Disclaimer : Naruto belongs to Masashi Kishimoto. Still Pray For Japan, Pray For Masashi, Pray For Naruto! :'(
.
.
Warnings : Gaje, abal, cacat tingkat dewa, typo, etc. Don't like don't read! :D
.
.
.
Enjoy
.
.
.
Can I Have Your Sister?
.
.
.
Hari ini Shikamaru bangun lebih cepat dari biasanya. Tanpa bantuan jam weker ataupun ocehan dari ibunya. Pasti semua orang tahu 'kan sifat Shikamaru? Pemalas. Ya. Tapi kali ini tidak. Ia sangat bersemangat di pagi hari ini. Bagaimana tidak? Wanita yang telah mencuri hatinya akan datang pagi hari ini.
Sabaku no Temari.
Kakak tertua Kazekage dari desa tetangga, Sunagakure.
Shikamaru yang terkenal malasnya itu tentu juga malas jika berurusan soal cinta ataupun wanita. 'Merepotkan', itulah yang selalu dikatakannya. Tapi kali ini berbeda, wanita yang satu ini membuat Shikamaru merasakan sesuatu yang berbeda di hatinya jika bertemu dengannya.
Shikamaru memang tidak tau dan memang tidak mau berurusan dengan yang namanya 'cinta' dan 'wanita'. Tapi kali ini, ia berjanji pada dirinya sendiri untuk menyatakan cintanya yang telah ia pendam selama kurang lebih dua tahun itu. Mengingat bagaimana sifat ganas dan pemarah Temari, Shikamaru sudah menyiapkan mental jika Temari akan menolaknya kemudian menerbangkannya ke langit ke tujuh. Oke, itu tidak mungkin. Tapi siapa tahu saja…
"Shikamaru?" Yoshino, ibu Shikamaru berdiri disamping meja makan sambil menatapnya dengan pandangan heran, bingung, dan tidak percaya.
"Apa? Kenapa menatapku seperti itu?" Shikamaru balik bertanya. Yoshino menggelengkan kepalanya.
"Ibu hanya sedikit terkejut saja. Biasanya kau tidak bangun sepagi ini. Bahkan ayahmu saja belum bangun lho. Ada angin apa kau bangun sepagi ini?" tanya Yoshino lagi. Shikamaru mengangkat bahu kemudian duduk di kursi makan sambil bertopang dagu. Menunggu ibunya selesai meletakkan piring piring di meja makan.
"Seperti biasa. Tugas dari Hokage yang sangat merepotkan." Jawab Shikamaru santai. Yoshino mengangkat sebelah alisnya, masih memandang putra semata wayangnya dengan pandangan heran.
"Hah, kau ini aneh sekali. Biasanya juga kalau ada misi, kau tidak bangun sepagi ini. Pasti ada sesuatu… Ah… Ibu tau… Pasti kau mau berkencan dengan seorang wanita ya?" goda Yoshino. Shikamaru menatap ibunya sinis. Wajahnya masih datar seperti biasanya.
"Ibu tau 'kan aku tidak mau berurusan dengan hal hal seperti itu. Terlalu merepotkan." Bantah Shikamaru dengan nada ketus. Yoshino nyengir jahil.
"Kamu itu sudah 18 tahun. Sudah bukan anak kecil lagi. Jadi pasti cepat atau lambat, kau akan menemukan cinta sejatimu. Ngomong-ngomong, jika kau tidak cepat ambil tindakan, yang bagus untukmu akan direbut, lho…" goda Yoshino. Shikamaru membuang wajahnya kesal. Wajahnya sudah memerah walaupun Yoshino tidak bisa melihatnya.
"Direbut?" bisik Shikamaru pelan agar ibunya tidak mengoceh.
'Benar juga ya. Temari itu 'kan cantik, hebat, ditambah lagi, ia kakaknya Gaara. Pasti di Suna banyak laki laki yang mendambakannya. Mungkin lebih tampan dari aku atau lebih berwibawa dariku. Atau bahkan lebih condong ke tipe lelakinya Temari ya? Hah, merepotkan sekali. Hari ini aku harus mencoba memberitahunya.' Batin Shikamaru sedikit pasrah. Yoshino sadar bahwa putranya sedang melamunkan sesuatu.
"Jadi….siapa wanita itu?"
"Ha? Apa ibu bilang?"
"Ya, siapa wanita yang kau sukai?"
"Tidak ada. Ibu bicara apa sih?"
"Tadi kau melamun. Memangnya ibu tidak tahu kalau kau melamunkan seseorang? Sudah cepat katakan saja. Ibu tidak akan memberitahu ayah!"
"Tidak ada bu. Sudah sudah aku mau berangkat dulu. Sampai jumpa."
