"CHAINED UP"
Jung Taekwoon & Min Yoongi
VIXX "Leo" & BTS "Suga"
THIS IS YAOI
WITH MATURE CONTENT
DON'T LIKE? JUST FUCK OFF FROM HERE
YOU'VE BEEN WARNED BABY...
.
.
.
.
.
Chained Up
.
.
.
Drap.. Drap.. Drap...
Shoooot...
Blash!
"Yaaaa! Yoongi hyung! Good job!"
Pemuda cantik bersurai hijau kotor ini menoleh kala namanya dipanggil. Mendapati pemuda lain dengan senyum menawan yang terlihat melangkah menghampirinya.
"Shit! Untuk apa dia kemari!" umpatnya pelan.
Melangkah menuju bola basket yang tergeletak begitu saja di lantai lapangan indoor itu, pemuda milky skin ini terlihat berusaha menghindari si tampan yang mendekatinya itu.
Tap
"Hey! Where you gonna go heum?"
Menahan lengan si cantik di hadapannya, pemuda tampan bersurai brunette ini melebarkan senyumannya. Menatap kedalam manik sipit Yoongi yang tampak tak suka.
"Lepaskan aku Kim.. Aku sedang tak berminat untuk bermain-main denganmu..." desis Yoongi dingin.
"Eiii.. Calm down hyung.. Aku hanya ingin mengobrol kok.. Tidak lebih..." ujar pemuda Kim itu tenang. "Lagipula..."
Mendekatkan wajahnya pada pahatan cantik dihadapannya. Memenjarakan sepasang netra tajam yang mempesona itu dengan tatapannya.
"Melihat pemuda cantik sepertimu berkeringat adalah hal yang sayang untuk dilewatkan..."
Dan sebuah kecupan tiba-tiba pun diberikannya. Tepat pada sudut bibir si cantik yang sukses membuatnya membola.
Buagh!
"Beraninya kau menciumku! Kau pikir kau siapa Kim Taehyung?!"
Pemuda tampan bernama Taehyung itu tersenyum. Sedikit meringis memegangi perutnya yang terasa nyeri akibat pukulan si mungil di hadapannya.
"Aku kan sudah bilang padamu.. Ughh.. Aku.. Tidak akan pernah menyerah untuk mendapatkanmu dan menjadikanmu milikku.. Min Yoongi hyung.."
Yoongi mengusap kasar wajahnya. Menatap tajam Taehyung yang meringis diatas lapangan. Melangkah cepat menuju kursi pemain dimana tasnya berada disana.
"Kau takkan pernah mendapatkan aku idiot.. Kau justru membuatku berada dalam masalah..." desisnya pelan.
Ding
Bunyi ponsel membuat pemuda manis ini mengalihkan antensinya. Merogoh sakunya dan menarik keluar benda tipis persegi panjang yang tersimpan apik disana. Membola kala melihat sebuah pesan yang tertera pada layar itu.
"Shit!"
Dengan cepat, Yoongi berlari. Mengabaikan Taehyung yang memanggil namanya.
Tujuan pemuda manis ini hanya satu.
Sebuah mansion dimana si pengirim pesan berada.
.
.
.
Cklek
Suara pintu yang terbuka itu mendominasi seisi mansion mewah ini. Yoongi melangkahkan kedua kaki kurusnya perlahan. Menyusuri ruangan-ruangan mewah yang ada.
Hanya satu kata yang dapat menggambarkan tempat megah itu sekarang. Mengerikan.
Meskipun didominasi oleh barang-barang antik nan berkelas, namun tak dapat dipungkiri, pencahayaan temaram dari lampu kristal yang ada justru membuat si cantik bermulut pedas ini sedikit mengusap tengkuknya.
Ia tidak pernah suka berada di tempat ini jika bukan untuk sesuatu yang penting.
Menaiki undakan tangga dengan perlahan, kedua manik sipitnya menatap sekitar dengan waspada. Seakan menjaga keselamatan dirinya dari terkaman hewan buas.
Berjalan pelan menyusuri koridor dengan berbagai macam lukisan tua yang tergantung dengan apik pada permukaan dinding menuju sebuah pintu besar yang terletak diujung lorong.
Belum sempat jemari lentik pemuda cantik ini menggapai pintu, papan tebal itu terbuka dengan tiba-tiba. Membuatnya terlonjak dan mundur beberapa langkah.
"Kau baru pulang... Yoongi-ya?"
Suara dingin itu menyapa indera pendengarannya. Membuat jantungnya berpacu dengan cepat dan darahnya berdesir hebat.
"Tidak menjawab pertanyaanku.. Sayang?"
Tersentak pelan kala suara itu kembali menyapa pendengarannya, si surai hijau memberanikan diri menatap sepasang manik cokelat gelap dihadapannya. Menggigit bibir bawahnya pelan.
