya dan melirik Sakura. Mengerti arti lirikan pemuda itu Sakura kemudian tersenyum ceria. Ia bernafas lega karena telah terbebas dari segmen apa itu namanya tadi? Kupas Tuntas? Dia bahkan sampai melupakan segmen yang seharusnya sudah ia hafal luar kepala karena sering di laluinya. Tentu saja lupa. Siapa yang ingin mengingat segmen menyebalkan yang sepertinya malah cenderung mengupas tuntas tentang dirinya, bukan Sasuke. Huh, seumur hidup baru kali ini ia ingin cepat-cepat keluar dari ruangan ini.
Menepis segala pikirannya, ia kemudian meneriaki segmen selanjutnya yang akan mereka bawakan.
"Question of Life!" teriak mereka berdua bersamaan.
"Oke di segmen ini, Sasuke-kun diminta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dari host dengan sejujur-jujurnya..."
Naruto yang sedang menjelaskan isi segmen itu berhenti sesaat saat ia mendengar suara seseorang lewat earphone di telinganya. Sakura yang sudah mulai malas dengan acara ini hanya diam sambil tersenyum hambar menatap rekan pirangnya itu.
"Oh, maaf. Ada sedikit perubahan dari team creatif, karena adanya permintaan dari penonton..."
Sakura menatapnya malas.
"Yang ditanya bukan hanya Sasuke-kun, tapi juga Pink-chan. Itu adalah request dari penonton setia Pink Yellow,"
"APA?!"
Kali ini Sakura sudah tidak bisa bersikap malas lagi. Ia benar-benar terkejut mendengar kata-kata Naruto. Naruto sendiri hanya nyengir menatap Sakura.
"Gomen Pink-chan. Ini permintaan penonton. Aku hanya menjalankan perintah,"
"Ta.. tapi..."
"Apa penonton di studio juga setuju Pink-chan juga ditanyai dalam segmen ini?"
Naruto berseru ke arah penonton.
"Setuju! Setuju! Setuju! Setuju!"
Penonton manjawab kompak. Sakura panik. Sasuke menyeringai tipis. Sakura melirik sadis pada Naruto. Ia sudah akan memprotes saat matanya lagi-lagi menangkap sosok Tsunade di belakang pemuda itu dengan whiteboard di tangannya. 'Ingat rating, Sakura!'.
Ggrrrrrhhh! Rasanya ingin ditendang jauh-jauh Produsernya itu. Akhirnya dengan geram ia hanya bersandar pasrah pada sandaran sofa sambil memasang wajahnya yang paling cemberut.
"Jangan marah begitu, Pink-chan! Pertanyaannya tidak akan membunuhmu kok..." hibur Naruto dengan senyum innoncentnya yang dibalas dengan dengusan kesal dari Sakura.
Oke, apa lagi yang lebih buruk dari ini hari ini? Mungkin setelah episode ini, ia akan mengundurkan dirinya.
"Baiklah, inilah dia...! Segmen Question of Life!"
Jeng... jeng... jeng...
Suara musik dan cahaya lampu yang dibuat gelap untuk sesaat menjadi awal segmen itu.
"Oke, lima pertanyaan buat Sasuke-kun dan lima pertanyaan untuk Pink-chan,"
Penonton bertepuk tangan.
"Pertanyaan pertama untuk Sasuke-kun..."
Sasuke menatapnya datar.
"Pilih mana, Sakura-chan tetap di Jepang dan menjadi host tapi kamu bisa melihatnya atau Sakura-chan pergi ke Jerman saja sekalian daripada melihatnya jadi host?"
"Hn, pergi ke Jerman,"
Dasar egois. Sasuke tidak berubah sama sekali.
"Pilih mana, membahagiakan Sakura-chan atau menjadi pengusaha mobil?"
"Menjadi pengusaha mobil,"
Sakura tersenyum sinis. Sudah ia duga.
"Next, lebih suka mana? Sakura-chan atau bunga Sakura?"
"Bunga Sakura,"
Oke, sekarang Sakura mulai merasa dadanya sesak.