"Eh eh Shikamaru! Tunggu! Kau belum sarapan!"
Shikamaru mengabaikan ibunya dan langsung keluar dari rumahnya itu. Yoshino hanya menggelengkan kepala sambil berkacak pinggang. Wajah Yoshino sedikit kesal melihat tingkah putranya itu.
"Dasar, usia 18 tahun, kelakuan masih saja seperti bocah!" omel Yoshino sambil melihat Shikamaru yang sudah menjauh dari rumah.
Shikamaru berjalan menuju gerbang desa. Sepanjang jalan ia memikirkan kata kata yang akan ia gunakan untuk menyatakan cintanya pada Temari. Tapi otak jenius ber-IQ 200 lebih itu sama sekali tidak menemukan kata-kata romantis. Shikamaru menguap kemudian menggaruk-garuk belakang lehernya dengan wajah malas dan berjalan compang camping seperti biasa. Tidak niat. Akhirnya ia sampai di gerbang dengan sambutan Izumo dan Kotetsu yang berwajah mengantuk, tetapi segera berubah menjadi wajah terkejut ketika Shikamaru sampai.
"Shikamaru?" seru mereka berdua kompak. Shikamaru hanya menatapnya dengan pandangan malas.
"Apa? Kenapa terkejut begitu?"
"Hebat sekali kau! Hanya demi bertemu dengan Temari-san, kau rela bangun pagi pagi!" seru Izumo dengan gaya ala Gai-sensei itu, disusul dengan anggukan setuju Kotetsu. Shikamaru menghela nafas.
"Kalau aku terlambat, si wanita mendokusai itu akan memarahi dan menyeramahiku sepanjang jalan. Dan aku tidak mau kalau harus disuruh mendengar ocehannya yang merepotkan itu. Tugasku 'kan hanya menjadi tour guide nya saja. Haaah.." ucap Shikamaru mengelak apa yang dikatakan Izumo. Mereka berdua berpandangan satu sama lain.
"Yah, terserah kau sajalah, Shikamaru. Tapi menurutku, kau itu cocok lho dengan Temari-san. Iya 'kan Izumo?"
"Benar, Kotetsu. Menurutku mereka akan menjadi pasangan serasi. Suna dan Konoha. Betapa bahagianya kalian ini…-"
"Cerewet. Berisik sekali kalian. Merepotkan."
Izumo dan Kotetsu memasang wajah kesal. Shikamaru hanya melanjutkan aktifitas bersender di gerbang sambil memejamkan mata untuk bersantai.
Tidak lama kemudian, yang ditunggu tunggu pun datang.
"Ohayou, Nara." Sapa Temari terlebih dahulu setelah ia sampai didepan gerbang. Shikamaru membuka matanya dan berdiri tegap.
"Yo." Balas Shikamaru masih dengan ekspresi santai. Temari hanya memasang wajah datar sambil menatapnya lama. Shikamaru yang merasa diperhatikan, akhirnya angkat bicara.
"Ada apa kau menatapku seperti itu?" tanya Shikamaru. Temari menggeleng.
"Kau tambah tinggi ya, bocah."
"Ha ha. Tentu saja. Aku bukan bocah lagi."
"Kelakuanmu masih seperti bocah."
"Hah, bicara denganmu itu sangat merepotkan. Sudah, ayo kuantar kau ke penginapan." Ujar Shikamaru menghentikan pembicaraan singkat mereka. Ia terlalu malas melanjutkannya. Shikamaru berjalan masuk, tetapi Temari menarik lengan bajunya.
"Tunggu."
"Apa lagi hah?"
"Aku ingin makan dango. Antarkan aku ya." Pinta Temari pada Shikamaru dengan cengiran innocence-nya. Shikamaru menghela nafas. 'Merepotkan', batinnya. Shikamaru mengangguk dan akhirnya mereka pun berjalan ke kedai dango.
Saat mereka berjalan berduaan menuju kedai dango, orang orang sekitar menatap mereka dengan wajah meledek. Shikamaru pun akhirnya sadar. Ia baru ingat akan janjinya untuk menyatakan cinta kepada Temari. Wajahnya langsung pucat ditengah jalan. Rasa panik menghantui dirinya. Sejenak ia melirik kearah Temari, lalu menatap kearah bawah lagi, menyembunyikan wajah paniknya. Temari yang menyadari itu langsung bertanya pada Shikamaru.
"Kau kenapa? Sakit?" tanya Temari dengan nada 'sedikit' khawatir. Shikamaru salah tingkah. Ia mengusap belakang lehernya kemudian tersenyum seakan akan tidak ada yang terjadi, sebenarnya ia gugup.
"Tidak. Tidak apa apa. Aku hanya…lapar. Tadi aku lupa sarapan dirumah."