Tidak! Ia adalah Min Yoongi. Ia adalah pangeran es sekolah. Ia takkan kalah hanya karena pemuda tinggi bersurai legam di hadapannya.
"Aku main basket tadi.. Kau tahu sendiri kan kalau aku selalu menyempatkan diri untuk bermain?"
Mendorong kasar si tampan nan dingin di hadapannya, Yoongi pun melangkah memasuki ruangan yang ternyata sebuah kamar mewah nan luas itu.
Mengabaikan seseorang yang melihatnya dengan sorot mata tajam seakan membunuh, pemuda manis ini sibuk menyimpan tas dan jas sekolahnya. Sampai tiba-tiba-
Brugh!
"Akhhh!"
Dengan gerakan yang teramat cepat, si tampan merengkuh tubuh si manis dan membantingnya keatas ranjang. Mengukung tubuh mungil itu diantara kedua lengan kokohnya. Menatap tajam manik sipit yang terlihat panik dibawahnya.
"Kau sudah berani membohongi aku? Min Yoongi?"
Yoongi meringis. Pinggangnya terasa nyeri. Meskipun ranjang yang ia tiduri kini begitu empuk, namun gerakan si tampan yang tiba-tiba dan kasar tetap berimbas pada tubuh mungilnya.
"Aku tidak berbohong hyung! Setelah menyelesaikan kelasku aku bermain basket di lapangan indoor kampus! Hanya itu!"
Pria dingin ini menggeram rendah. Mendekatkan wajahnya pada wajah manis di depannya. Mengikis jarak hingga mereka dapat merasakan deru nafas masing-masing dan hidung mereka bersentuhan.
"Kau berbohong... Bau tubuhmu berbeda... Kau.. Berdekatan dengan seseorang di kampusmu tadi.."
Seketika kedua manik Yoongi membola. Berusaha menghindari tatapan si surai legam yang seakan menelanjanginya. Merutuk bagaimana ajaibnya pria tampan itu bisa tahu siapa saja yang mendekatinya.
"Sudah aku duga..."
Menjauhkan tubuhnya dan melepaskan Yoongi. Pria tinggi ini bangkit dari ranjang empuk itu. Berjalan kearah sofa dan duduk diatasnya. Menghela nafasnya pelan seraya menatap kearah jendela yang memunculkan cahaya oranye dari matahari yang tenggelam.
Yoongi menggigit bibir bawahnya. Melirik kearah si tampan yang terdiam. Mendapati sorot kecewa dari sepasang manik darkchoco tajam itu.
Memberanikan diri untuk bangkit dan melangkah kearah si tampan. Entah mengapa, meskipun ia benci dan tak suka dengan apapun yang bersangkutan dengan pria di hadapannya itu, ia tak pernah dapat lari ataupun pergi.
Seperti terikat dan terkunci.
"Leo hyung.. Mianhae.. Aku.. Tidak bermaksud.. Menyakitimu.."
Leo tetap diam. Menolak untuk menatap Yoongi yang kini bertelut di hadapannya. Mengabaikan jemari lentik yang menggenggam tangannya.
"Kau tahu pasti aku tak akan pernah berpaling darimu.. Mereka yang mendekatiku.. Aku sudah menolak dengan berbagai cara tapi mereka terus datang dan-"
Grepp
"Aku tidak mau tahu.. Aku.. Tidak butuh segala penjelasanmu Min Yoongi.."
Mencengkeram dagu si manis hingga memerah, Leo menunjukkan seringainya. Tangannya yang bebas menarik pinggang ramping Yoongi. Membuat posisi mereka kian dekat.
"Kau... Akan tetap menerima hukumanmu... Dan menebus kesalahanmu karena telah berani membohongi aku.."
.
.
.
"Akhhhh!"
Yoongi memekik tertahan kala bibir Leo menyapa leher jenjangnya. Mengigit kuat beberapa titik sensitifnya hingga meninggalkan bekas yang cukup kentara.
Meronta kuat namun tak berdaya karena kedua tangannya terikat dengan apik pada bedpost ranjang. Membatasi ruang geraknya daan menghilangkan kesempatannya untuk menghindari si tampan yang murka dan bersiap menyiksanya.
"L..leo hy..hyunghhh.. Ber.. Berhenti.. Aghh!"
Namun seakan tuli, Leo terus mengecup tubuh di bawahnya. Menyesap buliran manis yang mulai membasahi leher yang tak lagi mulus itu.
Jemarinya bergerak apik menyusup kedalam kaus Yoongi. Mencari kepingan merah muda yang mulai menunjukkan eksistensinya itu.
"Nyaaaah!"
