Harry Potter © JK Rowling
ooo
A/N :
Menurut KBBI, Fiksasi itu artinya perasaan terikat, sedangkan Solilokui/Senandika adalah wacana seorang tokoh untuk menceritakan perasaan, firasat, dan konflik batin dari si tokoh.
Cerita ini mengikuti alur dari sebuah drama korea favoritku sepanjang masa. Aku sampai nonton drama itu nangis sesegukan. Ini beneran loh.
Aku kasih prolog dulu deh, nanti coba kalian tebak drama apa yang aku maksud.
Nanti di Chapter satu aku bakal kasih tahu jawabannya. Tapi kalian harus janji mesti kudu wajib harus nonton drama itu ya... atau kalau nggak suka Drakor bisa nonton versi animasinya. Iya… ada kok di youtube!
Kisah yang aku tuangkan memang tidak sebagus dramanya tapi melatih daya imajinasi dengan kata-kata sendiri tidak salah, bukan?
ooo
Warning :
OOC, Muggle World, Typo(s), a little bit different from the original drama.
ooo
Prolog : Elegi Hati Yang Mencintai
.
.
.
I know you somewhere out there
I want you back
I want you back
(Bruno Mars - Talking To The Moon)
Laki-laki itu mencoba menenangkan degupan jantung yang berdetak tak wajar. Untung saja sekarang malam hari, kalau tidak ia pasti akan jadi bahan candaan perkumpulannya. Seorang yang mereka pandang tegas dan berhati dingin, mengucurkan peluh tiada henti di musim gugur dengan berusaha untuk tersenyum. Ya, laki-laki ini tidak suka tersenyum. Atau bisa dibilang tidak bisa tersenyum.
Kejadian pahit yang dia tanggung semenjak kecil membuat dia benci senyum. Dia takut akan terbawa euforia dunia sesaat dan menganggap kalau dunia itu indah kalau ia tersenyum padahal hidupnya sudah menjadi saksi bisu kalau hidup dia kelam. Tak ada cahaya. Tak ada sukacita.
Aku tidak sabar mengatakan kalau laki-laki yang penuh kegelapan itu adalah aku sendiri. Draco Malfoy. Aku sedikit benci memanggil namaku sendiri karena setiap kali aku menyebutkan nama itu aku juga harus mengingat siapa yang memberi nama itu. Siapa yang sudah menanamkan luka mendalam yang terus bernanah hingga sekarang.
Namaku itu diberikan oleh keluarga yang mengadopsiku. Aku pun sedikit heran maksud dan tujuan aku di adopsi. Keluarga itu sudah punya lima anak dan mereka bukan orang kaya, bukan saatnya mereka untuk loyal pada sesama mereka. Tapi karena merekalah aku dibawa dari London menuju kota Paris. Seminggu pertama, mereka memperlakukanku cukup baik. Mereka paling tidak memberiku makan, mengijinkanku tidur, dan membiarkanku bermain. Lewat dari masa seminggu yang pantas dikenang itu, segalanya berubah. Apalagi semenjak anak pertama kecelakaan ringan karena jatuh dari pohon. Aku yang ada di dekat lokasi kejadian dituduh menjadi dalang utama jatuhnya anak laki-laki itu. Berulang kali aku bilang bukan aku pelakunya, dia memang jatuh karena ulahnya sendiri, tapi kemudian si anak yang jatuh itu bilang kalau aku yang melukai dia dan membuat dia terjatuh.
Semua orangtua pasti membela anak kandungnya, bukan?
Dan itulah awal bencanaku. Ribuan kali aku dipukul hingga lukanya masih membekas di beberapa area kulitku, beberapa kali aku diancam dengan pisau yang hanya berjarak satu senti dari pupil mataku. Aku hanya diberikan makanan layak tiga hari sekali, itupun hanya roti yang sedikit berjamur, selebihnya aku diberi makanan Brendy — anjing kesayangan mereka. Aku juga tak dibiarkan tidur di dalam rumah, tak peduli hujan atau salju datang aku tetap tidur di luar. Menggigil dalam tangisan. Menangis dalam kebencian.
Cukup tiga tahun aku disiksa, aku kabur dari tempat terkutuk itu. Sudah cukup tontonan menyenangkan untuk mereka. Aku butuh hidup yang benar-benar hidup.
Usiaku dua belas tahun saat aku kabur dari rumah dengan tak meninggalkan apa-apa, lagipula aku yakin mereka sudah menunggu keputusan ini dari lama. Jadi aku melangkah ke luar, ke dunia yang asing denganku. Aku terus melangkah tak tahu kemana arah tujuanku, aku bahkan tak peduli dengan salju yang turun dengan bajuku yang tidak cukup tebal menahan hawa dingin, aku sudah terbiasa dengan dingin.