"Pertanyaan selanjutnya. Pilih mana, hidup dengan mobil di sampingnya atau mati dengan Sakura-chan di sampingnya?"
"Hidup dengan mobil."
"..."
"Pertanyaan terakhir, kehilangan Sakura-chan atau mati?"
"Kehilangan Sakura,"
Sakura memandang Sasuke tanpa emosi. Kini sudah sangat jelas bagaimana posisinya di mata pemuda itu. Apa lagi yang perlu dipertanyakan?
Sasuke menatap balik Sakura dengan datar. Ia sama sekali tidak terganggu dengan jawaban-jawabannya itu. Ia bahkan tidak merasa bersalah dengan apa yang sekarang dirasakan gadis itu.
Naruto menatap keduanya bergantian sebelum ia kemudian ia fokus menatap Sakura.
"Baiklah, sekarang adalah giliran Pink-chan,"
Kalau kau bisa menjawabnya dengan mudah, akupun bisa. Begitulah yang dikatakan hatinya. Kalau bagi Sasuke, dirinya tidak ada artinya sama sekali, iapun bisa melakukan itu. Lihat saja nanti.
"Siapa di antara dua hal ini yang paling kau cintai dalam hidupmua, Sasuke-kun atau Sasuke-koi?"
"Sasuke-koi,"
"Kalau misalnya..."
"APAAA?!"
Belum sempat Naruto menyelesaikan pertanyaan keduanya, Sakura berteriak kencang memotong kata-katanya. Tunggu dulu. Tadi apa pertanyaannya?
Terdengar cekikikan dan teriakan dari beberapa penonton yang ada di studio itu. Irisnya masih bisa menangkap seringai tipis di wajah Uchiha di hadapannya kini.
"A...ada apa, Pink-chan?"
"Coba ulangi pertanyaanmu tadi?!" bentaknya emosi.
"Aku belum menyelesaikannya, Pink-chan."
"Bukan yang itu! Pertanyaan yang pertama!"
"Oh.. eh... ba.. baiklah.."
Naruto benar-benar merinding melihat kemurkaan Sakura. Dia berdoa agar acara kali ini berjalan dengan baik dan tidak ada pertumpahan darah.
Oke, terlalu berlebihan.
"Pertanyaan pertama. Siapa di antara dua hal ini yang paling kau cintai dalam hidupmu... Sasuke-kun atau... Sasuke-koi?"
Naruto mengulang pertanyaannya dengan sedikit memenggal dua pilihannya dengan ragu. Bagaimanapun ia sadar kalau ini adalah pertanyaan yang konyol. Ia mengumpat bibinya dalam hati. Kenapa wanita itu melibatkan dirinya dalam hal mengerikan seperti ini?
"APA-APAAN ITU?!"
Naruto sudah dapat menebak akan reaksi Sakura itu.
"ITU BUKAN PILIHAN, BAKA!"
Hey, ini siaran langsung, Sakura.
"Ha... ha... ha... Pink-chan. Ini permintaan penonton. Aku hanya menjalankan tugas,"
Sakura emosi mendengar jawaban pemuda itu. Ia sudah mau protes saat untuk kesekian kalinya ia mendapati sosok Tsunade dengan whiteboardnya. Sudah tidak usah lagi ditanyakan apa yang tertulis dalam whiteboard tersebut. Sakura sudah malas untuk membalasnya. Dengan segenap emosinya ia akhirnya diam sambil melotot menatap Naruto seolah-olah ingin memakan pemuda itu bulat-bulat.
"Baiklah pertanyaan kedua. Kalau Sasuke mengatakan untuk berhenti menjadi host dan melamarmu, apa yang kau jawab? Dengan senang hati menerimanya atau mengangguk dan menjawab 'iya'?"
Sakura sudah mau menyumpahi Naruto saat ia melihat tatapan mengancam dari Tsunade. Oh, God! Cabut saja nyawanya.
"Mengangguk dan menjawab 'iya'"
Ia tahu. amat sangat tahu kalau jawaban itu dikatakan dengan setengah hati.