"J..Jangan disanahhh! Hyaaaaaah~"
Dengan kuat Leo memilin puncak dada Yoongi. Meremasnya dan memperlakukannya dengan kasar. Membuat Yoongi terisak karena nyeri dan nikmat yang melebur jadi satu.
"B..berhhenti hyunghhh~ Kumohon... Uahhhh!"
"Kau memohon berhenti namun nyatanya tubuhmu menginginkannya.. Berhentilah menjadi munafik Min Yoongi.. Kau itu pelacur.. Kau kuselamatkan dan kupelihara.. Kuberikan kebebasan dan kehidupan... Kau... Adalah milikku.. Asetku!"
"Arrgghhhhhh!"
Yoongi menangis. Hatinya sakit mendengar ucapan pedas Leo. Ia lelah menjadi boneka bagi pria tampan itu. Ia lelah hanya diperlakukan sebagai pemuas hasrat dari pria tampan itu. Ia hanya butuh pengakuan.
Leo menggigit kuat perpotongan leher Yoongi. Begitu kuat hingga mengeluarkan tetesan darah.
"Aku bukan pelacur! Berhenti menyebutku sebagai pelacur!"
Buagh!
Tubuh Leo terjatuh dari ranjang. Mengerang kala Yoongi menendang kuat perutnya. Tak percaya dengan apa yang dilakukan oleh pemuda cantik itu.
"Aku bosan kau perlakukan seenaknya! Aku bosan kau anggap sebagai budak! Aku lelah dengan semua ini!"
Menatap pria tampan itu dengan tajam. Sepasang netra Yoongi tak dapat menghentikan laju liquid bening yang turun membasahi pipinya. Menangis dalam amarahnya.
"Hentikan tangisan menjijikanmu itu! Kau hanya kuizinkan untuk mendesah dan memohon... Seperti yang seharusnya..."
"Tidak! Aku tidak mau! Aku lelah dan aku takkan menurutimu!
Bangkit dari duduknya, Leo pun melangkah cepat kearah lemarinya. Membuka dan mengeluarkan sebuah benda yang membuat sepasang manik Yoongi membola.
"Baiklah... Min Yoongi, jika itu maumu.. Akan kutunjukkan bagaimana cara berperilaku pada orang yang menyelamatkanmu!"
Ctar! Ctar!
"Argghhhhhhh!"
Ctar! Ctar! Ctar!
Yoongi meronta kala cambukan yang diberikan Leo menyapa tubuhnya. Begitu kuat higga membuat goresan-goresan tipis pada permukaan pakaian yang masih dikenakannya.
Ctar! Ctar! Ctar!
"Uaahhhhhhhh! Hentikaaan! Sakiit!"
"Ini hukumanmu karena berani melawanku!"
Ctar! Ctar! Ctaar!
"Aaarrrggghhhhh!"
"Munafik! Kau memintaku berhenti?! Lihatlah tubuhmu!"
Dengan kasar Leo merobek paksa kaus yang melekat pada tubuh atas Yoongi. Menampilkan dada dan perut yang penuh dengan bercak merah. Terlihat begitu indah di matanya.
"Nyaaaaah!"
Seketika tubuh Yoongi tersentak kala Leo menggigit puncak dadanya dengan kuat. Darahnya bagai mendidih dan ia mulai merasakan sesak pada celana panjangnya.
Leo benar-benar serius dengan ucapannya.
"Putingmu bahkan memintaku untuk menjamahnya Yoongi... Kau begitu munafik..."
Dengan mulut yang terus memanjakan kepingan merah muda milik si manis dibawahnya, jemari Leo mulai bergerak turun. Menyusuri perut, pinggang, dan berhenti pada kancing celana pemuda manis itu.
Membuka dan melepaskannya dengan tak sabar, seketika seringai mengerikan muncul pada wajah tampannya. Melihat milik Yoongi yang mulai bereaksi atas tindakannya.
"Kau takkan pernah bisa lepas dariku Min Yoongi... Kujamin hal itu dengan nyawaku.."
Menyingkir cepat dari atas tubuh telanjang itu. Leo membuka laci nakasnya. Mengeluarkan berbagai alat dari dalamnya dan menjajarkannya dengan apik diatas sisi kosong diatas ranjang.
"Mari kita mulai dengan yang pertama.. Aku rasa barmain-main sedikit akan menyenangkan..."
Yoongi terisak seraya terengah. Tubuhnya terasa sakit dan ngilu. Bahkan untuk sekedar bernafas pun ia merasa lelah. Tak menyadari bahwa Leo memasangkan sesuatu pada kedua puncak dadanya.
Clap!
"Aaarrggghhhhhh!"
"Ah, aku sudah menduga kalau kau akan menikmatinya slut..."
"Aghh.. H..hentikan..."
"A..a.. Kau.. Tidak diizinkan untuk memerintah... Kau itu budak!"