"Oh, begitu. Lain kali, kau harus sarapan sebelum memulai kegiatanmu." Tegur Temari pada Shikamaru yang hanya mengangguk pasrah. Ternyata Temari mengkhawatirkan kesehatannya juga. Apa mungkin….
"Hey, kita sudah sampai." Ujar Temari pada Shikamaru yang sedang melamun.
"Ha? Oh, iya. Kalau begitu, ayo masuk."
Mereka berdua pun masuk ke kedai tersebut dan duduk di meja yang kosong. Kemudian mereka memesan dua porsi dango.
Sementara mereka menunggu pesanan datang, Shikamaru melanjutkan lamunannya yang tadi terbuyarkan.
'Tadi itu… Temari seperti perhatian sekali padaku. Hah, maksud dari semua itu apa ya? Ah, rasa suka itu memang benar benar merepotkan. Kenapa aku harus suka padanya sih? Tapi darimana aku tahu bahwa aku menyukainya ya? Haaah sudahlah semua ini jadi benar benar merepotkan!' batin Shikamaru sambil mengacak acak rambut nanasnya itu. Temari memandangnya heran. Tidak biasanya Shikamaru seperti ini.
"Hey, bocah. Kau kenapa? Dari tadi kelihatannya wajahmu stress. Sedang ada masalah? Atau apa? Cerita saja padaku."
"Tidak apa apa. Sungguh, aku tidak apa apa kok. Terimakasih atas tawaranmu."
"Hm… Sungguh kau baik baik saja?" tanya Temari lagi. Shikamaru mengangguk. Temari pun mengangguk juga. Setelah beberapa menit, dua porsi dango pun datang. Temari menyantap dango miliknya terlebih dahulu. Sementara Shikamaru menunggu sebentar sambil menatap Temari yang dengan lahapnya menyantap dango itu. Shikamaru akhirnya memakan dangonya perlahan. Masih memikirkan cara untuk menyatakan cintanya pada Temari.
"Melamun lagi. Kau ini benar benar ya. Ada apa sih?" Tegur Temari untuk ketiga kalinya. Shikamaru menatapnya sejenak. Kemudian fokus kembali pada dango yang dimakannya. Temari yang diabaikan oleh Shikamaru, langsung merengut dan kembali memakan dangonya.
Shikamaru tertawa kecil.
"Hmp? Ada apa?"
"Ada….saus di sudut bibirmu."
Shikamaru mengulurkan tangannya kemudian mengusap noda saus di sudut bibir Temari. Temari otomatis blushing. Shikamaru masih tersenyum kearahnya. Akhirnya Temari membalas senyumannya. "Terimakasih." Shikamaru mengangguk dan melanjutkan memakan dangonya.
Tiba tiba…
Tangan Shikamaru merambat kemudian menggenggam tangan Temari.
"Hey…"
Temari yang tidak biasa disentuh oleh lelaki, spontan menarik gelas yang berisi air kemudian disiramkan ke wajah Shikamaru. Shikamaru tidak berkata apa apa. Ia terlalu terkejut karena Temari menyiramnya dengan air di gelas. Shikamaru memejamkan matanya kemudian mengusap wajahnya dengan tangan. Masih stay cool walaupun pelanggan pelanggan kedai dango menatap mereka seperti melakukan pertengkaran serius.
"Apa yang kau coba lakukan?"
"Haaah… Wanita merepotkan. Kenapa kau menyiramku?"
"Kenapa kau menyentuh tanganku? Dasar mesum!"
"Mesum? Aku tidak berfikiran seperti itu! Merepotkan!"
"Lalu kau mau apa? Hah, Nona Tsunade sudah gila memasangkanku denganmu. Aku mau ke penginapan! Jangan ikuti aku!"
"Hey! Hey! Hey!"
Temari keluar dari kedai, sementara Shikamaru terlebih dahulu membayar dengan jumlah uang yang sepertinya agak berlebih kemudian mengejar Temari.
"Hey, tunggu dulu. Kenapa kau jadi marah?" Shikamaru berusaha menghentikkan langkah Temari. Temari memasang wajah datar dan pura pura tidak mendengarnya.
"Aku ingin bicara sesuatu denganmu...tunggu! Hey!" Temari tidak mempedulikan Shikamaru. Shikamaru terus mengikuti Temari dan terus memanggilnya. Temari tetap tidak mempedulikannya. Akhirnya, Shikamaru membulatkan tekadnya. Ia mengejar Temari dan berhenti dihadapannya. Mata Shikamaru menatap mata Temari dalam.
"Aku suka padamu."
Hening.
1
.
.
2
.
.
3
.
.
