Come Rain, Come Shine

Cast:

Park Chanyeol

Byun Baekhyun

OCs

Genre:

Family, Drama, Angst

WARNING! Yaoi! BL!

Summary:

Setelah Chanyeol dan Baekhyun menikah mereka mengadopsi seorang anak perempuan yang diberi nama Yebin. Chanyeol yang tampan, Baekhyun yang lembut, dan juga kehadiran Yebin yang manis dan lucu melengkapi keluarga kecil mereka. Kehidupan mereka berjalan seperti biasa layaknya keluarga yang lain, sampai suatu saat Yebin menyadari sesuatu. "Aku malu kalau teman-temanku tahu kalau ibuku seorang laki-laki."/ EXO, ChanBaek, Yaoi, Married life, OCs.

.

.

.

"Chanyeol bangunlah, ini sudah jam tujuh." ucap lembut lelaki mungil yang bersurai hitam. Tangannya menggerakkan pelan badan lelaki yang masih terlelap dengan nyenyaknya.

"Nngh… lima menit lagi Baek…" lelaki yang memiliki badan yang lebih besar itu menarik selimut lebih tinggi sampai menutupi kepalanya. Baekhyun menghela nafas kecil. Ia menyerah untuk membangunkan bayi besarnya, tetapi ia memakluminya karena hari ini adalah hari senin.

"Baiklah, lima menit lagi aku mau kau sudah bersiap-siap. Aku harus membangunkan Yebin juga."

Chanyeol menjawab dengan mengeluarkan tangannya dari selimut dan mengacungkan jempolnya. Baekhyun mendengus geli melihat kelakuan suaminya yang masih terlihat kekanak-kanakan. Setelah menutup pintu kamar mereka berdua lelaki mungil itu menuju kamar yang ada di sebelah.

Setelah mengetuk dua kali, Baekhyun masuk ke dalam kamar yang didominasi dengan warna pastel. "Yebin-ah ayo bangun, nanti kau terlambat" Baekhyun membangunkan dengan cara yang sama seperti saat membangunkan suaminya tadi.

Sebenarnya Baekhyun mengharapkan reaksi yang sama dengan suaminya, tetapi ia justru mendapat tatapan tidak suka.

"Bukankah sudah kubilang jangan masuk ke kamarku sembarangan?"

"Bukan begitu tadi ibu hanya ingin membangunkanmu… "

"Aku bukan bayi lagi yang harus dibangunkan. Aku bisa sendiri."

"Ibu tahu… hanya saja untuk memastikan saja."

"Terserah. Sekarang keluarlah."

"Baiklah… turunlah, sarapan sudah siap." ujar Baekhyun sambil tersenyum lembut, meskipun anak gadis yang bernama Yebin itu tidak bisa melihatnya karena ia lebih memilih untuk melihat layar ponselnya.

Baekhyun bohong jika ia tidak merasa sedih. Ya, Yebin adalah anak perempuannya bersama Chanyeol. Lebih tepatnya anak perempuan yang mereka adopsi dari panti asuhan lima belas tahun yang lalu. Baekhyun dan Chanyeol menikah pada umur duapuluh dua. Banyak yang menentang hubungan mereka. Selain umur mereka yang terlalu muda, tentu saja hubungan mereka yang masih dianggap tabu, terutama di Korea Selatan.

Meskipun mereka menyebutnya menikah, itu hanya sekedar mengadakan pesta pernikaha kecil-kecilan yang dihadiri tidak banyak orang. Mereka tidak menikah diatas hukum karena negara yang mereka tinggali masih tidak mengakui pernikahan sesama. Baekhyun yang merupakan yatim piatu tidak memiliki masalah, tetapi berbeda dengan Chanyeol. Keluarganya sangat menentang hubungan mereka. Meskipun begitu mereka berdua tidak menyerah, dan tetap memperjuangkan hubungan mereka. Pada akhirnya orangtua dan kakak perempuan Chanyeol menyetujui hubungan mereka dan merestui pernikahan mereka.

Tiga bulan setelah pesta pernikahan, mereka mengadopsi Yebin yang masih berumur tiga bulan saat itu. Di dalam dokumen pengadopsian Yebin, nama Chanyeol tercatat sebagai orangtua adopsi tunggal. Tentu saja karena adopsi oleh pasangan sesama jenis masih dilarang.

Kehadiran Yebin membuat kehidupan rumah tangga mereka tambah berwarna. Dengan adanya kehadirannya Chanyeol dan Baekhyun dapat menjadi orangtua seutuhnya. Suka dan duka mereka lewati bersama. Dan tak terasa sekarang Yebin sudah menginjak umur lima belas tahun.