Klik
Sepasang netra sipit Yoongi membola seketika. Menatap horor pada sebuah alat yang terpasang pada pangkal penisnya yang mulai menegak. Sebuah cock ring yang dilengkapi oleh vibrator.
"Lepaskan benda itu brengsek! Apa kau sudah gila hah?!"
Grepp
"Aghhh!"
Jemari Leo menarik kuat helaian surai Yoongi. Membuat pemuda cantik itu sampai harus mengadahkan kepalanya.
"Dengar Yoongi... Berhenti melayangkan protesmu atau aku bisa menyakitimu.."
"Kau memang sudah menyakitiku! Dari awal kau membawaku bersamamu! Kau... Kau adalah iblis! Kau jahat! Lepaskan aku!"
Plak!
"Watch your mouth Min Yoongi... I can break it in two pieces if you dare to say anywords again..."
Kali ini si cantik Yoongi terdiam. Jiwa pemberaninya masih ada namun terkunci oleh rasa sakitnya yang kelewat batas. Leo menamparnya dan hal itu benar-benar membuatnya remuk.
'Hiks.. Hiks.. Apakah.. Aku benar-benar tak lagi memiliki arti di mata siapapun?'
Meraih sebuah vibrator berukuran besar dengan tonjolan pada permukaannya. Jemarinya mulai membawa sex toys itu pada manhole Yoongi yang berkedut lapar. Mengusap cincin merah muda itu perlahan dan menggeram rendah kala merasakan betapa basah dan hangatnya surga itu.
"Aku akan membuatmu hanya mengingat sebuah nama Yoongi-ya... Takkan kubiarkan seorangpun membuatmu menoleh dan tersenyum... Seluruh tubuhmu, adalah milikku.. Tuhan dan budaknya pun tak dapat merebutmu dariku Min Yoongi..."
Slap
"Aaaarrgggghhhhhhh! Keluarkaaaan! Sakiiit! Keluarkaaan!"
Yoongi menjerit sekuat yang ia bisa. Menarik kedua tangannya kuat hinga terluka oleh rantai yang membelenggunya.
Leo mendorong masuk vibrator itu dengan kuat. Tanpa melakukan sedikit foreplay atau memberikan lube.
Rasanya sakit. Bagai terbelah dua. Dan pemuda cantik ini yakin jika cairan yang kini merembes keluar melalui celah holenya adalah darah.
"Jangan menangis sayang... Jangan menangis.." ujar Leo seraya mengusap lembut surai hijau Yoongi.
"Lepaskan vibrator itu! Sakit! Aku tidak mau! Kumohon keluarkan... Hiks.. Hiks.."
Pria tinggi ini bangkit perlahan. Berdiri pada sisi tempat tidurnya dan menatap Yoongi yang terisak di hadapannya.
Telanjang, terluka, dan terisak.
Dengan santainya, ia meraih remote yang tersimpan pada saku kemejanya. Menyeringai kejam pada si manis yang memohon padanya.
"Maafkan aku sayang... Hukuman, tetaplah hukuman... Karena hanya dengan cara ini kau akan sadar... Maksud dari sikapku selama ini padamu..."
Rrrrrrrrrhhhhhhh!
"Uaaaaaaagggghhhhh! Andwaeeeee! Aghhhhhhh! Lepaskaaaannn!"
Tubuh Yoongi terhempas kala seluruh alat yang menempel di tubuhnya bergetar dengan cepat. Rasanya sakit dan nikmat. Melebur jadi satu.
Puting merah mudanya menegang dan mengeras. Begitu pula dengan penis mungilnya yang bergetar hebat dan memasuki masa pre vulkaniknya.
Ia akan sampai kalau saja-
"Nyaaaaahhhhh!"
Vibrator itu menyenggol pelan titik manisnya. Mengaduk-aduk holenya hingga membuat kedua kakiya gemetaran.
"Nikmatilah permainan itu... Aku akan kembali setelah menyelesaikan beberapa pekerjaanku okay?"
Leo pun tersenyum tipis. Melangkah santai kearah pintu kamarnya dan meninggalkan ruangan itu. Tak perduli dengan penisnya yang telah mengeras, dan mengabaikan Yoongi yang menjeritkan namanya.
"Leo hyung! Lepaskan aku! Hyuuuuuung! Aaarrrggghhhhhh!"
.
.
.
"Pemuda manis ini baru berusia sembilan belas tahun... Tentu masih muda dan segar untuk kau pekerjakan di klubmu Tuan Han..."
"Tidak appa! Apa yang appa katakan?! Aku tidak mau bekerja di tempat hina itu!"
Plak!
"Tutup mulutmu sialan! Kau itu hanya benalu di hidupku! Sudah lama aku ingin menyingkirkanmu... Dan saat aku menemukan waktu yang pas, tak kusangka kalau aku mendapatkan keuntungan dari semua itu..."