"Maaf, apa yang barusan kau…"
"Aku suka padamu. Oke? Aku sudah lama menyimpan perasaan khusus untukmu tetapi aku tidak tahu bagaimana aku mengutarakannya. Jadi….maaf jika aku mengutarakannya sekarang.."
Hening kembali.
Lama.
Temari tertawa pahit.
"Kau sehat kan, bocah?"
"Apa yang membuatmu berfikir aku sakit?"
Temari meletakkan punggung tangannya di dahi Shikamaru.
"Normal."
"Tentu saja. Merepotkan."
Kembali hening.
Lama.
"Apa yang barusan kau katakan? Kau suka padaku?" seru Temari keras. Shikamaru meletakkan telunjuknya di bibirnya menandakan 'Jangan keras keras!'.
"Sssssh! Iya aku bilang begitu."
"Ha ha. Jangan bercanda, bocah. Ini tidak lucu."
"Kau fikir aku bercanda?" Shikamaru memasang wajah serius. Temari tercengang, kemudian menggeleng pelan.
"Yang mau kutanyakan… Apakah kau…Ehm.. Suka padaku juga?" tanya Shikamaru ragu ragu.
Temari terdiam. Wajahnya merah seperti kepiting rebus. Shikamaru masih menunggu jawaban dari Temari.
"Haruskah kujawab?"
"Hah, merepotkan. Iya. Kau harus menjawabnya."
Hening kembali.
Temari masih terdiam.
Shikamaru menunggu jawaban.
"Err…i…err..iya….sedikit." jawab Temari ragu ragu. Tapi masih memasang wajah datar sambil mengangkat bahu. Padahal, Temari sangat gugup. Shikamaru tertawa kecil. "Begitu ya..". Temari mengangguk. Kemudian mereka tertawa salah tingkah tanpa ada yang memulai pembicaraan dengan topik baru.
"Ehm..jadi…."
"Hm?"
"Maukah kau menjadi..err…pacarku?"
"Ha? Apa yang kaukatakan barusan?"
"Kau dengar aku."
"Sungguh. Ulangi lagi?"
"Hah, dasar. Pendengaranmu harus diperiksa. Maukah. Kau. Menjadi. Pacarku?" tanya Shikamaru percaya diri. Temari terdiam. Rasa gugup, malu, heran, bingung, dan semuanya bercampur di benaknya. Shikamaru tidak pernah bertingkah seperti ini sebelumnya.
"Hmmm…Baiklah kalau begitu. Aku mau." Jawab Temari santai. Masih menjaga imej aslinya. Shikamaru menghela nafas lega.
"Whew. Aku lega sekali. Hm."
Keheningan menyelimuti kembali.
1 detik.
2 detik.
3 detik.
"Baiklah, akan kuantar kau ke penginapan."
"Oke."
Shikamaru mengantar Temari sampai ke penginapannya yang jaraknya lumayan dekat dengan kantor Hokage. Kemudian Temari berterimakasih kepada 'kekasih' barunya itu.
"Terimakasih sudah mengantarku. Besok aku akan ke kantor Hokage sendiri saja. Kau tidak usah menjemputku." Ujar Temari. Shikamaru mengangguk mengerti. Mereka masing masing merasa canggung akan status mereka yang kini 'berpacaran'.
"Em, maaf ya… Tadi aku menyirammu."
"Tidak akan kumaafkan."
"He? Kenapa begitu?"
"Tentu saja, menjadi bahan perhatian orang lain itu merepotkan. Dan kau membuatku malu tahu."
"Tapi aku meminta maaf padamu dengan tulus!"
"Buktinya? Kau marah marah begitu."
"Hah iya iya. Maafkan aku ya, bocah."
"Tidak."
"Maumu apa sih?"
"Berikan aku sesuatu dulu."
Mereka berdua terdiam. Temari memunculkan senyuman jahil dari bibirnya. Kemudian berjinjit dan mencium pipi Shikamaru. Shikamaru hanya melongo tidak percaya. Padahal maksudnya ia tidak meminta 'itu'.
"Kuanggap kau sudah memaafkanku. Selamat sore."
Temari masuk ke penginapannya. Meninggalkan Shikamaru sendirian yang berdiri membeku tidak percaya disana.
"Astaga….. Aku bermimpi indah…"
~To Be Continued~
.
.
.
A/N : Chapter 1 selesai! *bunyiin terompet,mukul drum, banting piano* *dilempar bakiak sama tetangga* . Hah. Aneh ya fic yang satu ini. Chapter 1 nya aja udah gajelas gimana kelanjutannya ya? *ceritanya sedih*. Oke, kasih bocoran dikit. Chapter 2 nanti Gaara sama Kankurou bakalan ngasih tantangan ke Shikamaru untuk mendapatkan Temari. Haha. Keep or Delete ya? Hm… Review please? :D
-Halfmazoku Alchemist-