"Next! Waktu kau di Jerman, apa yang kau rasakan saat kau tidak bertemu lagi dengan Sasuke? Rindu setengah mati atau rasanya ingin mati kalau tidak melihat wajahnya?"
Sebenarnya Naruto ingin tertawa terpingkal-pingkal melihat wajah Sakura saat ini. Tapi tidak ia lakukan. Sudah cukup para penonton yang kini menertawainya. Ia melirik Sasuke yang sedang tersenyum simpul melihat Sakura yang hanya bisa diam melotot tidak percaya dengan pertanyaan barusan.
"Ayo, Pink-chan! Durasi! Durasi!"
Sakura ingin mati rasanya. Setelah mengigit bibir bawahnya berulang kali akhirnya ia menjawab.
"Rindu setengah mati,"
Bisakah Sakura muntah saat ini juga? Ia sudah lemas. Ia yakin pertanyaan selanjutnya pasti akan lebih konyol lagi.
"Pertanyaan selanjutnya, pilih mana, menjadi fangirl Sasuke atau menjadi istri Sasuke?"
"Fansgirl,"
Sakura menjawab tanpa minat. Ia sudah tidak peduli lagi dengan jawabannya dan juga tidak mau memikirkan dahulu jawabannya. Buat apa? Toh jawabannya sama-sama merugikan dirinya. Dan lagi, ia tidak punya pilihan lain selain menjawab.
"Terakhir, pilih di cium Sasuke atau dinikahi Sasuke?"
Teriakan histeris penonton semakin riuh mendengar pertanyaan yang satu ini.
"Dicium,"
Sasuke berdiri begitu mendengar jawaban Sakura. Dengan satu gerakan cepat ia menarik tangan gadis itu dan membuatnya berdiri tepat di hadapannya. Sakura tercekat mendapati wajah Sasuke yang tinggal beberapa senti di depannya kini. Penonton terdiam seketika. Naruto melotot. Tsunade menghela nafas.
"As you wish, hime..."
Kata-kata yang masih sempat Sakura dengar sebelum pemuda itu menempelkan bibirnya dengan bibir Sakura. Sakura seolah kehilangan dunianya. Ia melihat sekelilingnya menghilang. Hanya tinggal dirinya dan Sasuke saja yang berciuman. Sasuke melumat bibirnya beberapa saat sebelum kemudian menarik kepalanya.
Semua orang di tempat itu masih terdiam. Sakura masih melotot syok.
"Lebih baik kau ke Jerman dan aku tidak melihatmu lagi daripada aku melihatmu menjadi host dan menjadi santapan tatapan-tatapan genit pria-pria serigala di luar sana,"
Sasuke kembali melumat bibirnya beberapa saat kemudian melepasnya lagi.
"Aku akan menjadi pengusaha mobil yang kaya raya untuk dapat membahagiakanmu tanpa harus kau menjadi host,"
Sasuke melumat lagi bibir Sakura dan kemudian melepaskannya.
"Aku lebih suka bunga Sakura, karena bunga itu mengingatkanku pada dirimu,"
Melumat lagi bibirnya dan melepaskannya.
"Aku ingin hidup dengan mobil, karena aku tidak ingin mati begitu cepat dan meninggalkanmu sendirian,"
Melumat lagi dan melepaskannya.
"Dan kalau aku kehilangan kau berarti aku sudah mati,"
Untuk terakhir kalinya Sasuke melumat bibir Sakura beberapa saat kemudian melepaskannya. Ia menatap wajah Sakura yang masih kehilangan separuh nyawanya itu. Ia menyeringai tipis.
"Apa kau masih belum paham kenapa aku melarangmu menjadi host?"
Penonton di studio itu langsung menjerit-jerit kalap mendengar kata-kata romantis nan melankolis dari pemuda itu. Tidak ada yang menyangkan Sasuke yang terlihat pendiam dan dingin bisa mengucapkan kata-kata mematikan dan melakukan sesuatu yang menghanyutkan seperti itu.