"Tapi appa aku tidak mau! Aku tidak mau menjadi hina! Aku tidak sudi menjadi pelacur!"
Gyuuut
""Aarrggghhhhh!"
"Bawa saja bocah itu Tuan Han.. Perlakukan dia semaumu... Mau mati pun aku tidak perduli!"
Yoongi meronta kala beberapa orang bodyguard menarik paksa lengannya. Hendak membawanya masuk kedalam sebuah klub murahan yang terkenal dengan bisnis kotornya.
"Berhenti..."
Belum sampai mereka ke muka pintu, sebuah suara dingin menyapa indera mereka. Membuat mereka serentak menoleh ke satu arah dan mendapati sosok pria tinggi bersurai kelam berdiri di sisi sebuah mobil mewah tak jauh dari mereka.
"Siapa kau?! Berani-beraninya bersikap heroik dengan menghentikan kegiatan kami!"
Pria itu masih terdiam. Melangkah pelan kearah Yoongi yang berusaha melepaskan belenggu dua bodyguard kekar yang menahan tubuhnya.
Hingga kini, mereka saling berhadapan. Pria itu menatap dalam manik Yoongi yang basah dan marah. Menyapa pipi porselen si cantik bersurai pirang itu dengan lembut kemudian tersenyum dengan amat sangat tipis.
" Kubeli dia dengan harga tiga kali lipat dari apa yang pria tua itu tawarkan..."
Ucapannya yang santai dan angkuh seketika membuat orang-orang di tempat itu membola tak percaya. Begitu pun Yoongi yang merasa sesak pada dadanya.
Tuan Min tersenyum. Mengabaikan Tuan Han dan beralih cepat pada si pembeli baru yang tampak serius dengan ucapannya.
"Boleh aku tahu namamu anak muda?" tanyanya dengan senyuman lebar yang menghancurkan hati Yoongi.
"Leo... Kau bisa memanggilku.. Leo.."
Cklek
Suara pintu terbuka itu menyadarkan Yoongi. Membawa jiwanya kembali dan memaksanya membuka kedua kelopaknya.
"How is it baby Yoon?"
Leo telah kembali setelah meninggalkkannya selama tiga jam yang penuh dengan siksaan kenikmatan. Sudah tak terhitung berapa kali ia mendapatkan orgasme keringnya.
Penis mungilnya memerah dan testisnya terlihat memberat karena harus menampung jutaan sperma yang tak dapat keluar. Membuat si tampan bersiul pelan dan tersenyum sadis melihat santapannya.
"So... You enjoy your punishment baby?"
Yoongi terisak. Ia tak tahan lagi. Bayang-bayang masa lalunya yang datang membuatnya menyadari satu hal. Ia memang ditakdirkan seperti ini. Bahkan ayah dan ibunya pun meninggalkannya dan merelakannya dibeli oleh pria kaya tak dikenal.
'Aku memang pelacur.. Jalang... Tak berharga...'
"Do you learn your lesson... My Son?"
Yoongi kehilangan segalanya. Hatinya, harga dirinya, tubuhnya. Untuk apa terus menyombongkan diri dan bertahan oleh hal yang mustahil dapat ia pertahankan?
Min Yoongi yang dingin, memiliki kehormatan, dan mahal sudah mati. Dan yang tersisa kini hanyalah Yoongi si pelacur jalang yang menyembah hanya untuk sebuah kenikmatan.
"Y.. yeshh daddy.. Yoongi memang.. Uahhh.. B..bersalah... Maafkan kesalahan.. Ngghhh.. Yang Yoong perbuat... J..just.. just untie me.. D..daddy.."
Leo menarik kedua sudut bibirnya seketika. Membentuk sebuah senyuman yang tak pernah ia tunjukkan pada siapapun.
Dengan perlahan, pria tampan serupa pahatan patung dari es ini melangkah menuju Yoongi yang tergeletak pasrah diatas ranjang. Merengkuh tubuh telanjang itu kemudian membalikkannya cepat. Membuat si manis kini menungging dengan segala kefleksibilitasannya. Menampilkan hole basah yang terisi penuh oleh sebuah vibrator yang bergerak cepat.
Kembali bangkit dan berjalan kearah mejanya. Meraih cambuk panjang dan membawanya mendekat pada tubuh Yoongi.
"N..no dad... Hiks.. Hikks.. Please.. Just.. Hiks.. Hiks.. Don't..."
Ctar! Ctar!
"Anghhhhhhhhhh! Nooo! Daddy stoooop it!"
Ctar! Ctar! Ctar
Tubuh Yoongi bergerak liar. Berusaha menjauhi cambuk yang menyapa bongkahan kenyalnya. Juga testisnya yang membengkak. Membuat aliran bening precum mulai menetes membasahi sprai.