"Sayang, kau melamun lagi."Baekhyun tersadar dari lamunannya dan mendapati suaminya sudah rapi dan mulai memakan sarapannya.

"Kau tidak apa-apa? Apa kau sakit?" Tanya Chanyeol sebelum melahap rotinya. Lelaki manis yang ditanya menjawab dengan gelengan kecil. "Tidak ada apa-apa kok."

Chanyeol tahu suami mungilnya itu tidak baik-baik saja. Selain sering melamun, porsi makannya juga berkurang. Dan sebenarnya ia tahu apa penyebabnya.

"Aku tidak ada waktu untuk sarapan, aku langsung pergi ke sekolah." pandangan Chanyeol dan Baekhyun teralihkan pada anak gadis mereka yang turun dari tangga.

"Tidak ada waktu apanya, ini masih jam setengah delapan." ucap Chanyeol heran karenya ia tahu sekolah dimulai pada pukul sembilan, dan jarak sekolah Yebin tidak jauh dari rumah mereka.

"Aku ada tes di jam pertama. Aku mau belajar."

"Kenapa tidak belajar kemarin? Makanlah sarapanmu dulu!"

Yebin hanya menjawab dengan decakan sebal sambil memakai sepatunya.

"Yebin-ah kalau begitu bawa bekal ya? Ibu siapkan sebentar!" Baekhyun buru-buru memasukkan nasi dan lauk ke tempat bekal. Setelah memasukkan kotak bekal ke dalam tas kecil Baekhyun berlari kecil menuju pintu depan.

"Yebin-ah ini be-"

BRAK

Baekhyun tidak sempat menyelesaikan kata-katanya. Ia merasa sekujur tubuhnya membeku. Bahkan setelah beberapa detik berlalu semenjak Yebin menutup keras pintu, senyuman masih terpatri di wajahnya.

Chanyeol melihat semuanya. Ini bukan yang pertama kali.

Melihat suaminya yang masih bergeming di tempatnya, Chanyeol beranjak mengelus lembut punggung sempitnya.

"Sebentar lagi aku akan berangkat, boleh aku minta bekalku?"

"Hm tunggu sebentar ya."

.

.

Yebin mulai sadar orangtuanya berbeda dengan yang lain saat ia kelas empat SD.

Sebelumnya ia tidak pernah menganggap ada yang aneh dengan orangtuanya. Ayah teman-teman Yebin tampan, gagah, baik hati, dan selalu menemani bermain. Ayah Yebin juga begitu. Teman-temannya selalu mendeskripsikan ibu mereka dengan sosok yang cantik, lembut, kadang galak, pintar memasak, selalu mendongengkan sebelum tidur dan lain-lain. Ciri-ciri itu juga cocok dengan sosok yang Yebin panggil sebagai "ibu".

Ayahnya yang tampan dan gagah, ibunya yang manis dan lembut. Apa yang aneh? Yebin sangat bahagia dan sangat menyayangi orangtuanya.

Setelah itu Yebin baru menyadari ada yang berbeda.

Ibu Yebin adalah laki-laki.

Yebin pernah bertanya pada teman-temannya "Apa ibumu seorang perempuan?" dan pertanyaan polos Yebin dijawab dengan tawa teman-temannya.

"Tentu saja! Yang namanya ibu itu pasti perempuan, masa laki-laki? Kau bicara apa sih."

"Memang ada ya ibu tapi laki-laki? Hii aneh."

"Kenapa kau bertanya soal itu Yebin? Jangan-jangan ibumu laki-laki ya? Hahahaha."

Karena Yebin kecil tidak puas, ia bertanya pada gurunya "Bu guru, apa semua Ibu itu perempuan?" guru Yebin sedikit bingung dengan pertanyaannya. "Tentu saja Yebin-ah, memang kenapa?"

Yebin kecil masih tidak mengerti apa yang salah dengan orangtuanya. Kenapa semuanya berbeda dengan apa yang ia ketahui selama ini?

Kemudian ia bertanya kepada kakek penjaga perpustakaan kota yang Yebin sering kunjungi.

"Apa kau bertanya tentang pasangan gay? Tahu darimana kau nak soal itu."

"Ge… apa?"

"Pasangan sesama jenis, laki-laki dengan laki-laki atau perempuan dengan perempuan."

"Apa laki-laki dan laki-laki bisa mempunyai anak?"

"Bicara apa kamu nak, itu mustahil."

"Apa pasangan laki-laki dan laki-laki itu hal yang aneh?"

"Tentu saja, itu hal yang tidak normal dan sangat memalukan."

.

.