Sakura langsung sadar dari keterkejutannya karena teriakan-teriakan di sekelilingnya. Ia mengerjab-erjabkan matanya memandang Sasuke yang kini setengah memeluknya.
"Kyaaaaa!"
Spontan saja gadis itu menjerit histeris memukul-mukul dada Sasuke beringas, atas tindakan kurang ajar pemuda itu tadi. Namun, segala usahanya dipatahkan Sasuke yang langsung memeluknya erat dan kembali melumat kasar bibirnya tanpa mempedulikan pemberontakan dari gadis tersebut.
Tsunade yang melihat adegan pemaksaan itu langsung memberi kode pada Naruto yang sama sekali tidak digubris pemuda itu karena ia masih syok dengan apa yan dilakukan Sasuke pada Sakura. Akhirnya dengan sigapnya ia naik panggung dan menjadi host dadakan.
"Baiklah, sekian dulu episode Pink Yellow hari ini, kita jumpa lagi di episode selanjutnya! Jaa ne!"
"CUT!"
Iklan: Kabar gembira untuk kita semua, kulit durian kini ada ekstraknya...
FIN
.
.
.
OMOKE...
Sasuke menatap gadis berambut senada bunga kebanggaan jepang, yang sedang berlari panik itu dengan tatapan penuh arti.
Rindu.
Ya. Sasuke merindukannya.
Merindukan semua tentang dirinya. Merindukan keceriaannya. Merindukan keberisikannya. Merindukan sifat pantang menyerahnya. Dan...
Merindukan perhatian gadis itu yang hanya ditunjukan untuk dirinya.
Tapi semua menghilang enam tahun yang lalu.
Sakura pindah ke Jerman untuk melanjutkan studynya. Perpisahan yang membuat Sasuke sangat marah.
Tidak.
Ini bukan sepenuhnya kesalahan Sakura. Ia memahami posisi Sakura. Ia tahu bagaimana watak pantang menyerah Sakura. Gadis itu tidak mungkin cepat menyerah jika hanya karena sikap tsundere Sasuke.
Tapi lain halnya jika Sasuke sendirilah yang mengatakan kalau ia tidak menyukai gadis yang berprofesi sebagai publik figure. Sakura –yang menurut cerita Ino mendengarnya secara tidak sengaja saat Sasuke mengatakan hal itu pada Sai– mundur teratur. Ia tahu diri dan berhenti menjadi fansgirlnya yang gila karena memang ia adalah seorang host saat SMA. Dan sesudah lulus SMA, ia memutuskan untuk pergi ke Jerman.
Sasuke kehilangan Sakura.
Ia marah.
Tapi ia bingung saat Sai menanyakan apa yang membuatnya marah. Ya, apa yang membuatnya marah? Bukankah adalah bagus kalau Sakura tidak memujanya lagi? Tidak ada lagi yang menyebalkan baginya karena perhatian-perhatian berlebihan dari gadis itu. Tidak ada yang menyusahkannya karena tindakan-tindakan sembrononya. Tidak ada yang membuatnya malu karena ulah-ulahnya yang konyol. Tidak ada yang membuatnya pusing karena keberisikannya.
Ya, itu betul. Dia hanya marah karena Sakura pergi tanpa memberitahunya. Hey, bagaimanapun mereka adalah sahabat bukan? Dirinya, Sai, Ino dan Sakura adalah sahabat dari SD, dan sudah dari SD pula Sakura menyukainya. Mereka sangat dekat diluar perasaan suka Sakura pada. Dan siapa yang tidak marah jika sahabatnya pergi tanpa memberitahu apapun padanya. Itu yang ia katakan pada Sai.
Benarkah begitu?
Lalu mengapa Sai tidak marah sama sekali karena Sakura juga tidak memberitahunya? Bukankah Sai juga sahabat Sakura? Mengapa pemuda itu memaklumi Sakura yang waktu itu tidak sempat memberitahu mereka karena sibuk mengurusi beasiswa yang diperolehnya, dan hanya dapat menitip pesan lewat Ino?