"Kau sudah begitu basah sayang... Apa kau begitu menikmati cambukan yang Daddy berikan padamu?"
Ctar! Ctar! Ctar!
"Daddy noo! I'm so near... Please... I'm begging you... It's really hurts Dad.. Hiks.. Hiks.. Please..."
Yoongi benar-benar tak tahan lagi. Setiap cambukan yang Leo berikan membuatnya gila. Menggetarkan saraf sensitifnya dan membuat penisnya hampir mencapai puncaknya.
"It's hurts? Aish.. Jinjja? How bout this?"
Ctar! Ctar! Ctar!
"Nyaaaaaaah!"
Brugh!
Tubuh mungil Yoongi ambruk diatas ranjang. Ia berhasil mendapatkan sedikit cumnya. Yeah meski yang keluar hanyalah cairan bening saja.
"I bet that it's really good for you, right?"
Yoongi tak dapat lagi menjawab. Kepalanya pusing menahan kenikmatan kala ia berhasil meraih cum kecilnya. Bahkan ia tak menyadari jika Leo sudah berada diatas ranjang dan melepas seluruh atribut yang melekat pada tubuh polosnya.
"Open your eyes Min Yoongi... Kita belum selesai..."
Dengan perlahan, Yoongi membalikkan tubuhnya. Terlentang dibawah kungkungan Leo yang telah memenjarakannya.
Ia dapat melihat dada bidang pria tampan itu. Juga celana bahan yang kini tak terpasang dengan baik. Juga ereksi penuh pria itu yang menyapa penisnya .
Perlahan si cantik Yoongi mulai mengalungkan lengannya pada leher Leo. Mendekatkan wajahnya pada perpotongan leher itu dan mengendusinya perlahan. Membuat si tampan terdiam.
"Hiks.. Hiks.. Apakah Yoongi.. Begitu hina dimatamu hyung?"
"Apakah Yoongi.. Memang pelacur jalang seperti apa yang hyung katakan?"
Perlahan, jemari Leo terarah pada pipi Yoongi yang merah dan memar. Mengusapnya dengan begitu lembut kemudian mengecupnya.
"No... You're not Yoongi-ya.. You're the best thing i've ever had of my life... You are my angel... Not my slut..."
"Hiks.. Hiks.. Tapi hyung bilang.. Yoongi-"
"Aku hanya terlalu emosi... Aku tak suka milikku disentuh atau menyentuh orang lain.. Aku tak suka kau lebih nyaman berada diluar daripada bersamaku.. Aku.. Mencintaimu..."
Seketika kedua manik Yoongi membola. Ucapan Leo yang mengalir bagai air dan tanpa paksaan itu membuatnya menjauhkan wajahnya. Menatap pria yang tersenyum lembut di hadapannya.
"H..hyung... Kau..."
"Aku mencintaimu... Hanya itu.. Itu alasan dari sikapku selama ini... Itulah alasan mengapa aku membelenggumu... Karena aku mencintaimu.. Min Yoongi.."
"Benarkah?"
"Hmmm.. Sekarang, mari kita selesaikan semua ini.. Kita.. Bercinta.."
.
.
.
"Nghhhh~ Suck it baby Yoon.."
Yoongi tampak begitu menikmati aktivitasnya kini. Menungging indah dengan wajah yang tepat berada di depan kejantanan Leo yang tampak keras. Memijat dan mengusap permukaan yang berbalut precum itu dengan kedua jemari mungilnya.
Perlahan, bibir tipis pemuda cantik ini mulai mengecup. Sedikit menjilat dan memagut batang panas dihadapannya. Menggerung pelan kala jemari Leo meremas helaian surai hijaunya.
"Ahhh.. Your mouth.. Feels warm baby... Hhhh.. Suck it more..."
Bagai terlatih, pemuda cantik ini melakukan segalanya dengan baik. Menghisap kuat kejantanan Leo seolah memerah sesuatu dari dalamnya. Membuat sang dominan menggeram rendah dan semakin memaju mundurkan kepalanya.
"Yoongiiiii!"
Splurt
Leo sampai. Membasahi wajah Yoongi dengan cumnya. Membuat si cantik sedikit tersedak, kemudian tersenyum padanya. Mencolek sedikit dari sperma yang berada di wajahnya kemudian mengulumnya dengan menggoda.
Bruk!
Leo berhasil menerjang bibir Yoonginya yang nakal. Memagut dan mengeksplor seisi gua hangat yang terasa seperti susu itu. Membuat Yoongi terengah karena tak dapat mmengimbangi permainannya.
"Mhhhhhh! Mhhhhh!"