Aku hampir frustasi oleh kebingunganku sendiri. Aku tak kuat untuk melangkah lagi karena perut yang sudah tak diisi dua hari dengan satu hari tanpa minum apa-apa selain air ludah membuatku jatuh tak bisa bertahan. Aku pingsan. Dan kemudian setelah aku membuka mata, aku melihat ada segerombolan orang asing berkulit hitam yang menunggu kesadaranku.
Mereka adalah tuna wisma. Karena mereka tak punya rumah, mereka hidup di bawah terowongan usang yang terbengkalai. Disanalah aku dibawa, dan disanalah aku hidup sampai lima belas tahun kemudian.
Lupakan masalah kelam itu... sekarang aku sedang berusaha berkonsentrasi dengan apa yang ada di depanku. Handycam sudah mengarah ke wajahku. Aku masih tersenyum… aku ingin orang yang melihat rekaman ini bisa senang dan tenang melihat aku baik-baik saja disini.
Aku menarik napas panjang sekali lagi, "Hai, Mom…" sapaku dengan senyuman yang kian melebar. Sebenarnya aku sudah sering melakukan video diary ini—sejak aku menemukan handycam dari korbanku dua tahun lalu, tapi tetap saja kegugupan menyerangku. Ah ya, apa aku sudah mengatakan kalau aku ini seorang pencuri?
"Mom, aku menjalani hari yang cukup baik hari ini." kebohongan pertama, "Aku mendapat cuti dari kantorku dan mengajak pacarku kencan satu hari ini." Yah, setidaknya ini dihitung setengah berbohong. Aku memang tidak kerja di kantor tapi aku punya seorang kekasih, dan aku memang benar-benar jalan dengan kekasihku satu hari ini.
"Tunggu aku, Mom. Aku pasti akan kembali ke London secepat yang aku bisa. Aku pasti akan pulang ke London membawa banyak uang. Aku pasti akan membuat Mom tak resah lagi karena masalah uang." kali ini aku berhenti berbohong, ini pengakuanku yang paling jujur. Kalau menyampaikan dari dalam hati pasti keluarnya terasa mudah.
"Aku tak menyalahkanmu karena kau telah membuangku. Aku yakin setiap aksi pasti ditimbulkan dari suatu alasan. Dan aku yakin alasanmu untuk meninggalkanku adalah karena masalah ekonomi. Tenang saja Mom aku akan membuat hidupmu jadi lebih baik. Seorang laki-laki selalu menepati janjinya. Pegang kata-kataku."
Aku mengakhiri sesi curahan hati itu dengan senyum. Senyum bisa membangkitkan semangat buat yang melihatnya, bukan? Yah, setidaknya itu teori yang aku tahu dan aku masih percaya teori itu bekerja.
Hal pertama yang aku ingin lakukan kalau bertemu dengan Mom adalah memeluknya. Aku dan dia akan menangis dalam pelukan masing-masing. Aku bercerita kepadanya tentang kehidupanku, dan dia akan menceritakan tentang kehidupannya. Tuhan, aku benar-benar merindukannya…
Aku tak tahu bagaimana rupa ibuku tapi aku tahu ikatan anak dan ibu tak pernah salah. Dari dulu aku tak pernah dendam dengan ibuku, aku sangat yakin dia menyayangiku. Karena terlalu menyayangiku itulah akhirnya dia melepaskanku ke panti. Logikanya, kalau dia benci denganku, bukankah sebaiknya dia menggugurkanku?
Sebenarnya aku juga tidak tahu apa ibuku masih ada atau tidak di dunia, apa ibuku ada di London atau di kota lain, atau apa ibuku ada di London atau di negara lain. Tapi mungkin itu yang dinamakan firasat… aku yakin ibuku masih hidup, aku yakin ibuku ada di Britania, dan aku sangat yakin ibuku masih ada di London. Mungkin suatu saat waktu bisa membongkar tabir ini. Entah bagaimana aku punya firasat kuat kalau sebentar lagi aku bisa bertemu ibuku. Semoga itu bukan hanya sekedar keyakinan seorang anak yang benar-benar rindu harum bau ibu yang tidak pernah ada di memoriku, semoga harapan bisa menjadi sebuah kenyataan.
Semoga Tuhan bisa sekali saja adil dengan hidupku.
Ibu… tunggu aku.
Tuhan… bantu jaga ibuku.
ooo
Please give me your words!