Yebin baru mengetahui kalau ia adalah anak adopsi saat ia bermain ke rumah neneknya. Tetapi Yebin merahasiakannya dari Chanyeol dan Baekhyun.

Sejak saat itu Yebin menjadi sedikit aneh. Ia menolak jika Baekhyun menawarkan untuk menjemput. Atau saat ada acara kunjungan ke sekolah, Yebin selalu melarang Baekhyun untuk datang, dengan alasan undangan hanya berlaku untuk wali murid (di dokumen sekolah nama wali murid Yebin adalah Chanyeol saja, dan Yebin tahu soal itu).

Baekhyun awalnya berusaha memakluminya, tetapi semuanya menjadi jelas saat hari menjelang upacara kelulusan SD Yebin.

Baekhyun sangat menanti-nanti hari itu. Tentu saja Baekhyun ingin sekali datang dan berfoto bersama, apalagi dulu Baekhyun tidak bisa datang saat upacara masuk SD Yebin karena ia sakit flu berat.

"Kenapa ibu tidak boleh datang?"

"Pokoknya tidak boleh."

"Kenapa sayang? Ibu kan juga ingin datang dan foto dengan Yebin." ujar Baekhyun dengan senyumnya.

"Tidak boleh ya tidak boleh!"

"Yebin, kau tidak boleh seperti itu dengan ibumu." Chanyeol pun turun tangan.

"Kenapa sih? Lagipula cukup ayah saja yang datang, aku tidak mau ibu datang."

"Yebin masa tidak mau foto sama ibu? Padahal ibu sudah beli kamera dan baju baru demi foto dengan Yebin." Ucap Baekhyun dengan sedikit ber-aegyo

"Itu salah ibu, siapa juga suruh beli."

"Yebin" Chanyeol mulai sedikit kesal.

"Lagipula ya, siapa juga yang mau foto dengan ibu."

"PARK YEBIN!" bentak Chanyeol.

"AKU MALU DENGAN IBU!"

Sejenak Baekhyun merasa jantungnya berhenti sejenak.

Yebin mulai menangis terisak-isak.

"Aku takut kalau yang lain tahu kalau ibuku laki-laki… hiks… mereka akan menganggapku aneh… hiks"

"Aku berhasil menutupinya sampai sekarang… tapi kalau ibu datang pasti mereka akan bertanya-tanya."

Chanyeol dan Baekhyun tidak bisa berkata apa-apa.

Di dalam hati, mereka sendiri juga menyadari kalau Yebin ada benarnya juga.

Baekhyun mengalah. Ia menepuk pelan pundak suaminya pelan "Pergilah Chanyeol, aku tidak apa-apa."

.

.

Upacara kelulusan Yebin berlansung lancar. Angin bulan Februari yang bertiup membuat badan menggigil tetapi tidak menghilangkan senyum bahagia Yebin.

Karena ayah Yebin tampan dan cukup populer di kalangan orangtua murid, banyak yang datang(kebanyakan ibu-ibu) memberi ucapan selamat pada Yebin dan Chanyeol. Mereka juga memuji kalau Yebin adalah anak yang pintar, ceria dan manis. Chanyeol tidak tahu kalau selama ini anak perempuannya adalah bintang di kelasnya.

Setelah mendengar ucapan Yebin beberapa hari yang lalu, Chanyeol memutuskan untuk tidak menyebutkan Baekhyun saat berbicara dengan orangtua murid lain. Yebin juga sepertinya tidak pernah menyebutkan apa-apa soal ibunya sehingga para orangtua murid hanya mengetahui kalau Chanyeol adalah seorang single parent, dan tidak ada seorang pun yang mengungkit soal itu saat berbicara dengan Chanyeol.

Sebelum pulang, pasangan ayah dan anak itu berfoto berdua di depan gedung sekolah. Chanyeol sangat tampan dengan rambut depan yang ia naikkan dan kemeja biru yang lengannya ia tekuk sampai siku. Tangannya merangkul Yebin yang memegang buket bunga buckwheat, ia tersenyum manis menunjukkan bahwa ia sangat bahagia.

JPRET

Kamera baru yang berwarna hitam dan masih mulus itu mengambil beberapa lembar foto kenang-kenangan .

Beberapa lembar foto kenang-kenangan kelulusan SD Yebin.

Mereka berdua juga mengambil foto saat upacara masuk SMP.

Begitu juga saat Yebin upacara kelulusan SMP.

Dan beberapa lembar lagi saat Yebin memasuki SMA.

Dan mungkin akan mengambil foto yang serupa saat Yebin lulus dari SMA.

.

.

.

.

.

tbc