Memekik tertahan kala jemari Leo menyapa kejantanan mungilnya. Meremat dan memijatnya dengan tak sabar. Membuat sekujir tubuhnya terasa ngilu dan darahnya berkumpul ppada pusat gairahnya dengan cepat.
"Hyunghhh.. Wanna... Cumhh!"
Seketika Leo melepaskan genggamannya. Menjauhkan tubuhnya dan tersenyum nakal kala melihat Yoongi yang merengut padanya.
"Apa?" ujarnya tanpa dosa.
"Yak! Kau bertanya kenapa setelah melepaskan kekasihmu yang hampir mencapai klimaksnya?! Menyebalkan!"
Pria tampan ini terkekeh pelan. Menepuk kedua pahanya pelan. Meminta si manis untuk duduk dipangkuannya.
Dengan bibir yang mengerucut dan gerakan malas, pemuda cantik ini pun merangkak pelan. Menempatkan bongkahan kenyalnya pada kejantanan Leo. Membuat si tampan menghela nafasnya pelan.
"Kau ingin aku melakukan apa heum?"
Si cantik tersenyum. Memiringkan kepalanya seraya menatap Leo dengan tatapan polosnya.
"I want your big cock inside me... Movin' fast, hard, and deep.. Can i get it now?"
Berujar dengan nada kekanakan yang manja. Berbanding terbalik dengan makna yang begitu nakal dan binal.
"Naughty boy..."
Slap
"Unghhhh~"
Yoongi menggerung pelan. Memeluk tubuh Leo dan melingkarkan kakinya pada pinggang pria itu. Menggigit bibirnya kala merasakan jemari panjang si tampan melesak masuk dan memanjakan holenya.
"Benar-benar pelacur kecil.. Lihatlah lubangmu.. Menelan jemariku dengan lapar..."
Menambahkan dua jarinya sekaligus. Mengacak-acak dinding rektum Yoongi yang basah. Berusaha mencari titik manis yang mampu membuat pemuda manis itu-
Splurt
"Nyaaaaash!"
Merebahkan kepalanya sejenak pada pundak lebar Leo, Yoongi tampak sibuk mengatur nafasnya. Surainya basah dan tubuhnya lengket. Ia lelah namun belum mendapatkan yang ia mau.
"Ride me if you wanna get what you want.."
Leo duduk bersandar pada headboard ranjang. Membiarkan Yoongi menduduki perutnya dan memposisikan manholenya diatas kejantanannya yang ereksi penuh.
"Nghhhhhh.. Ahhh~"
Perlahan tapi pasti, hole basah itu menelan penis Leo dengan sempurna. Membuat si tampan mengumpat tentang betapa ketat dan panasnya lubang itu.
Tubuh Yoongi mulai bergerak. Maju dan mundur secara konstan dengan kedua tangan yang bertumpu pada dada bidang kekasihnya.
"Do you like it baby Yoon?"
"Yeshh hyung... Just.. Want to more.. Unghhh... Fast.."
Leo mengerti. Membantu Yoongi dengan memegang pinggang ramping pemuda cantik itu. Bergerak berlawanan arah hingga tubuh mereka semakin rapat.
"Uaahhhh! Moreeehh! Deeperhhh hyungghhhh!"
"Kau sangat nikmat Min Yoongi... Benar-benar nikmat hingga membuatku gila..."
Si cantik mengadahkan kepalanya. Bibir tipisnya terbuka. Mengeluarkan liur dan desahan penuh dosa. Terisak karena kenikmatan yang diberikan Leo padanya.
"Leo hyunghh.. Hyungh.. More.. Uaahhhh.. Rough my hole.. Hiks.. Hiks.. Please... Please.."
"I love you Yoongi-ya.. I swear that i never hurt you again.. I never make you cry..
Kedua insan itu bergerak dengan cepat. Menciptakan dosa dalam ruangan temaram itu. Mengejar putih yang kian dekat.
Melupakan segalanya.
"Min Yoongi!"
"Leo hyuuunghhh!
.
.
.
"Tuan Muda.. Apakah.. Tuan ingin sesuatu?"
"Tidak.. Aku hanya perlu sendiri.."
Leo berujar dingin pada pria tua dihadapannya. Melangkah menuju sebuah taman yang dipenuhi pepohonan rindang dan sebuah kolam buatan.
Sepasang manik darkchoconya menyapu sekelilingnya. Memicing kala mendapati sosok cantik bersurai pirang yang tampak berjalan memasuki kolam.
Leo membola. Hendak melangkah untuk mencegah sosok cantik itu namun urung seketika kala mendapati fakta yang lebih mengejutkan.
"Ya! Anjing kecil! Berhentilah menyalak dengan suara jelekmu itu! Kau lihat kan aku sedang berusaha menyelamatkanmu!"