Kalau Sai tidak marah, lalu kenapa ia harus marah? Bukankah Sakura di mata mereka berdua mempunyai kedudukan yang sama? Cuma Sahabat?
Dan ia baru mendapat jawabannya setelah satu tahun berpisah dengan Sakura.
Ia mengakuinya.
Ia menyukai gadis buble gum itu.
Tidak.
Ia mencintainya.
Ia mencintai semua tentang Sakura. Mencintai perhatian-perhatiannya. Mencintai tindakan-tindakan sembrononya. Mencintai ulah-ulahnya yang konyol. Mencintai keberisikannya. Ia mecintainya sampai ia tidak ingin ada pria lain yang menatap Sakura dan mengidolakannya karena ia adalah seorang host.
Dan tiga tahun yang lalu, gadis itu kembali ke Jepang. Tapi tidak kembali ke Kobe, kota kelahiran dan tempat tinggalnya dan Sasuke semasa SMA dulu. Ia memilih menetap di Tokyo dan mengawali kembali karirnya sebagai host di salah satu stasiun TV ternama.
Namun, jangankan dirinya, Sakura bahkan tidak memberitahu kepulangannya pada Ino yang merupakan sahabatnya yang paling dekat. Untung saja Ino adalah tipe gadis yang selalu update berita-berita infotement artis. Dan Sakura yang merupakan host pendatang baru yang unik, langsung menyedot perhatian. Dan kabar kepulangan Sakurapun sampai di telinganya.
Sasuke tersenyum sinis mengingat hal itu.
Ingin memulai hidup baru tanpa dirinya, eh?
Sasuke tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Ia sudah pernah membiarkan Sakura pergi dengan seenaknya dari hidupnya. Tapi kali ini, ia tidak akan membiarkan hal itu berlangsung lama. Ia akan membawa gadis itu kembali. Yah, itu pasti.
"Ah, di sini kau ternyata,"
Suara seorang wanita, membuyarkan pikirannya. Ia mengalihkan perhatiannya dari punggung Sakura ke arah seorang wanita seksi di belakangnya. Tsunade. Produser dari acara yang dibawakan oleh Sakura.
"Cepatlah ke samping panggung! Sebentar lagi acara sudah akan dimulai!"
"Hn,"
Tsunade menghela nafas mendengar jawaban Sasuke. Selalu irit kata-kata. Tapi ia juga tak habis pikir kenapa pemuda irit bicara itu rela bersusah payah datang ke Tokyo dan melakukan 'ini' semua untuk seorang gadis bawel nan cerewet seperti Sakura?
Yah, akan ada sesuatu dalam episode Pink Yellow kali ini. Dan ia tahu itu.
"Aku sudah mengatur semua dengan Naruto dan kru agar rencanamu berjalan dengan lancar. Aku juga sudah menyuruh Shikamaru agar membuat Sakura terlambat dan tidak tahu akan kehadiranmu,"
"Hn,"
Lagi-lagi hanya gumaman ambigu. Tsunade mendengus kemudian membalikkan badannya.
"Yah, terserah. Yang penting aku sudah melakukan apa yang harus aku lakukan. Selanjutnya adalah urusanmu,"
"..."
"Ha... ha... ha... aku tidak menyangka, anak cerewet seperti Sakura mendatangkan keuntungan besar buatku... ha... ha... ha... Seratus juta Yen! Aku datang!"
Di tempat lain.
Naruto mendesah memandang foto Sakura.
"Aku tidak menyangka Bibi Tsunade tega menukar kontrakmu dengan seratus juta yen... sayonara Sakura-chan... selamat menempuh hidup baru..."
FIN AGAIN
Yosh, jadi lagi satu fic gaje... hehehe...
Fic yang terinspirasi karena sering nonton hitam putihnya dedy cobuzer... hahahaha
Moga kamu suka...
Sorry narutonya saya buwat manggil sasuke dengan suffik kun...
Ga da maksud apa-apa... biar lucu ajahh hehehe...
Happy reading...
Ce u next story...
Kritik dan saran oke?
