Boboiboy © Monsta

Warn: sho-ai, AU!NoPower, typo(s), super OOC.

+++!

Teng! Teng! Teng!

Gempa terpaku di kasurnya. Jam besar ibu kos sudah berdentang tiga kali tanda pukul tiga pagi.

'Jangan lupa minum obat jika kau masih tidak bisa tidur, Gempa.' Ucapan temannya, Ice, terngiang-ngiang dibenaknya. Ia tidak minum obat tidur tadi. Masalahnya, tadi sore saking sibuknya ia lupa ke apotek beli obat tidur.

Ia akhirnya beranjak dari tempat tidurnya, berjalan ke jendela setelah melihat sosoknya yang berwajah pucat dengan kantung mata gelap di cermin. Menyedihkan. Gempa sampai takut melihat sosoknya sendiri.

Bulan bersinar redup karena langit mendung, tidak ada bintang sama sekali. Ketika sedang menghayati indahnya malam, nakasnya bergetar dan bunyi telepon masuk terdengar.

Perasaan sudah kumatikan hpnya, kok masih ada telepon? Tanya Gempa pada dirinya sendiri heran. Lagipula, orang bodoh mana yang telepon malam-malam gini?

"Halo?"

"Kau belum tidur, Gempa?!"

Gempa menatap layar ponselnya, tertera nama Taufan di sana. Oh, orang ini yang bodoh.

"Aku pun heran kenapa aku belum tidur. Tapi, kau belum tidur juga, kan?"

Terdengar suara kekehan dari seberang telepon, lalu hening. Gempa menatap ponselnya sambil berucap halo-halo.

Tut

Dasar Taufan bodoh bin idiot, pasti dia lupa paketin pulsa teleponnya lagi.

Gempa mendesah, hendak mematikan hpnya setelah melihat panggilan lainnya masuk.

Taufan

Ia menggeser ikon telepon hijau itu untuk yang kedua kalinya.

"Halo?"

"Lihat layarmu."

Gempa melihat layar ponselnya, wajah Taufan yang ceria menyapanya dari sana. Video call?

"Aku tidak menyangka vidcall pagi-pagi gini sangat lancar, hahaha!"

Gempa tersenyum.

"Gempa, kau harus melihat wajahmu yang seperti zombie itu, lho." Taufan terbahak-bahak di sana.

"Sudah kok. Aku saja sampai takut melihatnya."

"Tapi anehnya, kau tetap manis seperti biasa."

Wajah pucat Gempa berubah merona, "Kalimatmu barusan membuatku merinding."

"Kau belum mengantuk?" tanya Taufan dengan wajah agak khawatir.

"Belum, sih. Kalau kau mau tidur, tidur lah duluan. Aku tidak ingin mengacau jadwal tidurmu."

"Aw, Gempaku yang manis dan perhatian."

Gempa salah tingkah, "Teleponnya kumatikan, ya?"

"Jangan!" tahan Taufan dengan wajah panik, "Jangan dimatikan, ya?"

Diam-diam Gempa tertawa melihat wajah yang selalu santai itu tampak panik, "Tidak jadi dimatikan."

"Besok kamu ada matkul pagi, kan?"

Gempa mengangguk, lalu memandang jam di layar ponselnya, pukul 3. 18.

"Tidak apa-apa kalau begadang sampai pagi begini? Kalau kau tidur di sana gimana?" tanya taufan beruntun, "Apalagi dosennya killer."

"Mungkin aku absen untuk sekali ini saja." Kata Gempa sambil menguap.

"TAUFAAAAAN! KAU YANG NYALAIN HOTSPOT DI HAPEKU YAAA—?!"

Gempa tersentak mendengar suara lain dari seberang telepon dan Taufan di sana tampak kalang kabut. Lalu, ponsel yang merekam Taufan itu bergoyang dan menimbulkan suara trak!. Kini Gempa hanya dapat melihat langit-langit kamar Taufan karena sepertinya si empunya ponsel meletakkan di meja.

"Gempa, jangan tutup teleponnya. Tapi kalau kau mau tidur, matiin aja—"

"Lagi vidcall sama doi ternyata! Mama! Taufan udah punya pacar—"

"Heh! Jangan ngomong sembarangan—"

Gempa tersenyum mendengar suara-suara sayup yang terdengar itu. Setelah keadaan mulai hening, Gempa menatap jam di ponselnya kembali. Pukul 3. 38.

Jempolnya menekan tombol merah di layar ponselnya.

Video Call Ended

FIN

+++!

Pengen buat fluff tapi gak bisa buat fluff, jadi kayak gini deh. Mana feelnya gak dapat. maafkeun Mion *bow