Si cantik menggerutu pelan. Menggapai sosok puppy mungil yang berada tak jauh darinya. Membawa anjing berbulu putih itu ke tepian kolam dan menyelimutinya dengan jaket yang ia pakai.
"Cha! Kau aman sekarang.. Hihihihi.."
Leo terdiam. Menatap fokus pada eyesmile dan senyuman menawan si cantik. Mengeluarkan smartphonenya dan memotret sosok itu.
"Kau akan jadi milikku.. Secepatnya.."
"Jadi.. Hanya karena itu?"
Yoongi bertanya dengan kepala yang mengadah pada pahatan tampan diatasnya. Memainkan jemarinya pada dada bidang pria yang dicintainya itu.
"Ya.. Kau tentu tahu kan tentang pepatah cinta datang dengan tiba-tiba... Seperti itulah.."
Terkekeh pelan, si cantik bersurai hijau itu memeluk tubuh Leo dengan manja. Memancing sebuah senyuman yang terbit pada paras es pria itu.
"Aku mencintaimu.. Leo hyung.."
"Aku tahu.."
"Lalu kenapa selalu menyiksaku?"
"Karena begitulah caraku mengungkapkannya.."
"Cih.. Dasar sadis.."
"Dan kau masokis.. Kita impas kan?"
"Aku begini karena kau hyung.. Apa kau lupa? Kau selalu memperlakukan aku dengan-"
Chuu~
Seketika sepasang manik Yoongi membola. Terkejut karena Leo yang menciumnya dengan tiba-tiba.
"Sejak kapan kau jadi secerewet ini sayang? Sudahlah.. Kau harus kuliah besok.. Ayo istirahat.."
Pada akhirnya Yoongi menurut. Menyembunyikan wajah meronanya dalam dekapan Leo. Membiarkan pria tampan itu menepuk pelan punggung telanjangnya seraya bersenandung kecil.
"Kuharap kau suka dengan hadiah yang kuberikan padamu besok.."
"Selamat tidur.."
"Sayangku.."
.
.
.
Yoongi berjalan pelan menyusuri kampusnya yang begitu ramai. Banyak mobil yang terparkir tak teratur. Dan yang membuatnya terheran-heran adalah banyaknya wartawan yang berkerubung di depan gerbang.
Melangkahkan kedua kakinya kearah tempat favoritnya. Mengernyit kala mendapati banyak orang yang berkerumun. Membuatnya semakin memacu langkahnya.
Hingga kala ia berhasil memasuki lapangan basket indoor itu...
"K.. Kim.. Kim Taehyung?"
Tubuh mungil Yoongi membeku. Tak percaya dengan apa yang tersaji di depan matanya.
Kim Taehyung, juniornya yang mengejar-ngejar dirinya, tergeletak dengan bersimbah darah. Mati dengan luka tusuk pada jantung, paru-paru, dan hatinya.
Dengan perlahan, Yoongi berjalan mendekat. Mengabaikan larangan polisi dan petugas yang ada. Hingga ia dapat melihat dengan jelas wajah tampan yang tak lagi bernyawa itu.
"Maafkan aku.. Kim Taehyung.."
Drrt.. Drrt..
Getar ponsel itu membuat Yoongi sedikit tersentak. Meraih benda persegi panjang itu dan mengusap panel hijau pada layarnya.
"Suka dengan hadiah yang kuberikan baby Yoon?"
Suara lembut itu terdengar. Berbeda dari yang biasanya, namun mampu menggetarkan hatinya. Mengirimkan jutaan debaran pada jantungnya.
"Tentu hyung.. Jemput aku ya.. Aku ingin dirumah saja bersamamu hari ini.."
"Apapun untukmu sayang.. Tunggu aku.."
Yoongi tersenyum. Menyimpan kembali ponselnya dan melirik sekilas kearah tubuh Taehyung.
"Semoga kau beristirahat dengan tenang Kim.."
Dan setelahnya, pemuda cantik itu pun melangkah. Keluar dari lapangan indoor dan meninggalkan area kampus. Berlari kala melihat sebuah audi hitam dengan seorang pria tampan yang bersandar pada sisinya.
"Hyung!"
Grepp
"Hahhaha.. Dasar manja..."
Leo terkekeh pelan. Membalas pelukan Yoongi dan mengecup pelan puncak surai pemuda cantik itu.
Karena Yoongi akan selalu mencintai Leo. Sadar ataupun tidak. Mau ataupun tidak. Pemuda cantik itu akan selalu terbelenggu. Dan menyerahkan hidupnya pada sosok kejam itu.
Karena baginya, Leo adalah segalanya.
.
.
.
.
¤ ¤ ¤ F I N ¤ ¤ ¤
.
.
.
.
My first BTS FF...
Crack pair pula..
Gimana?
Gajekah?
Wajib reviewnya yah!
Mwahhh!
